Matahari baru saja menerangi langit. Pagi ini angin berembus ke mana-mana. Daun-daun yang sudah mengering jatuh ke atas tanah dan ada juga yang dibawa pasrah oleh angin. Arjuna baru saja tiba di sekolah dan berjalan menuju ke kelasnya. Begitu menaruh tasnya, ia membuka jaketnya dan melipatnya untuk ditaruh di kolong bangku. Pandangannya tertuju pada tas Poppy. Berarti perempuan itu sudah datang. Memang, selama satu kelas di tahun ini, Poppy tidak pernah terlambat. Dia termasuk anak rajin dan mungkin hampir sama dengannya. Arjuna pun tidak pernah khawatir posisi peringkatnya bisa disabet Poppy. Karena yang ia amati, Poppy memang pintar. Hanya saja karena ia mendapat beasiswa, kelasnnya dulu ada di kelas yang bukan anak-anak kelas unggulan.
Arjuna menyisir rambutnya dengan tangan sebelah kanan lalu keluar kelas untuk mencari Poppy. Kepalanya tertoleh ke sebelah kiri dan ia sudah menemukan Poppy sedang berjalan di sebelah Jono. Mereka sedang membicarakan sesuatu. Tapi sepertinya topik pembicaraan mereka ringan karena Poppy sedang tertawa bersamanya.
"Arjuna!"
Panggilan itu membuat Arjuna menoleh ke sebelah kanan dan melihat Abel sedang tersenyum ke arahnya. Ingatan Arjuna langsung terlempar pada malam itu. Pembicaraannya dengan Aldrin yang tak bisa dibantah Arjuna. Karena hal ini bisa menyebabkan nama keluarganya rusak dan mungkin yang paling berbahaya, akan banyak sekali orang-orang yang kecewa padanya.
"Jun nanti kamu setelah pulang sekolah gak ada acara kan?" tanyanya begitu perempuan itu berdiri di sampingnya sementara pandangan Arjuna tertuju ke arah depan. "Kita jalan yuk Jun? Aku bosen banget di rumah."
Mata Arjuna melirik Poppy dan Jono yang sedang memandang mereka berdua namun hanya sebentar karena keduanya melewati Arjuna dan Abel tanpa sapa. Arjuna yang melihat itu juga diam. Tidak melakukan apapun. Sementara Abel—meskipun ia melihat itu juga ia tidak peduli.
"Jun?"
Kedua mata lelaki itu menatap Abel.
"Gimana? Sekalian setelah itu kamu mampir ke rumah aku. Ketemu Mama sama Papa."
Arjuna mengerjap sekali. Mungkin tidak ada salahnya menerima ajakan itu.
"Ok."
***
"Habis dari mana?" tanya Arjuna begitu Poppy datang ke dalam kelas dan perempuan itu malah mengacuhkannya. Mungkin Poppy tidak dengar, tapi tidak mungkin. Karena Arjuna yakin ia cukup keras bertanya tadi. Ketika Poppy ingin berjalan ke meja Adilla, tangan Arjuna menarik tangannya sehingga perempuan yang rambutnya diikat satu rapi itu menoleh padanya.
"Kenapa?" tanya Arjuna to the point.
Poppy melepaskan tangan cowok itu karena mereka berdua sedang di dalam kelas. Rasanya tidak pantas seperti ini terlebih lagi mereka pacaran. Bisa saja kan dari teman-temannya ada yang berpikiran kalau mereka mempertontonkan kemesraan?
Mungkin itu cuman perspektif Poppy tapi siapa tau kan? Jadi daripada ada gosip yang tidak enak, lebih baik mencegah itu secepatnya.
"Kenapa?" tanya Poppy berbalik pada Arjuna. Arjuna tau ada yang tidak beres. Poppy tidak biasanya begini.
"Keluar sekarang."
Arjuna menarik tangan Poppy, menggenggam sebelah tangannya dan mengajaknya keluar dari dalam kelas. Mereka terus berjalan namun tidak ada yang berbicara. Setelah sampai di dekat UKS, Arjuna berhenti sehingga Poppy mengikutinya untuk diam.
"Kamu kenapa?" tanya Arjuna.
"Gak kenapa," kata Poppy namun mata perempuan itu tidak menatapnya.
Bohong. Arjuna tau itu namun ia hanya mengangguk pelan. Bel sekolah terdengar. Itu artinya pelajaran akan segera dimulai namun keduanya masih sama-sama membisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Boy
Teen Fiction[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Masa putih abu-abu memang tidak akan pernah terlupakan. Apalagi bagi Arjuna dan Poppy yang menjalin hubungan layaknya muda-mudi yang saling tertarik satu sama lain. Poppy dengan segala yan...