Chapter [33]

32.3K 3.4K 100
                                    

Keterdiaman panjang itu belum juga dipecah oleh suara apa pun. Ada empat orang yang sedang duduk dalam diam berada di ruang tengah. Mereka di meja makan larut dalam kebisuan yang begitu nyata. Tidak ada yang menyentuh makanan. Tidak ada yang menaruh tangan di meja kecuali ketua rumah tangga itu. Mereka masih saling diam lalu setelahnya saling pandang. Atmosfer dalam rumah ini seakan menipis setiap detik terlalu. Seperti ada sekat tipis yang menghalangi untuk membuka mulut dan membicarakan apa yang seharusnya dibicarakan dan direncanakan. Arjuna tahu ini bagian terberat yang baru ia hadapi dalam hidupnya tapi bersama perempuan yang duduk bisu di sebelahnya ini. Arjuna percaya semuanya bisa ia dilalui.

Lebih banyak keyakinan. Lebih banyak peluang untuk lepas bukan?

"Nama kamu Poppy?" tanya Aldrin. Dia duduk di paling ujung depan.

"Iya Om." Poppy membalas kaku. Perempuan itu rasanya mulas ditatap seperti itu oleh beliau. Kalau boleh memilih. Poppy tidak akan datang ke sini kalau tau keadaannya begini. Namun apa yang ada di pikirannya itu harus ia singkirkan dalam-dalam karena melihat kesungguhan di wajah Arjuna.

Kenapa Arjuna kelihatan lebih ganteng dengan wajah serius? Demi Tuhan Poppy sendiri tidak tahu. Poppy memejamkan mata sekilas untuk mengusir bayangan itu di kepalanya. Bisa-bisanya dia memikirkan hal itu di situasi tegang tanpa peregang ini.

"MAMAA! PAPAA!" suara riang dari ruang tamu itu membuat semua menghadap ke Aika yang baru saja datang dari luar dengan baju sekolah. Perempuan manis itu langsung berhenti di tempat dan menutup mulut karena ia sadar kalau ia telah merusak suasana.

Arjuna mengulas senyum tipis. Adiknya ini memang bisa mencairkan suasana hanya dengan kelakuannya.

"Aduh maap!" Aika meringis. Tangannya menggaruk kepala. "Ganggu ya?" tanyanya yang sudah pasti tidak akan dibalas. Poppy tersenyum melihatnya. Sosok gadis periang yang pasti sangat jarang memikirkan apa pun tentang bagaimana membangun hidup. Aika terlihat begitu di matanya.

"Sini duduk bareng," kata Arjuna memanggilnya. Aika menenteng tasnya dan duduk di sebelah Poppy.

"Ada apaan nih?" tanya Aika pura-pura tidak tahu meskipun sebenarnya Arjuna tahu ia dia sedang berakting. "Banyak banget makanannya jadi laper." Aika memegang perutnya sambil melihat makanan yang sudah terhidang di atas meja.

"Kamu mandi dulu. Baru boleh makan," kata Mamanya.

"Ntar Ma," balas Aika seadanya. Cewek itu mengerling pada Arjuna lalu mendekatkan dirinya pada Poppy.

"Kak Poppy? Kok tahan sih sama Kak Juna? Kak Juna kan jarang mandi," katanya membuat Arjuna memasang muka agar adiknya itu tidak berbicara lebih jauh lagi tentangnya tapi sepertinya Aika tidak terpengaruh dengan apa yang ditunjukkan Arjuna. "Udah gitu ya," suaranya memelan, "Dia tuh susah dibangunin. Apalagi kalau hari Senin."

"Aika."

"Kan emang bener Kak!"

"Terus nih ya...," Aika berdehem. "Kalau sebelum belajar tuh. Suka senyum-senyum sendiri kaya orang gila sambil liat foto Kak Poppy."

Poppy tak bisa menahan senyumnya. "Foto?"

"Iya foto! Foto Kak Poppy kan banyak dipajang di meja belajar Kak Juna. Ya kan? Ya kan?!" Aika melempar pertanyaan pada Arjuna namun ia tidak membalas. Arjuna hanya menunggu apa yang akan dikatakan oleh bocah aktif ini.

"Kak Juna tuh sayang banget sama Kakak. Ya jelas aja sayang. Cantik gini aslinya," katanya memuji Poppy.

"Kamu lebih cantik." Poppy membalas. "Aika baru pulang sekolah?"

"Iya nih. Capek banget."

"Aika kamu ke kamar dulu. Mama sama Papa mau ngomong sama mereka."

Aika mengangguk. Dia menempelkan badannya di Poppy dari samping sehingga kedekatan itu tercipta.

Handsome BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang