Paras Pangeran Forest seakan dikuasai oleh rasa sesal dan frustrasi. Begitu ia menggiring kami keluar dari kamar tidur putri itu, ia hanya berdiri diam, menggigit bibirnya sendiri dengan mata sayu. Stella berjalan mendekat dan menggosok lengannya lembut, hingga Pangeran Forest sedikit terlonjak kaget karena sentuhannya.
"Forest..." kata Stella menenangkannya. Gadis putri penyihir dengan mata permata violet itu juga menampakkan paras yang hampir serupa. "Jangan khawatir. Aku bisa mengerti kondisi Noola."
"Stella, ..." Aku mendengar nada keraguan di suara Pangeran Forest. "Ini tetap saja tak seharusnya terjadi. Kumohon, maafkan perilaku adikku." Pangeran Forest meraih tangan mungil Stella dan membungkuk untuk mengecupnya. Aku tertegun, dan Stella hanya menarik tangannya sambil menggeleng-geleng. Pangeran Forest mengernyit dan terus menunjukkan penyesalannya. Suatu permintaan maaf yang menurutku memang patut disampaikan, karena bagaimanapun, Stella adalah seorang putri. Dan walaupun Noola juga seorang putri, mengusir Stella adalah tindakan yang kurang sopan, bila dipikirkan dengan nalar waras.
"Aku hanya ingin mengatakan .." Pangeran Flinn ikut menimpali. "bahwa Noola akhir-akhir ini tidak seperti dirinya sendiri." Ia melipat tangannya sambil memejamkan mata. "Entahlah ... ia hanya terlalu sering memikirkan Zveon."
"Baru-baru ini ia pernah bercerita padaku," Suara lembut Pangeran Franell kini menjadi pusat perhatian. "bahwa ia sering bermimpi buruk, dan di mimpinya itu..." Pangeran Franell menatap kami semua dengan murung. "Ia tak akan pernah bisa bersatu dengan Zveon, karena Zveon adalah seorang vampir."
Flinn mengangguk. "Bukankah itu sudah jel—"
"Cukup."
Kami semua tersentak kaget mendengar bantahan tegas Pangeran Forest, yang kini sedang bernapas dalam-dalam sembari menunduk geram. Pangeran Flinn dan Franell langsung membungkam mulut-mulut mereka dan menatap sang putera mahkota Claumere itu dengan gamang. Aku terkejut hingga Quartz berhasil terpacu cepat lantaran sikap Forest, belum pernah aku melihatnya marah sebelumnya.
Yang jelas, Stella tidak terlihat senang. Ia yang sebelumnya merasa prihatin, kini terlihat telah sukses terusik. Aku pun makin cemas.
Stella sedikit membuang muka, dan sejenak aku pun sadar, ia bukannya tidak memusingkan Noola. Ia tidak peduli. Karena Zveon ... adalah miliknya, kakaknya seorang. Dan ketika orang lain menyinggung nama kakaknya di hadapannya, ia akan marah, apalagi jika mengatur-atur kehidupan kakaknya.
Suatu hari Stella pernah bercerita kepadaku. "Aku tak ingin membicarakan apapun tentang Zveon pada orang lain. Banyak sekali orang yang ingin tahu tentangnya melaluiku. Tapi aku menghargai privasi kakakku, dan aku tidak akan pernah menceritakannya pada seorangpun."
"Maafkan ... kedua adikku yang tolol ini," sembur Forest tiba-tiba, ditanggapi dengan rengekan kecil Flinn dan Franell. Tetapi, untuk kali ini kurasa Stella sudah menutup telinganya rapat-rapat.
"Tak apa." Stella tiba-tiba berlalu, beranjak menjauh dari kami. Aku mengejarnya dengan resah, tetapi ketika aku menggapai pundaknya, ia mengelakku. "Aku hanya ingin ... mencari udara segar," katanya dengan dingin.
Aku terdiam, alisku bertautan sementara aku terus melihatnya berjalan anggun menjauhi kami. Ketika ia hendak menuruni tangga berkelok ke bawah, ia sedikit menambahkan, "Lagi pula, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan di sini."
Pangeran Forest, Franell, dan Flinn terlihat seperti sedang terhujam panah. Pangeran Forest memandang kedua adiknya dengan murka, dan menyuruh mereka untuk melakukan sesuatu untuk Stella. Aku sendiri pun merasa kalang-kabut, aku benar-benar tidak ingin melihat anggota kerajaan dari Sayap Barat dan Sayap Timur bersitegang, walau hanya karena masalah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark and Light (Wattys 2016 Winner)
FantasyPemenang Wattys Award 2016 @WattysID kategori Cerita Unik / Trailblazers. ROMANCE - FANTASY - ACTION - ADVENTURE *** Ziella dan kakaknya, George, adalah spesies Hellbender yang terakhir. Para penyihir telah memburu spesies mereka, hingga kini...