Mi Young berusaha melawan segenap ketakutannya, mengernyitkan dahinya, ia mendekat untuk melawan tatapan setajam elang itu, "Aku tidak perlu mengetahui siapa dirimu untuk menolongmu, Tuan. Aku akan mengambilkanmu makanan."
Tak butuh bersusah payah untuk melepaskan genggaman pria itu karena ia sekarang sudah beranjak dan berjalan menuju dapurnya, sekaligus berusaha meredamkan detakan jantungnya yang berdetak begitu cepat dan tak terkendali.
Sambil memasak beberapa hidangan tradisional khas Joseon di dapurnya, Mi Young tak jarang membalikkan badannya untuk sekedar melihat apa yang sedang dilakukan pria itu. Pria itu hanya berdiam diri menyaksikan punggung Mi Young yang bergerak kesana kemari, membuat semburat merah pipinya karena diperhatikan selekat itu.
Akhirnya makanan yang dibuatnya telah siap dan langsung dibawa ke hadapan pria itu. "Makanlah, Tuan. Kau butuh tenaga untuk sembuh."
Mi Young sudah siap menyuapkan makanan itu kemulutnya namun pria itu langsung melempar tangannya sehingga membuat makanan yang berada di sumpit itu terbuang. "Aku bisa melakukannya sendiri."
Menghela napas untuk mencoba sabar, Mi Young terlihat tak terpengaruh dan kembali mengambil sayuran dengan sumpit lalu memberikannya tepat di hadapan pria itu, "Tuan, tanganmu masih terluka. Aku yakin kau tidak akan bisa makan sendiri. Ijinkan aku membantumu supaya kau sembuh." Mi Young menahan napas.
Pria itu benar-benar dingin terdapat aura menyeramkan yang terpancar darinya. "Apakah kau mengerti apa yang kau katakan pada seseorang sepertiku?"
Mi Young mengernyit. Pria itu berbicara aneh sekali. "Ye, aku sangat mengerti." Kali ini Mi Young berbicara dengan mimik serius, membuat sepasang alisnya yang rapi menaut. "Biarkan aku membantumu makan, Tuan."
Ia sudah berisap untuk berdiri, menaruh mangkuk kembali ke dapur namun pria itu malah menarik tangannya kembali dan menjatuhkan kepalanya tepat di pundak Mi Young yang kecil. Ia tersentak, baru kali ini ada seorang pria yang berani melakukan perbuatan seperti ini.
"Tuan?" katanya tak nyaman, sembari menghindari namun pria itu malah mendekapnya makin erat. Bukan tanpa alasan ia berdebar tak karuan. Mi Young bahkan dapat merasakan hawa panas tubuh pria itu dan hembusan nafas yang mengenai daun telinganya, menyisakan sensai aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Biarkan dulu seperti ini."
Menelan ludahnya dengan gugup, Mi Young hanya bisa pasrah dan menunggu hingga suara dengkuran pria itu terdengar di telinganya, menandakan bahwa ia tertidur.
Mi Young terkikik geli, rasanya dia sangat bodoh memikirkan hal yang macam-macam. Pria itu pasti sangat kelelahan.
Ia segera menidurkan kepala pria itu kembali dan memandangi wajahnya yang tengah tertidur pulas.
Begitu tampan.
***
Bulan purnama itu entah kenapa terlihat lebih bulat dan terang dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Pria itu memandangi langit melalui jendela kediamannya. Jubahnya yang berwarna biru tua dengan ukiran naga emas di tengahnya melambai-lambai mengikuti semilir angin yang masuk ke ruangannya.
Tak lama, seorang kasim masuk ke ruangannya dan membungkuk dalam, memberi hormat.
"Putra Mahkota..."
Pria dengan jubah biru itu menoleh, "Apakah sudah ada kabar?"
"Yang Mulia, mohon ampuni hamba. Pria itu menghilang sejak kemarin malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Joseon Princess✔
Historical Fiction"Naga emas yang memeluk bulan akan menimbulkan bencana, pada bulan itu sendiri. Ketika bulan terus berada dekat dengan matahari, bulan akan menjadi merah, semerah darah. Bulan itu, berada dalam bahaya." *** Dinasti Joseon, 1789 ...