Chapter 26 - Gone With You

8.3K 727 18
                                    

Sang hellbender itu jatuh dari angkasa, secepat komet berekor api yang akan menghantam bumi. Cahaya kejinggaan yang memancar dari rambut, sayapnya yang lebar, serta gaunnya memudar. Berpendar mengikutinya adalah kelipan sihir yang menyisakan guratan cerah di udara yang kemudian menghilang.

Zveon memacu naga birunya ke arah di mana ia akan jatuh. Jubah penyihir itu berkibar tertiup kencangnya udara yang ditembusnya, sementara mata merahnya menyaksikan sang hellbender tersebut dengan rasa takut yang hebat. Naganya semakin melesat cepat ke bawah ketika Ziella sudah jauh mendahuluinya ke tanah.

Akhirnya, Zveon berhasil menangkap gadis yang kini tak lagi bersayap itu dengan sekali tangkupan, dan membopongnya di atas naga yang sedang terbang statis untuk menjaga keseimbangan kembali dari kecepatan terbangnya sebelumnya. Zveon menatap gadis yang berambut jingga bersinar itu dalam pelukannya, kedua matanya menutup, dan ekspresinya sangat tak berdaya. Gadis peri yang ada di lengannya itu berparas jelita—ia selalu nampak cantik di matanya. Hati Zveon terasa hancur ketika ia terus mengamati gadis yang tak sadarkan diri itu, kembali menyadari bahwa gadis tersebut telah hampir mengorbankan nyawanya... demi menyelamatkan Zveon.

Perlahan Ziella membuka matanya yang berkilau jingga, dan ia meraih lengan Zveon dengan tangan mungilnya yang bergetar. Bibirnya ingin mengucapkan sesuatu, namun tak ada yang terucap. Pilu, Zveon meraih tangan Ziella, menempelkannya ke pipinya walau itu hanya akan membuat Ziella semakin kedinginan.

"Ziella ... mengapa ... mengapa kau berbuat sebanyak ini untukku?" bisik Zveon, memejamkan matanya.

Aku berjanji aku akan sekuat dirimu ...

Dan Zveon membawanya pergi.

***

Aku merasakan kehangatan sebuah kain tebal yang membalutku, suara gemersak dedaunan kering yang menjadi alas tidurku. Merasakan kelembaban udara sekitarku. Kilauan api yang berkobar pelan perlahan membuat kesadaranku kembali.

Aku membuka mata, menyadari bahwa aku sedang tidur diselimuti sebuah jubah biru, di tengah-tengah pepohonan lebat di sekitarku. Dengan masih terus berbaring, aku menelengkan kepalaku ke samping untuk melihat sesosok bayangan yang sedang menggerus pedang. Cahaya rambutku bersinar samar, tak sepadan dengan api unggun yang kini cukup menerangi kami berdua.

Di sana aku melihat Pangeran Zveon yang menyadari kalau aku sudah terbangun. Ia tak berjubah, sehingga aku bisa melihat dengan jelas rambut birunya yang ikal dan paras pucatnya serta mata merah menyalanya yang sedang menatap iba kepadaku. Ia meletakkan pedangnya, berjalan mendekatiku dan duduk berselonjor di sampingku, sementara ia menggenggam tanganku.

"Apakah kau sudah merasa lebih baik, Ziella?" tanyanya lembut.

Aku menatapnya bahagia. Aku sangat gembira bahwa Pangeran Zveon kini sehat kembali, kekuatannya amat dapat kurasakan dalam sosoknya sekarang. Lain dengan beberapa saat yang lalu, ketika ia hampir terlihat mati. Aku sangat bersyukur.

"Oh, aku lebih dari baik," jawabku sambil tertawa haru. Hanya mata merahnya saja yang saat ini ingin kupandang. Mata itu berkilau sedih padaku. Namun aku masih terus tersenyum padanya.

"Jangan paksa dirimu," jelas Zveon dengan ekspresi datar.

"Aku bersungguh-sungguh. Aku sangat lega kau baik-baik saja, Pangeran Zveon," tuturku, genangan air mata merembes turun dari kelopak mataku. Napasku sesak akan rasa takut yang masih tersisa. "Aku takut apabila ... apabila kau..."

Zveon diam menatapku. Ia bergeming, tidak bereaksi dengan tangisanku. "Jangan ... lakukan itu lagi," bisiknya.

Aku terkesiap. "Pangeran Zveon ..."

Dark and Light (Wattys 2016 Winner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang