Chapter 4 - The Dark Castle

15.1K 1.1K 25
                                    

Kami berkendara dengan kecepatan yang luar biasa di atas punggung naga-naga yang mengepakkan sayap-sayapnya di udara. Angin berembus kencang, menampar wajahku berkali-kali hingga aku dapat merasakan dinginnya malam di seluruh rangka kepalaku. Aku tak sanggup memandang ke bawah, dengan ketinggian seperti ini mungkin aku bisa muntah, mengingat ini kali pertama aku naik naga. Dan tulang pahaku serasa dijepit dengan serangkaian lipatan-lipatan ruas-ruas tulang belakang naga yang menghimpit dan melebar berkali-kali selagi ia mengepakkan sayap-sayapnya. Sungguh, aku ingin jatuh saja daripada terhuyung-huyung terus seperti ini.

Aku hanya memandang bintang di langit. Malam ini sangat cerah, sehingga tak ada awan yang menghalangi pandangan Pangeran dan pasukannya. Aku merasakan sinar rembulan sabit yang terang, bahkan aku tidak pernah melihatnya seterang itu. Mungkin karena aku berada lebih dekat dengan langit. Pemandangan itu indah dan memukau, diiringi suara geraman dan kelepak sayap naga-naga, serta angin kencang yang kami tembus.

Sudah sangat lama aku berada di atas naga ini, mengarungi dataran yang tak ada habis-habisnya, yang diselimuti oleh kegelapan sehingga aku sendiri pun tak mengetahui, aku berada di atas daratan atau di atas lautan. Hingga saat aku mengira bahwa perjalanan ini akan memakan waktu selamanya, kami mendekat ke arah sebuah kota, yang sangat terang benderang. Setidaknya, dibandingkan dataran yang kulihat sebelumnya, kota ini lumayan terang, dengan titik-titik cahaya yang tersebar di mana-mana. Aku memandang ke bawah sambil mengumpulkan keberanian, memandang ke arah kumpulan cahaya yang ramai dan tersebar merata ke seluruh penjuru timur dan barat.

Inikah kota Demozre? pikirku. Kota yang sangat elegan. Aku tak tahu mereka memiliki banyak penerangan seperti ini, jauh berbeda dengan desa Noreville yang diselimuti kegelapan setiap malam. Kami terus berkendara di atas langit, sedikit demi sedikit naga-naga kami menukik ke bawah, dan kemudian kami membelok ke arah kiri, menuju ujung perbatasan cahaya Demozre.

Aku memandang jauh ke depan, naga yang kutumpangi terjun lebih rendah lagi, sampai aku dapat melihat rumah-rumah yang berjejer dan penduduk kota yang sedang berlalu-lalang di jalanan. Aku memandang mereka dengan takjub. Para iblis, penyihir, dan vampir ... semuanya hidup bersama di kota ini. Lalu aku kembali melihat tujuan naga-naga ini terbang.

Di depanku terdapat istana yang tinggi menjulang, aku bahkan tak pernah melihat bangunan sebesar itu semasa hidupku. Istana itu terdiri atas tembok batu yang berwarna gelap, dan meskipun istana itu suram, bangunannya tetap kokoh. Aku dapat melihat betapa tingginya menara istana itu, ketinggian istana itu jauh lebih tinggi dibanding ketinggian kami yang terbang dengan naga. Aku harus mendongak untuk melihat bendera West Wing yang terpasang di menara tinggi istana, berkibar-kibar dengan gagahnya.

Kami melewati istana yang sangat besar itu, terbang semakin rendah di tanah dan akhirnya kami sampai ke tempat tujuan. Naga Pangeran Zveon menghantam tanah saat ia mendarat, aku menjerit kesakitan terkena efek hantaman yang merembes ke seluruh tulang-tulang malangku. Naga-naga pasukan pangeran mengikuti, mereka semua mendarat dan masing-masing dari naga yang mendarat itu menimbulkan getaran dan suara debum nyaring saat menyentuh tanah.

Kami mendarat di hamparan rumput yang sangat luas, tepat di belakang istana yang kokoh itu. Halaman belakang istana, kurasa, karena pagar batu yang sangat tinggi menjulang mengelilingi kami dan istana. Pangeran Zveon turun terlebih dahulu, lalu ia mengangkat kedua tangannya untuk membantuku turun. Aku berusaha turun, tetapi aku kemudian terjatuh dari punggung naga. Aku menjerit, namun Pangeran Zveon menangkapku tepat pada waktunya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya pangeran, masih mendekapku dengan kedua tangannya yang kuat. Aku menatap wajahnya yang dekat, aku hampir melihat rambutnya. Aku dapat merasakan bahwa ia masih sangat muda, seperti George. Tapi bayangan tudungnya menghalangi pandanganku. Pangeran Zveon lalu meletakkan aku pelan-pelan pada posisi berdiri di atas tanah.

Dark and Light (Wattys 2016 Winner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang