=Handsome Boy=
Arjuna sedang berada di parkiran sekolah, menenangkan dirinya. Sudah lama ia berdiam di sini ditemani oleh motornya. Belum pernah ia merasa seperti ini. Belum pernah ia merasa khawatir kehilangan seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya. Ini pertama kalinya dan Arjuna mengakui bahwa ia sangat awam dengan hal ini. Ia sendiri pun tidak tau harus melakukan apa dan bagaimana. Lebih baik ia disuruh belajar untuk mendapat nilai bagus besok ketimbang memikirkan hal ini. Kalau saja bisa, ia pasti akan memilih belajar. Tapi, ia tidak bisa. Dia bukan anak kecil yang akan lari dari masalah yang ada.
Arjuna yang duduk di atas motornya melirik ke arah spion. Poppy dan Lion baru saja berjalan. Dan itu, canggung. Dari sini Arjuna dapat melihatnya.
"Arjuna," panggilan dengan nada terkejut itu membuat Arjuna menoleh ke belakang. Lion yang ada di samping Poppy langsung meyadari keadaan untuk segera pamit.
"Gue pamit dulu ya Poppy. Udah ada Arjuna juga kan?" ucapnya pada Poppy namun Poppy hanya diam. "Jun gue pamit ya," kata Lion biasa membuat Arjuna mengangguk, pura-pura tidak tau sementara Poppy raut wajahnya jadi bersalah dan seperti ketauan sedang selingkuh. Poppy hanya diam di tempatnya. Sementara Arjuna juga diam di tempatnya setelah Lion pergi meninggalkan mereka.
Akhirnya Arjuna berdiri dan menghampiri Poppy yang tidak mau diliat habis menangis tadi. Wajahnya pun masih merah dan susah menyembunyikan wajah merahnya. Dalam hati Poppy merutuk namun suasana hatinya tidak dipungkiri sedang sedih.
"Ayo pulang," kata Arjuna membuat Poppy menatapnya takut-takut. "Kamu kenapa nangis?" tanya Arjuna seolah ia melupakan kejadian tadi dan bersikap pura-pura tidak tau. Laki-laki itu menyelipkan sedikit rambut Poppy ke belakang daun telinganya. "Muka kamu merah habis nangis? Kenapa hm?"
"Gak pa-pa Jun," kata Poppy dan jawaban itu sebenarnya melukai Arjuna karena secara langsung Poppy tidak mau berbagi kesedihannya dengan Arjuna. Arjuna tidak banyak bicara. Ia akhirnya mengangguk dan mengajak Poppy menuju ke motornya. Namun Poppy benar-benar merasa kosong. Di kepalanya banyak sekali pikiran dan itu membuatnya hendak meluapakan masalahnya sejenak tapi ia tidak bisa.
"Aku anter pulang ya?"
Poppy hanya mengangguk, tidak menolak karena banyak sekali yang ia pikirkan sekarang.
***
Sekitar lima belas menit akhirnya mereka sampai di kontrakan Poppy. Sepi. Keadaan memang benar-benar sepi di jam sore seperti ini. Apalagi letak kontrakan ini di sebuah gang kecil. Sejak tadi Arjuna sudah melirik Poppy dari kaca sepion untuk memastikan perempuan itu baik-baik saja namun raut wajahnya tetap menunjukkan kalau Poppy tidak baik-baik saja.
"Jun."
Panggilan itu membuat Arjuna menoleh setelah Poppy turun dari motornya.
"Makasi ya."
Arjuna mengangguk.
"Jun."
Arjuna masih menatapnya, menunggu Poppy berbicara.
"Jun. Kamu pernah ngerasa bosen sama aku?" pertanyaan itu membuat Arjuna menaikan sebelah alisnya. "Atau aku ngebebanin kamu?"
"Siapa bilang?" tanya Arjuna. Namun bukan lagi tatapan hangat yang ia pancarkan.
"Enggak. Aku ngerasanya gitu."
"Sejak kapan kamu ngerasa kaya gitu?"
Poppy menggeleng, "Enggak tau," katanya lemah. "Kalau kamu bosen sama aku. Atau kalau aku ngebebanin kamu, tolong bilang ya?"
"Yang bosen aku apa kamu?"
"Maksudnya?"
"Yang bosen aku apa kamu?" ulang Arjuna. Laki-laki itu sudah bersender di motornya. "Kenapa tiba-tiba nanya kaya gini?"
"Nggak Jun," kata Poppy. "Cuman aku takut kamu—"
"Hm?"
"Aku takut kamu—"
"Terpaksa?" tebak Arjuna membuat Poppy menatap wajahnya lalu mengangguk dengan perlahan.
"Apa yang kamu takutin? Ada aku kan?" tanya Arjuna mendekatinya. "Aku tau. Kita bisa sama-sama bosen. Bisa sama-sama lupa atau mungkin capek sama hubungan kita. Tapi satu yang perlu kamu tau. Aku sayang kamu. Lebih dari apa pun."
"Kalau dari kita ada yang nyerah?" tanya Poppy.
"Kalau pun ada yang nyerah, baik aku mau pun kamu. Itu udah jalannya. Yang penting kamu harus tau. Cuman kamu satu-satunya."
Poppy merunduk. Wajahnya tambah merah. Sejak kapan Arjuna bisa seperti tadi? Rasanya ajaib sekali.
"Dasar nakal," kata Arjuna mengacak rambutnya. "Istirahat. Jangan banyak pikiran. Aku pulang dulu ya?" katanya membuat Poppy mengangguk. Ketika Arjuna berjalan menuju motornya, laki-laki itu meliriknya lalu kembali berbalik menuju Poppy dan berdiri di depannya membuat Poppy keheranan.
Poppy hendak bertanya namun ketika Arjuna mencium keningnya, pertanyaan itu tersangkut di tenggorokannya dan berganti menjadi degup jantung yang berdetak cepat.
****
AN
Mulmed: Arjuna
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Boy
Teen Fiction[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Masa putih abu-abu memang tidak akan pernah terlupakan. Apalagi bagi Arjuna dan Poppy yang menjalin hubungan layaknya muda-mudi yang saling tertarik satu sama lain. Poppy dengan segala yan...