Untuk pertama kali di dalam hidupnya, Mi Young merasa kecantikannya dapat membawa sebuah musibah di hidupnya.
Musibah? Ya.
Baginya, posisi di dalam istana akan membawa musibah. Suatu kali di hujan yang lebat, ayahnya pernah memberitahu bahwa istana adalah tempat yang kejam. Dan beliau berharap putrinya tak pernah berniat untuk masuk ke istana.
Peristiwa pembunuhan ayahnya satu tahun yang lalu seakan menjadi bukti nyata tentang perkataan ayahnya. Sewaktu masih hidup, ayahnya adalah pegawai istana walaupun tidak memiliki jabatan yang tinggi di sana. Berulang kali beliau memberitahu istana adalah tempat dimana seseorang dapat saling mencelakai karena mereka haus akan kekuasaan dan jabatan.
Peristiwa pembunuhan setahun yang lalu itu juga dilakukan oleh orang istana, dan yang menjadi korban adalah rekan-rekan ayahnya yang telah bekerja di istana untuk Baginda Raja. Dalam hati, ia yakin bahwa kejadian tersebut ada sangkut pautnya dengan konspirasi-konspirasi politik Istana -walaupun tidak pernah ada yang tahu tentang penyebab sebenarnya peristiwa kelam itu.
Bukankah akar dari segala kejahatan adalah karena cinta uang? Dia bukan seorang yang tamak. Baginya jauh lebih penting menikahi seorang pria yang dia cintai disbanding menikah demi kekuasaan.
Mi Young menunduk dalam, "Joseonghamnida, Jeoha, hamba bukanlah siapa-siapa. Hamba tidaklah lebih dari seorang rakyat jelata yang pantas untuk mendapatkan hati Jeoha. Hamba tidak berani, Jeoha."
Putra Mahkota menaikkan sudut bibirnya dan berkata, "Kau sepertinya telah mengerti. Tapi, apakah kau sadar kau telah menolak sesuatu yang besar, agassi?"
Mi Young mengangkat wajahnya dan menatap mata Putra Mahkota yang terlihat marah. Apakah ia telah membuat kesalahan karena telah menolak Yang Mulia Putra Mahkota?
"Joseonghamnida, Jeoha."
Putra Mahkota menyipitkan mata, "Aku akan menunggu hingga kau menyetujui untuk masuk ke istana." Katanya sebelum berbalik dan pergi dari sana, meninggalkan Mi Young yang hanya bisa menghela nafas dengan lega.
Tiba-tiba saja ia teringat kembali dengan Choi Siwon, pria perebut ciuman pertamanya. Dia juga tak lupa, pria itu menyebutnya miliknya. Astaga! Apa yang sebenarnya sedang ia hadapi? Dua pria yang mengingini dirinya. Ia harus segera pergi dari sini sebelum ia menjadi semakin gila.
***
Saat Putra Mahkota sudah kembali ke tempat duduknya untuk kembali menikmati acara, Yeri terdiam menatap suaminya.
"Jeoha dari mana saja? Hamba mencari anda sedari tadi." Tanyanya dengan sopan dan pelan.
"Wangsejabin (Putri Mahkota), aku hanya pergi ke kamar mandi." Kata beliau tanpa menatap Putri Mahkota.
Yeri hanya tersenyum sembari menahan perasaannya, "A-ah, ye, hamba mengerti." Katanya sebelum benar-benar tenggelam dengan pikirannya sendiri.
***
Ketika orang-orang sedang sibuk menikmati perayaan, Choi Siwon diam-diam menghampiri seorang anak buahnya yang sedang berdiri tak jauh dari pagar masuk kediaman tuan rumah. Ia membisikkan sesuatu kemudian anak buahnya mengangguk dan pergi untuk menjalankan perintah atasannya.
Ketika ia kembali ke tempat duduknya, asisten di sebelahnya mendekatkan mulutnya ke telinga Siwon, "Yamato-sama, kita harus segera melaksanakan rencana itu." Katanya dalam bahasa Jepang, supaya tak seorang pun tahu apa yang sedang mereka bicarakan mengingat para tamu undangan adalah orang Joseon.
