PART 2
Dinasti Joseon, 1774, 15 tahun yang lalu;
"Cepat tangkap bolanya!"
Lapangan futsal itu begitu riyuh oleh para penonton yang bersorak-sorai menonton pertandingan sepak bola para anggota istana dengan para penjaga Istana sebagai tim mereka. Para dayang dari berbagai bagian pun terlihat ikut menonton dan bersorak menyerukan tim unggulan mereka, karena pertandingan sepak bola seperti ini adalah pertandingan yang menarik perhatian siapa pun yang berada di istana, terutama para Putri yang ikut menonton tak jauh dari para dayang.
"Jeoha, bolanya!"
Choi Siwon, sang Wongja, sang Putra Mahkota―yang tengah mengenakan jubah kuning khusus olahraganya―tersenyum lebar sembari berlari sekencang mungkin ke arah bola yang dioper oleh pengawal pribadinya.
Saat-saat seperti ini adalah saat favoritnya selama berada di Istana. Karena baginya, walaupun kelelahan paling tidak ia dapat terhindar dari buku-buku yang harus ia pelajari untuk kelak ia menjadi Kaisar masa depan.
Ketika ia hampir menangkap bola itu dengan kakinya, tiba-tiba tanpa diduganya ia menubruk badan seseorang lalu tersandung dan langsung terpental jatuh ke tanah, membuat para penonton yang melihat mnejadi terkejut, bahkan terdengar pekikan dari dayang-dayang yang menonton.
Siwon meringis kesakitan, merasakan perih di punggungnya. Ketika dilihatnya sebuah tangan yang terulur kepadanya, ia menolehkan kepalanya dan melihat Choi Minho, adiknya, tengah memakai pakian olahraga khusus Pangeran.
"Maafkan aku, hyungnim, aku tidak sengaja menabrakmu." katanya tanpa emosi, begitu juga dengan ekspresi di mukanya yang datar.
Siwon meraih uluran tangan Minho dan perlahan bangun dari tempatnya, diikuti oleh para penjaga Istana (yang ikut bermain bersama mereka) yang menatap khawatir padanya.
"Apakah Jeoha baik-baik saja?" Salah satu pengawal di tim sepak bolanya menatapnya khawatir.
Siwon tersenyum dan menggeleng pelan, seraya menepuk-nepuk lutut dan punggungnya yang terkena serpihan tanah, "Aku tidak apa-apa."
"Maafkan aku Hyungnim," Minho mengerutkan dahinya, anehnya kali ini ada raut khawatir di wajahnya, "Aku ingin merebut bolanya darimu tapi sayangnya aku malah menabrakmu."
Siwon tersenyum dan menepuk pelan pundak adiknya yang lebih pendek itu. "Aku tidak apa, Minho-ya." Siwon kemudian menatap ke arah para penjaga Istana, "Kalian juga tidak usah khawatir, aku hanya terjatuh kecil. Lebih baik kita lanjutkan..."
"Lebih baik kita sudahi saja, Hyungnim."
Siwon menoleh ke arah Minho yang berbicara padanya. "Kenapa?"
"Tidakkah anda seharusnya mengikuti pelajaran guru pribadi hyungnim?"
"Benar, Jeoha." Kali ini pengawal pribadinya yang berbicara.
"Baik, baik. Kita sudahi saja hari ini. Kita akan melanjutkan pertandingan esok hari."
Siwon mengedarkan senyumnya ke arah para penjaga Istana yang mengerumuninya, termasuk adiknya, Pangeran Minho yang menatapnya dengan senyum kecil di wajahnya.
"Kau hebat, Minho-ya. Aku berharap besok kita akan ada dalam satu tim. Aku benar-benar bangga padamu."
Siwon kembali menaikkan senyumnya, senyum bijaksana dan menawannya, yang mana membuat Minho terdiam di tempatnya.
Aku benci senyum itu, batin Minho.
Akhirnya setelah memutuskan untuk menyudahi olahraga mereka, Siwon kembali ke kediamannya untuk kembali menemui gurunya, sedangkah Minho pun kembali ke kediamannya pula, hingga ia bertemu dengan ibunya, Selir Moon yang berdiri menatapnya bersama dengan para dayang di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Joseon Princess✔
Historical Fiction"Naga emas yang memeluk bulan akan menimbulkan bencana, pada bulan itu sendiri. Ketika bulan terus berada dekat dengan matahari, bulan akan menjadi merah, semerah darah. Bulan itu, berada dalam bahaya." *** Dinasti Joseon, 1789 ...