"Meski badai menghadang dan sang waktu tetap berjalan. Aku akan tetap bertahan demi hidupku walaupun pahitnya perjalan hidup itu sendiri."
==HandsomeBoy==
Panas. Keadaan Heberd school sangat panas. Sinar matahari sedang terik-teriknya menyinari bumi. Poppy terduduk di Perpustakaan dengan tatapan kosong. Entah apa yang akan ia lakukan sekarang. Ia sungguh tidak tau jalan apa yang akan ia ambil untuk kedepannya.
Terus terang dia tidak mau kehilangan Aga. Kemarin Aga pingsan di rumah dan Poppy langsung membawanya ke rumah sakit dengan Bu Ayun. Sampai saat ini Aga belum sadarkan diri dan Poppy terpaksa sekolah--meninggalkannya. Itupun di paksa Bu Ayun.
Bukannya dia egois, hanya saja kali ini memang tidak bisa. Hari ini sedang ulangan tengah semester, jadi bagaimana bisa Poppy bolos?
Bahkan kalau dia bolos sekolah, sudah pasti akan di cari oleh pihak sekolah. Dia hanya anak orang miskin. Dia di remehkan sementara anak orang kaya bolos tidak dipermasalahkan. Memang, kekuasaan bermain di atas segala-galanya.
Memang itu kenyataanya. Realita yang terjadi memang itu.
"Ehem." deheman pelan terkesan berat bahkan tidak membuat Poppy tersadar dari lamunannya.
Arjuna mengerutkan keningnya. Terlihat jelas raut wajah Poppy cemas dan resah luar biasa. Dalam pandangannya, Poppy menatap kosong dan diam ke arah depan.
"Kenapa melamun?" pertanyaan dengan suara berat khas Arjuna itu membuat Poppy tersadar dan terkejut bukan main melihat Arjuna duduk si sebelahnya.
Arjuna menatapnya datar tanpa ada raut ekspresi sama sekali di wajahnya. Terkadang Poppy bingung sekaligus heran dengan Arjuna. Bagaimana bisa Arjuna mengontrol ekspresinya agar tetap seperti itu setiap harinya?
Poppy menggeser duduknya sedikit ke kanan agar tidak terlalu dekat--menyadari hal itu, Arjuna juga menggeser tubuhnya ke sebelah kiri, sehingga mereka cukup berjarak. Tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh.
"Gak pa-pa."
Arjuna kembali melihat ekspresi murung di wajah Poppy. Ia hanya cuek dan membaca buku yang ia pegang. Sementara Poppy masih diam menatap ke arah depan. Sunyi dan hening melingkupi mereka berdua. Tak ada sepatah kata pun keluar.
TET... TET....
Arjuna menutup bukunya setelah lima belas menit ia membacanya. Ia berjalan ke arah rak dan menaruhnya kembali di tempat semula.
Dia berjalan lalu dia menoleh ke arah Poppy yang masih bergeming di tempatnya. Dia mengerutkan keningnya menatap Poppy yang masih diam
"Gak masuk?" tanya Arjuna.
Poppy dengan cepat mengerjapkan matanya dan mendongak menatap Arjuna.
"Oh, udah bel ya?" tanya Poppy. Arjuna semakin mengerutkan keningnya. Tidak mungkin Poppy tidak mendengar suara bel sekolah yang sangat keras.
"Hm," gumamnya pelan.
"Oh, makasi ya udah ngasi tau." ucap Poppy. Dia langsung melenggang pergi dan Arjuna hanya bisa diam menatapnya dari belakang.
***
"Poppy, pulang sama gue yuk." panggilan itu membuat Poppy terhenti. Dia menoleh ke arah Adi yang menghampirinya. Firasatnya mengatakan ada hal yang tidak enak karena tumben Adi mengajaknya pulang bareng.
Bukannya berharap, hanya saja agak mengganjal.
"Nggak usah, aku bisa pulang sendiri." tolaknya halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Boy
Teen Fiction[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Masa putih abu-abu memang tidak akan pernah terlupakan. Apalagi bagi Arjuna dan Poppy yang menjalin hubungan layaknya muda-mudi yang saling tertarik satu sama lain. Poppy dengan segala yan...