Sejuk dan hangat, perpaduan yang begitu sempurna di pertengahan musim semi. Mi Young menengadahkan wajahnya, dapat melihat dengan jelas sinar matahari yang mulai bersinar menembus sekelabat awan putih di langit biru. Ia tersenyum dan memejamkan matanya, menghirup udara pagi yang terasa begitu sejuk, terutama wangi bunga cherry blossom yang sudah mulai tumbuh di beberapa tempat di sana, sesuatu yang menjadi kesukaannya di musim semi.
"Agassi, apakah anda ingin menanam bibit ini?"
Mi Young membuka matanya dan menoleh ke arah Sora di sampingnya. Wanita itu ikut berjongkok di sampingnya, seraya menyodorkan tangan kanannya yang memegang beberapa butir bibit tanaman.
"Apakah itu bibit bunga tulip?"
Sora mengangguk, "Ye, agassi. Apakah anda ingin saya menanamnya?"
Mi Young mengangguk dan mengedarkan pandangannya, mencari tempat yang tepat untuk ditanam bibit itu. "Tanam saja di dekat pohon, Sora. Jangan di dekat kolam, nanti bunganya menghalangi pemandangan kolamnya."
Sora mengangguk mengerti dan segera berdiri, melaksanakan perintah agassinya. Pagi itu, Mi Young dan beberapa pelayan lainnya tengah berada di halaman belakang kediaman Siwon. Serentak mereka berencana untuk menanam bibit-bibit tanaman musim semi―yang dibawa Mi Young dari rumahnya.
Mi Young tengah menepuk-nepuk tanah di depannya ketika mendengar sekelabat suara pria yang tengah berseru memarahi tiga anak buah di depannya. Mi Young menoleh, mendapati Siwon yang tengah berkacak pinggang.
Bukannya takut, Mi Young malah terkikik geli ketika mendapati ekspresi marah pria itu yang membuat para anak buah Siwon ketakutan. Mereke bertiga hanya dapat menunduk dan mengangguk-anggukkan kepala ketika Siwon mulai menceramahi mereka, sesekali tangannya terangkat untuk memberitahu apa yang tengah dibicarakan.
Tak lama, ketiga anak buah itu pergi dan Siwon menolehkan wajahnya ke arah Mi Young yang juga tengah menatapnya balik. Siwon berjalan mendekat, memberi isyarat kepada para pelayan di dekat mereka untuk segera pergi meninggalkan mereka berdua.
Siwon mengecup pucuk kepala Mi Young sebelum ia duduk di sebelah gadis itu yang tengah menaruh bibit-bibit tanaman ke dalam tanah. Pria itu menghela napas berlebihan sebelum menopang tubuhnya dengan kedua tangannya.
"Pakaianmu kotor bila kau duduk di sini." Mi Young menoleh dan tersenyum kecil, melihat raut kelelahan Siwon di sampingnya.
Pria itu lagi-lagi menghela napas, sesekali meliri ke arah Mi Young yang tengah sibuk dengan apa yang dilakukannya. "Aku tidak peduli. Aku lelah dan ingin berada di dekatmu."
"Apa yang terjadi?"
"Ini tentang Kaisar Jepang yang masih belum dapat menerima kenyataan bahwa aku adalah seorang Putra Mahkota Joseon. Ayah angkatku juga masih belum menyetujui keputusanku untuk kembali ke istana."
Mi Young menatap wajah gundah Siwon, lalu ia melepas sarung tangan kain yang dipakainya, menyentuh punggung tangan Siwon dan tersenyum. "Apakah ada yang bisa kulakukan? Kuharap aku dapat membantumu."
Siwon menoleh dan balas menatap Mi Young dengan intens. Tangan sebelahnya ikut menyentuh punggung tangan Mi Young yang menyentuhnya, "Yang harus kau lakukan hanyalah tetap di sampingku dan jangan pernah berpikir untuk pergi. Terutama, seperti kejadian waktu itu."
Mengingat peristiwa dimana Mi Young kabur dari rumahnya membuat suasana hatinya yang buruk kian menjadi-jadi. Melihat ekspresi Siwon yang berubah muram lagi-lagi membuat Mi Young terkikik geli.
Siwon mengernyit, "Apakah perkataanku lucu?"
"Sangat." ujarnya, dan tawa kecilnya meledak.
Melihat gadisnya tertawa, sontak membuat suasana hati Siwon membaik. "Aku senang kau tertawa seperti ini." Siwon tersenyum menatap wajah Mi Young yang berseri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Joseon Princess✔
Historical Fiction"Naga emas yang memeluk bulan akan menimbulkan bencana, pada bulan itu sendiri. Ketika bulan terus berada dekat dengan matahari, bulan akan menjadi merah, semerah darah. Bulan itu, berada dalam bahaya." *** Dinasti Joseon, 1789 ...