Sepanjang Poppy sekolah dan sekelas dengan Abel. Baru kali ini keduanya tampak akur dan akrab. Keakraban sederhana yang dimulai ketika Abel menawari bantuan ketika Poppy membuang sampah yang ada di dalam kelas ke tong sampah besar yang ada di luar kelasnya. Perempuan itu sudah mulai berubah. Biarpun Poppy masih menangkap sikap aneh darinya tapi Abel tetap membiasakan diri dengan Poppy. Bukan seperti paksaan. Perempuan ini sepertinya tulus membantunya. Keduanya sekarang seperti teman sekelas yang sudah lama mengenal.
"Ntar lo mau jalan-jalan bareng gue nggak? Kita kan tinggal nunggu nilai doang nih dari sekolah. Jadi udah bebas. Mau ya?" tanya Abel saat perempuan itu berjalan di samping Poppy.
Poppy menaruh tong sampah yang lebih kecil itu di pojokan kelas. Di tempatnya semula. "Mau jalan-jalan ke mana, Bel?"
"Kemana aja deh. Lo maunya kemana?"
"Terserah lo aja deh. Gue sih kemana aja bebas."
"Kata Juna. Lo suka makan sate di deket sekolah ya?" tanya Abel.
"Lumayan sih," katanya. Bukannya kenapa-napa. Cuman sepertinya Abel dan Arjuna sangat dekat. Dekat. Apa Arjuna menceritakan apa yang cowok itu alami selama ini pada Abel?
"Tenang aja. Orang gue sempet nanya ke Juna kok." Abel duduk di tempat duduknya. "Kalau gitu ntar malem atau sepulang sekolah?"
"Sepulang sekolah aja."
"Trus gimana sama Arjuna?" tanya Abel. "Maksud gue. Dia," Abel memandang Poppy ragu. "Dia nggak ngajak lo balikan?"
"Nggak."
"KAN!" Abel berseru membuat Poppy terkejut karena intonasi suaranya. "Dia tuh! Kesel banget gue liatnya!" ujarnya lagi dengan raut wajah yang tertarik. "Kenapa sih, dia susah banget di kasi tau. Dasar batu."
"Bel."
"Kepala batu emang tuh orang."
"Bel, suara lo."
"Biarin aja! Biar dia denger deh sekalian."
"Bel."
"Apa sih?!" Abel melihat Poppy. Di sebelahnya Arjuna baru saja datang. Abel mengerutkan keningnya karena Poppy tidak memberitahunya. Sesaat kemudian, Arjuna duduk di tempat duduknya. "Biarin aja biar dia denger."
"Adilla sama Nadin kemana?"
"Gatau tadi mereka langsung ngilang."
"Marisa bilang sama gue di rumahnya bakalan ada semacem party gitu. Lo harus ikut. Nggak bakalan nyesel deh."
Poply tersenyum, menolak, "Gue nggak bisa."
"Lo harus bisa dong! Bentar lagi kita lulus. Gue ngerasa bersalah banget karena dulu," Abel mengangkat kedua bahunya. Tidak mau mengungkit kejadian lama. "Lo tau gimana gue dulu. Maafin gue ya."
Sejenak Abel tersenyum. Satu tangannya berada di atas tangan Poppy di atas meja. Di saksikan Arjuna. Kedua perempuan yang ia sayangi itu berbaikan. Keadaan pun membaik kecuali hubungannya dengan Poppy.
***
1 minggu kemudian.
"ARJUNA! ARJUNA! ARJUNA!"
Seruan itu bergema ke seluruh arah di dalam sebuah gedung yang berlapangan luas. Semua orang sedang menyerukan namanya. Semua orang sedang bersuka cita menyambut Arjuna yang baru saja menang dengan satu piala tinggi yang berundak-undak bertuliskan Juara I di tangannya. Biarpun sedikit merasa sakit di kaki karena pukulan lawan. Arjuna saat ini merasa senang karena lagi-lagi. Gelar juara bertahan itu masih bisa ia dapatkan padahal sempat lengah dalam latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Boy
Teen Fiction[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Masa putih abu-abu memang tidak akan pernah terlupakan. Apalagi bagi Arjuna dan Poppy yang menjalin hubungan layaknya muda-mudi yang saling tertarik satu sama lain. Poppy dengan segala yan...