Chapter [18]

85.3K 8.2K 391
                                    

Sebelumnya aku mau ngucapin selamat Natal buat semua pembaca setia Pi. Maaf kalau aku telat ngucapinnya:)

Jujur saya kaget ada yang bilang penggambaran Poppy persis Pi. Wkwk. Ya gak apalah. Kalau boleh jujur sih aku juga pakai imajinasi sendiri karena gimana ya? Imajinasi sendiri itu lebih nyampek kesannya. Dibayangan aku Poppy itu buka Lily Collins, suer.

Yaudahlah. Okey, happy reading~


==HandsomeBoy==

"Sekarang lo udah bebas dari kita. Lo bukan ehem 'pembantu' kita lagi." Ucap Iro membuat Poppy tersenyum. Iro menekankan suaranya saat berkata pembantu. Dia tidak ingin menyinggung perasaan Poppy. Lagi pula mereka hanya senang-senang dan mereka sama sekali tidak menyiksa Poppy baik dari segi fisik dan mental. Hanya menuruti kemauan yang masih dalam batas wajar—seperti saat ke ulang tahun Nadin berpasangan dengan Arjuna. Mengerjakan tugas dll.

"Ohya, gimana kalau kita rayain aja?" usul Ricky.

"Sepertinya bukan ide yang buruk. Gimana Jun?" tanya Iro ke Arjuna yang tengah memikirkan sesuatu. "Jun?" panggilan itu membuat Arjuna menatap Iro datar dengan pandangan—ada apa?

"Kenapa lo Jun?" tanya Lion yang duduk di sebelahnya. Mereka semua tengah berada di kantin sekarang. Arjuna hanya diam lalu dia bangkit dari tempat duduknya membuat semua mata sahabatnya mengikuti pergerakannya.

"Gue pamit dulu. Mau ke ruang Karate. Ada urusan sama Pak Rico." Ucap Arjuna mengalihkan pembicaraan. Mereka tau Pak Rico adalah guru Karate di sekolahnya.

"Mau ngapain? Bukannya jadwal latihan ntar sore ya?" tanya Lion.

"Gue ada perlu." Ucapnya. Seakan mengerti Arjuna—seluruh sahabatnya mengangguk. Jika sudah begini Arjuna tidak akan menanggapi perkataan mereka lagi. Entah malas berkata atau berbicara atau bagaimana teman-temannya juga tak mengerti sifat Arjuna yang terkesan tertutup ini. Saat ini matanya menangkap mata Poppy yang juga sedang menatapnya heran, tetapi Arjuna langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.

"Selalu begitu." Ucap Ricky.

"Begitu selalu." Ucap Iro.

"Kaya gak tau Juna aja lo berdua." Ucap Lion memandang Arjuna yang sudah pergi dari kantin.

"Gimana Poppy? Kita rayain aja ya?" ucap Iro mengalihkan pembicaraan.

Poppy menggeleng pelan, "Nggak usah. Lagian ngapain juga isi dirayain kaya begitu, memangnya acara ulang tahun apa." Ucapnya tertawa kecil.

"Iya juga sih. Tapi kan bagus kalau kita rayain." Ucap Ricky.

"Ah nggak deh. Kalian aja, aku mau ke kelasnya Jono." Ucap Poppy.

"Ngapain?" kali ini Lion mengerutkan keningnya menatap Poppy.

"Ya cari sahabatku dong." Ucap Poppy gampang. Senyum merekah tampil dari ketiga cowok yang duduk di sekitar Poppy. Poppy berteman memang tidak pilih-pilih. Siapa pun ia ajak berteman.

"Yaudah kalau gitu duluan ya?" pamit Poppy. Ketiga cowok itu hanya mengangguk—memberi ijin.

***

"Jo!" panggil Poppy. Poppy tak sengaja melihat Jono yang tengah berjalan di dekat kelasnya. Poppy berfikir mungkin Jono baru akan masuk kelas. Dia menghampiri Jono dengan berlari kecil. Jono membetulkan kacamatanya saat Poppy sudah berada di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Jono dengan wajah malas.

"Kenapa maksudnya?"tanya Poppy keheranan, "Memangnya kalau aku nyari kamu itu harus pas di perlunya aja ya?" ucap Poppy. Jono diam menatapnya. Melihat gelagat Jono yang aneh, Poppy—cewek itu menyadari perubahan sikap Jono terhadapnya.

Handsome BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang