Chapter 18 - Strength

12.4K 886 16
                                    

Pagi hari menyambutku tanpa meninggalkan jejak yang kasat mata seperti cahaya yang benderang, terutama karena aku masih berada di dalam Istana Kegelapan yang dikarantina dari penerangan ini. Aku bergegas dari kamar menuju ruang makan. Ruangan-ruangan yang gelap menunjukkan sedikit sinar matahari dari celah-celah yang sangat sempit dari jendela. Cahaya di luar seakan-akan bersinar begitu terangnya sehingga berhasil mendesak masuk sebagian partikelnya pada ruangan-ruangan ini, membuat Istana tak segelap hari-hari sebelumnya.

Di ruang makan sudah terdapat Stella dan anehnya, dengan Pangeran Zveon, yang sudah menungguku sambil melemparkan senyum hangat padaku begitu aku datang.

"Selamat pagi, Pangeran Zveon, Stella," ucapku sambil duduk di kursiku, sementara mereka berdua membalas salamku. Aku menatap Pangeran Zveon yang sedang menggunakan tudungnya dan tak menampakkan mata merah menyalanya. Di atas piringnya tersedia sepotong cake.

"Pangeran Zveon ikut makan?" tanyaku sambil mengamati santapannya yang sederhana itu. Bukankah Pangeran saat ini hanya mengkonsumsi darah? Hmm, mungkin saja cake di atas piringnya itu bukan cake biasa. Bisa saja itu adalah cake khusus untuk vampir dengan rasa darah... ah sudahlah, aku ini terlalu berandai-andai.

Stella melirik kakaknya sambil mengulum senyum antusias. Ia terlihat bahagia dapat berkumpul bersama kakaknya dalam sarapan kali ini.

"Sebenarnya tujuanku di sini bukan untuk makan, tapi untuk menyampaikan sesuatu pada kalian berdua," ujar Pangeran Zveon, tak ragu untuk menyendok sepotong cake itu setelah ia berbicara.

"Apa yang ingin kau sampaikan, kakak?" tanya Stella penasaran. Aku ikut memerhatikan Pangeran Zveon lekat-lekat.

Pangeran Zveon menelan makanannya, lalu berkata, "Aku akan pergi ke luar Demozre besok bersama beberapa anggota Fantasy Warrior untuk mendamaikan West Wing bagian utara."

Stella terlihat syok. "North-West, maksudmu?" pekiknya. "Tempat itu berbahaya. Klan Damagus dan Klan Stockmess tak pernah berhenti berperang selama ribuan tahun silam!"

"Faktanya, Klan Damagus lah yang melakukan banyak penjajahan atas Stockmess, Stella," jawab Pangeran Zveon. "Hal-hal mengerikan terjadi di sana. Parahnya korban perang bukan merupakan para serdadu lagi, namun anak-anak."

"Anak-anak?" erang Stella tak percaya.

Aku menelan ludah. Setelah perdamaian East dengan West, aku yakin masih ada peperangan yang belum reda pada bagian West tersendiri. Hal itu disebabkan oleh makhluk kegelapan yang memiliki ego yang tinggi. Meskipun aku tak mengerti tentang klan-klan yang disebutkan mereka, aku cukup paham dengan perang.

Anak-anak yang menjadi korban dalam perang. Isak tangis dan raungan yang mereka keluarkan sewaktu melihat keluarga mereka dibunuh dan disiksa. Trauma itu. Aku memilikinya. Api membara, berkobar di mana-mana.

Jika George tak menolongku, aku pasti sudah menjadi korban saat itu. Aku tak tahu apakah melupakan wajah-wajah keluargaku sendiri adalah hal yang baik atau buruk saat ini. Aku harap aku dapat mengingat mereka.

"Ziella, kau baik-baik saja?" tanya Pangeran Zveon.

Tiba-tiba lamunanku musnah dan aku kembali menatap ke arah makanan yang sama sekali belum kusentuh. Pangeran Zveon dan Stella sedang menatapku yang memegang sendok dan garpu sambil terdiam, seakan-akan seseorang telah mengutukku jadi batu. Aku berusaha bertingkah normal. "Ah, ya, baik-baik saja," ujarku sambil mulai bersarapan.

"Apakah aku boleh ikut bersamamu, kak?" tanya Stella lagi.

Pangeran Zveon menggeleng. "Stella, kau harus fokus dengan sekolahmu. Para Warrior yang hebat akan membantuku. Lagipula, Anna juga akan berjuang bersamaku. Pasukan kami sudah lebih dari kuat."

Dark and Light (Wattys 2016 Winner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang