Chapter [31]

32.5K 3.4K 86
                                    

"Ngapain lo berdua ngehasut cewek gue?" nada bicara Arjuna terdengar berat. Membuat ruang karate yang sepi hanya terisi oleh suaranya. Cowok itu setengah frustasi atas apa yang dialaminya. Belum lagi masalah baru datang seperti Rizal dan Angga. Arjuna tidak cemburu hanya saja dia tidak suka kelakuan mereka yang malah menjadikan Poppy sebagai perantara atas masalah pribadi mereka.

Intinya Arjuna tidak suka ceweknya diganggu.

"Lo berdua urusannya sama gue. Ngapain nyuruh-nyuruh cewek gue?"

"Lo gak suka?" tanya Angga. Rizal menahannya agar tidak terbawa emosi.

"Lo bisa ngomong sama gue langsung," ujar Arjuna. "Asal jangan bawa-bawa cewek gue."

"Ya elah santai kali gue cuman nyuruh Poppy biar ngajak lo jalan bukannya ngambil cewek lo." Angga masih menahan diri untuk tidak menghajar Arjuna sekarang karena di mata Angga, Arjuna masih sama seperti dulu. Sok.

"Lagian Poppy nggak gue apa-apain kan?" tanya Angga. "Gue juga nggak selevel sama orang kaya dia."

Arjuna tahu cowok ini memang tak pernah suka padanya. Dia tahu Angga sedang memberi umpan padanya agar Arjuna meladeninnya tapi Arjuna pastikan Angga tidak akan menerima lebih dari ini. Mereka masih berada di lingkungan sekolah dan Arjuna sendiri kurang minat mengotori tangannya dan membuang tenaga yang seharusnya ia gunakan untuk kegiatan berguna.

"Terus lo mau ngewakilin sekolah buat lomba karate tahun ini kan?" ujar Arjuna. "Lo ambil aja gue nggak bakalan ikut tahun ini."

"Kenapa lo nggak bakalan ikut?" tanya Rizal, heran laki-laki di hadapannya ini tidak mau ikut. Biasanya Arjuna paling senang dengan lomba-lomba seperti itu karena selain membanggakan sekolah ia bisa sekaligus membanggakan orangtuanya. Bukan hal baru lagi kalau tidak ada yang tahu siapa orangtua Arjuna di sekolah ini. Beritanya beredar dari mulut ke mulut sejak kelas sepuluh. Ibu Aldrin juga pernah terlihat ketika sedang ada rapat antara yayasan dan dewan guru.

Cowok ini memang punya pengaruh besar di sekolah. Karena selain pintar. Cowok ini juga terlahir dari keluarga yang sudah punya 'nama' dan berada.

"Gue emang nggak niat ikut."

"Kenapa?"

"Bukannya itu yang lo berdua pengin?" tanya Arjuna. "Gue udah selesai. Gue minta lo berdua jangan pernah ganggu hidup gue apalagi Poppy," kata Arjuna. "Sedikit aja lo ganggu dia. Gue nggak bakalan segan-segan ngasi ini ke lo berdua."

Arjuna menunjukkan satu kepalan tangannya.

***

Arjuna: Kamu di mana?

Poppy: Di kelasnya Jono.

Arjuna: Ok.

"Siapa?" tanya Jono begitu menggendong tasnya. Cowok itu membenarkan letak kacamatanya.

"Arjuna."

Jono mengangguk. "Aku lagi suka sama cewek nih," ujarnya langsung ke poin utama dengan wajah orang sedang jatuh cinta. Poppy ke sini memang karena Jono yang memintanya.

"Siapa?" tanya Poppy kaget namun ia turut senang. Belum pernah Jono membicarakan masalah cewek apalagi karena "suka".

Jono tersenyum. Semudah ini ia merelakan Poppy dengan Arjuna. Padahal ia sama sekali tidak pernah menyatakan perasaannya dengan Poppy. Mungkin benar hubungan mereka hanya sebatas sahabat saja.

"Nadin," kata Jono.

"NADIN?" teriak Poppy tanpa sadar. Jono meringis. Beruntung kelas sepi.

"Jangan teriak."

Handsome BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang