Dinasti Joseon, 1789
Masa itu adalah masa dimana Kerajaan Dinasti Joseon (mengacu pada Negara Korea pada jaman dulu) berada di puncak kejayaan. Masa dimana rakyat menyadari bahwa tonggak dari kejayaan dan kemakmuran suatu Negara adalah rakyat yang dapat bekerja sama dengan pemerintahan dan pemerintahan yang terbuka dengan rakyat perihal politik dalam negeri maupun luar negeri.
Joseon berada di titik dimana segala sesuatunya tengah berkembang sesuai perkembangan jaman. Rakyat mulai mengenal benda-benda modern yang didatangkan mulai dari Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat seperti kamera dengan blitz yang bentuknya begitu besar dan harus ditutup menggunakan kain. Khusunya, Joseon kini benar-benar menjadi surga dimana pasar Jepang dan China dapat berlabuh.
Tradisi-tradisi mengenai gaya rambut, perhiasan, dan cara berpakaian pun yang tadinya begitu tradisional seakan perlahan mulai dapat menerima budaya dari Negara lain. Gadis-gadis Joseon mulai memiliki poni dan rambut mereka hanya digerai, yang sebelumnya rambut mereka dikepang kebelakang atau disanggul dengan Binyeo (tusuk konde).
Masyarakat Joseon mulai mengenal setelah formal yang berasal dari barat seperti jas maupun gaun yang digunakan oleh warga Negara lain. Salah satunya adalah Jepang. Jepang kini menjadi Negara nomor satu yang berhasil menduduki pasar Joseon. Setiap harinya akan berdatangan segerombolan pria dengan jas dan wanita dengan kimono melewati pelabuhan. Mereka adalah para pengusaha yang melayangkan usahanya pada Joseon, terutama di musim semi ini.
Musim semi yang indah.
Begitulah yang dipikirkan seorang gadis dengan rambut panjang yang digerai dan memakai hanbok berwarna merah muda, seakan menunjukkan kecantikan darinya. Matanya yang lebar dan berkelopak mata sangat jarang ditemui pada gadis Joseon pada umumnya yang bermata kecil dan sipit. Garis tulang hidungnya begitu menonjol seakan dirinya memiliki hidung mancung. Pipinya yang tirus merona merah saat tersenyum, membuat banyak kaum adam diam-diam menaruh hati padanya. Kulitnya yang seputih porselin seakan membuat semua mata tak segan-segan menoleh ke arahnya ketika ia lewat.
Dia, Hwang Mi Young.
Gadis berumur 18 tahun dan kecantikannya sudah mempesona banyak orang. Dia tengah melihat cerahnya mentari pagi di hari keempat musim semi. Walaupun sebenarnya pagi ini ia masih sebal mengingat tumpukan salju masih terlihat dibeberapa sisi jalan, paling tidak, sinar matahari yang hangat kali ini benar-benar berpihak padanya.
Hari itu, langkahnya hendak menuju ke sebuah toko barang antik yang -katanya- barang-barangnya diimpor langsung dari China dan Jepang. Barang-barang antik yang terbuat dari keramik baru-baru ini menjadi seperti tren baru di Hanyang, tempatnya tinggal.
"Ini adalah vas bunga pengeluaran terbaru dari Jepang! Hanya ada 5 barang di Joseon dan salah satunya adalah di toko ini! Aku akan memberikan harga spesial."
Mi Young berjalan mendekat dan mencoba melewati desak-desakan untuk melihat lebih jelas barang apa yang akan dijual hari ini.
"Berapa harganya?" seorang wanita dengan hanbok berwarna hijau cerah bertanya sembari mengipas-ngipaskan kipas berwarna emasnya. Dia terlihat seperti nyonya dari istri seorang sarjanawan -yang pada saat itu seorang sarjana memiliki kasta yang tinggi dan disegani.
"Untukmu nyonya, kuberikan 500 keping saja!"
"Ah! Mahal sekali!" seorang pria tua terlihat memprotes.
"Ini adalah barang langsung dari Jepang! Aku akan memberikan gratis binyeo dengan bentuk burung merak!"
Terdengar bunyi desahan protes dari para pengunjung yang datang karena dirasanya sangat mahal. Perlahan orang-orang mulai meninggalkan toko tersebut karena masih tidak bisa menurunkan harga yang ditetapkan penjual tersebut. Mereka gagal menawar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Joseon Princess✔
Historical Fiction"Naga emas yang memeluk bulan akan menimbulkan bencana, pada bulan itu sendiri. Ketika bulan terus berada dekat dengan matahari, bulan akan menjadi merah, semerah darah. Bulan itu, berada dalam bahaya." *** Dinasti Joseon, 1789 ...