Setelah melewati waktu berjam-jam membiarkan para pelayan merias dan memakaikan gaun ke tubuhku, para pelayan akhirnya memutuskan bahwa aku sudah siap pergi ke Pesta Fancy. Aku dan Stella berkumpul bersama para pelayan di sebuah kamar khusus berdandan, di mana terdapat banyak meja rias beserta lemari-lemari pakaian yang besar ditempatkan bersandar pada tiap-tiap celah dindingnya. Lampu kandelir di ruang ini dinyalakan, sengaja untuk mempermudah proses berdandan kami.
Aku merasa gatal ingin menggaruk wajahku karena para pelayan telah memolesnya dengan berbagai macam alat make-up yang tak pernah kuketahui sebelumnya. Pinggangku sudah terasa sakit akibat korset superketat yang mereka talikan kuat-kuat. Kakiku juga dimuat secara paksa di atas sepatu berhak tinggi. Namun aku sangat menyukai gaunku ini; gaun putih berlengan panjang dengan jumbai-jumbai renda oranye yang menawan. Setelah para pelayan puas dengan kinerjanya, aku mulai memutar-mutarkan badanku dan membiarkan gaunku berputar dan mengembang dengan indahnya.
"Ah, kau cantik sekali, Nona Ziella," puji Denna, yang kebetulan ikut membantuku dengan gaunku. Aku tersipu malu dibuatnya. "Coba lihat dirimu sendiri!" serunya sambil menunjuk sebuah cermin besar yang terletak di sampingnya.
Aku mendatangi cermin itu sambil melihat diriku sendiri. Lalu aku terlonjak kaget melihat sesosok gadis yang ada di cermin itu. Seorang gadis dengan gaun indah, rambut bersinar kejinggan yang serasi, bermata oranye cerah dan paras yang anggun. Rambutku yang bersinar dibiarkan bergerai, sebuah jepit kupu-kupu bertakhtakan berlian terselip di samping telingaku. Rona merah menyapu tulang pipiku, serta bibirku, menimbulkan kesan sayu yang menawan. Aku seperti tak mengenali diriku sendiri saat aku terus memandang cermin.
Kemudian aku menatap ke arah Stella, yang kini menggunakan gaun berwarna biru tua yang bertaburan glitter berkilau di seluruh permukaannya, renda-renda putih berjumbai di rok-nya yang panjang. Rambutnya diikat dalam kepangan-kepangan yang rumit hingga rambut biru gelapnya itu terjuntai rapih di balik bahunya. Matanya terlihat semakin besar dengan bulu matanya yang lentik dan indah, menampakkan bola mata ungu kristalnya. Bibirnya berwarna merah segar, lain dengan bibirku yang terpolesi warna merah muda samar. Aku memandanginya dari atas ke bawah, sungguh penampilan seorang putri yang menawan.
Stella nampak terkejut pula dengan penampilanku. Kami saling memandang dan terkagum-kagum. "Kau cantik sekali, Stella!" seruku kagum. "Tak secantik dirimu," balas Stella, sementara aku membalasnya, "Apa kau bercanda? Kau tentu saja lebih cantik!" dan kami saling tertawa.
"Tunggu, bukankah Pangeran Zveon sedang menjadi vampir sepenuhnya? Bukankah dia sensitif terhadap sinar?" tanyaku pada Stella dengan tampang khawatir. "Bagaimana dia bisa datang ke pesta nanti?"
"Kakakku memiliki kalung kristal merah yang akan membuatnya kebal terhadap cahaya," tukas Stella santai. "Kalung itu perlu di isi ulang dengan sihir yang besar dan hanya bisa digunakan sepanjang sepuluh jam saja. Setiap kali ia harus pergi ke luar istana, dia akan menggunakan kalung itu. Jadi, jangan khawatir."
Aku mengangguk mengerti.
Kami pun bergegas ke ruang tamu istana, dibantu oleh para pelayan yang memegangi kami saat turun tangga; karena dengan gaun panjang seperti ini kami harus serba hati-hati. Lampu-lampu di seluruh istana telah dinyalakan. Aku merasa lega setelah terbebas dari kegelapan yang biasanya menyelimutiku. Setelah sampai di lantai dasar, aku dan Stella berjalan berdampingan ke ruang tamu istana, dan di sanalah aku melihat Pangeran Zveon yang sedang duduk di sebuah sofa besar, menunggu kami.
Pangeran Zveon lantas berdiri saat ia melihat kami berdua. Mataku menyapu penampilannya yang berbeda itu. Pangeran menggunakan seragam kerajaan berwarna hitam panjang, dengan celana abu-abu dan sepatu buts selutut berwarna hitam mengkilat. Garis-garis benang berwarna keemasan meliputi ujung-ujung seragam serta celananya. Kerah seragamnya berdiri tegak mengelilingi kepalanya seakan membuatnya semakin keren. Di luar itu, ia mengenakan jubah penyihirnya, namun ia sampirkan ke belakang. Rambut biru gelapnya tersisir rapi, dan matanya berkilau merah. Sejuntai kalung bertakhtakan permata merah tergantung di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark and Light (Wattys 2016 Winner)
FantasyPemenang Wattys Award 2016 @WattysID kategori Cerita Unik / Trailblazers. ROMANCE - FANTASY - ACTION - ADVENTURE *** Ziella dan kakaknya, George, adalah spesies Hellbender yang terakhir. Para penyihir telah memburu spesies mereka, hingga kini...