Ibarat melihat matahari terbenam, rasanya gadis itu terlihat sangat mempesona dalam balutan hanbok ungu berbahan satin, ditambah riasannya yang tipis namun sama sekali tak mengurangi kecantikannya. Choi Siwon untuk pertama kalinya terpesona melihat seorang wanita. Di matanya, gadis itu tengah berdiri menatapnya ditambah pemandangan turunnya bunga musim semi berwarna merah muda, membuat suatu desiran aneh di dadanya. Penyelamatnya.
"Apa yang sedang tuan lakukan disini?"
Kata gadis itu seakan membuyarkan keterpesonaan Siwon yang berada di atas langit. Dia kembali memasang wajah dinginnya, namun gagal total ketika menatap mata gadis itu yang terlihat seperti seorang malaikat tak berdosa.
Siwon mengerdikkan bahunya ke arah rumah Lee Donghae, "Aku diundang oleh pemilik rumah ini. Kau juga?"
Gadis itu tersipu dan tersenyum kecil, "Aku juga."
"Baguslah," Siwon menaikkan sudut bibirnya lalu kembali berkata, "Aku senang melihatmu kembali."
Pernyataan penuh arti Siwon membuat gadis itu terdiam, seakan tengah berusaha mencerna arti dari perkataannya. Siwon tak bisa melepaskan pandangannya pada gadis di depannya. Gadis itu terlihat gugup. Ia rasanya ingin tertawa melihat kecanggungan Mi Young. Gadis yang polos, yang tak tahu apa-apa, yang masih muda, penyelamatnya.
"Yamato-sama, tidakkah sebaiknya kita masuk ke dalam?"
Perkataan bahasa Jepang asisten pribadinya seakan membalikkan kesadarannya dari pandangan kagum Siwon pada gadis itu. Siwon melirik sekilas dan menjawab kembali dengan Bahasa Jepang yang fasih, "Kita akan segera masuk ke dalam. Segera bawa hadiah yang kubawa."
"Baik."
Sementara sang asisten menyuruh ajudan-ajudan di belakang untuk menggotong barang-barang yang ditujukan untuk sang pemilik rumah, Siwon kembali menatap Mi Young yang terlihat kebingungan.
"Kita akan bertemu kembali di dalam, Agassi (nona)."
Mi Young tergagap dan menunduk, "Ye, Tuan."
Dan Siwon beserta rombongannya segera memasuki kawasan rumah milik Lee Donghae, meninggalkan seorang Mi Young yang tak bias melepaskan tatapannya pada punggung milik Choi Siwon yang mulai menjauh dan pada akhirnya hilang di tengah kerumunan.
"Agassi, kau menghalangi jalan!"
Mi Young terperanjat dan menoleh melihat seorang bapak-bapak tua tengah membawa tandu dan mencoba menyingkirkannya dari jalan.
"Joseonghamnida, ahjussi. (Maaf, paman)"
Dan pada akhirnya Mi Young hanya bisa merutuki kelalaiannya seraya masuk ke dalam kerumunan pesta yang akan segera di mulai.
***
Putri Mahkota sudah menunggu di depan tandunya. Dia merapikan binyeo naga yang melelet di rambutnya dan sesekali merapikan jubah biru kebesarannya. Setelah dirasanya semua sempurna, ia menoleh ke arah tandu di depannya, lebih tepatnya tandu milik Putra Mahkota.
Putri Mahkota sudah menunggu suaminya selama hampir setengah jam, namun batang hidung sang penerus belum muncul juga. Putri mendesah, ini bukanlah yang pertama kalinya dia menunggu kedatangan Putra Mahkota seperti ini. Beliau memang sering tidak tepat waktu. Sesuatu yang sebetulnya tidak disukainya.
Tak lama suara langkah kaki Putra Mahkota dan dayang-dayangnya terdengar dan mereka sudah sampai di depan tandu. Putri Mahkota memasang senyum sopannya -senyum yang telah dia latih bahkan sebelum dirinya mengikuti pemilihan Putri Mahkota- dan menunduk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Joseon Princess✔
Historical Fiction"Naga emas yang memeluk bulan akan menimbulkan bencana, pada bulan itu sendiri. Ketika bulan terus berada dekat dengan matahari, bulan akan menjadi merah, semerah darah. Bulan itu, berada dalam bahaya." *** Dinasti Joseon, 1789 ...