Siwon hanya tersenyum miring sambil meminum cangkir di tangannya, "Jangan khawatir, aku telah menyuruh mereka untuk melaksanakan rencana ini ketika Putra Mahkota bersiap untuk pulang. Kita akan pergi sekarang sebelum ia menyadari kedatanganku."
Siwon meletakkan cangkir ke meja lalu kembali menatap ke arah Mi Young yang sudah kembali menikmati jamuan sebelum ia pergi dari sana.
***
Hampir tengah malam, jamuan perayaan makan malam telah selesai dan para tamu undangan berpamitan kepada sang tuan rumah, begitu juga dengan Mi Young. Sang Putra Mahkota dan Putri Mahkota sudah berdiri di depan pagar, bersiap untuk menaiki tandu.
"Kami sangat berterima kasih karena Yang Mulia Putra Mahkota dan Putri Mahkota berkenan untuk hadir dalam perayaan kecil kami," kata Lee Donghae sambil menunduk dalam.
Putri Mahkota menyahut, "Kami sangat senang dan kami sangat menikmati acaranya. Bukankah begitu, Jeoha?"
"Ayahmu adalah menteri dan orang penting di negeri ini dan kau sebentar lagi akan mendapatkan pekerjaan di istana. Kau harus melayani Negara dengan baik, Lee Donghae-ssi."
Lee Donghae tersenyum lebar dan kembali menunduk, "Ye, Jeoha. Hamba akan mengingat pesan-pesan Jeoha."
Setelah keluarga Lee menunduk untuk mempersilahkan beliau pulang, Sang Putra Mahkota berjalan ke arah tandu yang telah siap dibuka. Ketika ia sudah menunduk untuk bersiap memasuki tandunya, tiba-tiba suara tembakan terdengar dan peluru meluncur dari arah atas mengenai lengan kirinya, membuatnya terjatuh dan menggeram kesakitan.
Sontak, orang-orang yang melihat kejadian tersebut lansung panik dan berteriak memanggil Yang Mulia Putra Mahkota.
"Jeoha!! Anda baik-baik saja?!" teriak Yeri dan segera ia menghampiri Minho yang sudah terkapar di tanah.
Kasim Lee cepat-cepat memasukkan Putra Mahkota yang tengah merintih kesakitan ke dalam tandu sedangkan para pengawal istana sontak melihat ke arah atas dan menemukan seorang pria dengan pakaian serba hitam dan penutup muka tengah melarikan diri membawa senapan di tangannya.
"Cepat kejar dia!!" seru salah satu pengawal istana membuat pengawal yang lain segera mengikuti penembak yang telah melarikan diri dan melompati atap demi atap.
Tandu Putra Mahkota segera dibawa oleh penjagaan ketat untuk dipulangkan ke istana dan tak lama rombongan Istana segera meninggalkan tempat itu.
Choi Siwon yang sudah sejak tadi bersembunyi di balik pagar segera menampakkan dirinya dan tersenyum licik menatap tandu kerajaan yang semakin lama semakin menjauh dari tempat itu. Ia menolah ke arah belakang dan mengangguk, membuat orang di belakangnya membungkuk dan pergi dari sana.
Kembali Siwon menatap jalanan yang tengah ramai oleh para tamu, kemudian tatapannya terhenti pada gadis penyelamatnya, Hwang Mi Young, yang terlihat sangat terkejut. Lama ia menatap gadis itu hingga kedua alisnya tertaut, sudut bibirnya terangkat, memikirkan suatu rencana.
"Hwang Mi Young," bisiknya pelan, menatap gadis itu untuk yang terakhir kalinya sebelum ia pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Joseon Princess✔
Historical Fiction"Naga emas yang memeluk bulan akan menimbulkan bencana, pada bulan itu sendiri. Ketika bulan terus berada dekat dengan matahari, bulan akan menjadi merah, semerah darah. Bulan itu, berada dalam bahaya." *** Dinasti Joseon, 1789 ...