Sakit, pusing. Kepalanya terasa nyeri.
Siwon membuka matanya dan semuanya berputar pada penglihatannya. Cukup lama ia menyesuaikan diri hingga akhirnya ia sadar ia berada di dalam sebuah kamar. Ketika ia mencoba untuk bangkit, sengatan di lengan kirinya kembali terasa, membuatnya meringis kesakitan.
Ia memegang lengan kirinya dan barulah ia menyadari lengannya yang telah dibalut oleh perban. Pakaian setelan Jepang yang selalu digunakannya pun kini telah berganti dengan hanbok putih tidur yang kekecilan di badannya.
Siapa yang menggantikan bajunya?
Siwon mengernyit, mencoba mengingat semuanya. Semalam, ia dikejar oleh para pria bersenapan yang berniat membunuhnya. Ia baru tahu bahwa dalang di balik semua itu adalah adiknya yang rupanya telah sekian lama mengincar nyawanya.
Lalu saat itu suara letusan senapan terdengar dan dua peluru mengenai lengan kirinya. Sekuat tenaga ia mencoba untuk kabur hingga akhirnya ia bersembunyi di balik gerobak. Setelah itu ia tidak ingat apa pun karena kesadarannya hilang dan semuanya menjadi gelap.
"Dimana ini?"
Sekuat tenaga Siwon mencoba untuk bangun. Dengan langkah terseok-seok, dia keluar kamar dan menemukan bahwa rumah yang tengah ia tempati kosong. Pada dapur―yang menghubungkan dengan halaman belakang―hanya menyisakan tungku yang apinya telah lama dimatikan.
Sesaat kemudian, suara pintu geser kayu yang dibuka terdengar. Dengan perlahan ia melangkah, untuk memastikan siapa gerangan orang yang berhasil menolongnya dari maut. Ia sudah siap untuk mati saat menyadari ia terkena tembakan pada saat itu karena ia yakin betul tak akan ada seorang pun yang berani menolongnya, terlebih dia adalah seorang pria Jepang dan terkena luka tembak.
"Tuan?"
Suara seorang perempuan terdengar tak jauh dari tempatnya. Siwon mengernyit ketika dengan susah payah ia berjalan menuju punggung seorang gadis mungil yang membelakanginya. Suara helaan terdengar sebelum gadis itu benar-benar berbalik dan terkejut mendapati Siwon yang sudah menjulang tinggi di belakangnya.
Gadis itu begitu mungil, tingginya hanya sebatas leher Siwon. Cantik, sangat cantik. Matanya begitu bulat dan tatapannya lembut―tatapan sama yang diberikan ibundanya lima belas tahun yang lalu. Siwon mengernyit tidak suka memikirkan seorang wanita yang memiliki kesamaan pada ibundanya.
"Tu...tuan? Syukurlah kau telah siuman. Kau... tak apa-apa?"
Gadis itu terbata-bata. Siwon menatap gadis itu tajam. Tatapannya begitu dingin dan kaku―tatapan yang memang selalu ia pasang selama lima belas tahun setelah tragedi itu.
"Dimana aku?" tanyanya.
Siwon dapat menangkap gemetaran tubuh gadis itu ketika mendengar suaranya. Cih. Rupanya gadis itu ketakutan.
"Rumah saya, Tuan."
Siwon memicingkan matanya dan hendak mengatakan bahwa ia akan pulang saat itu juga, namun perih yang berada di lengan kirinya tiba-tiba muncul kembali, membuatnya mengerang kesakitan dan secara refleks memegang lengan kirinya yang terluka.
"Tu...tuan? Kau baik-baik saja? Akan kuambilkan air minum, tunggu sebentar." kata gadis itu, ada nada khawatir yang begitu kental di sana.
Setelah gadis tanpa nama itu membantu membaringkan kembali Siwon, gadis itu cepat-cepat mengambil air minum dari dapur dan memberikannya kepada Siwon. Sepersekian detik Siwon berpikir apakah terdapat racun disana, namun semuanya sirna saat menyadari bahwa saat ini ia mengalami dehidrasi. Ia langsung meminumnya habis.
"Aku akan membuatkanmu makanan. Tolong tunggu sebentar."
Siwon mengangkat wajahnya dan langsung menarik lengan gadis itu, sehingga kini mereka saling berhadapan begitu dekat, hanya bersisa beberapa inchi, menimbulkan sensai aneh diantara mereka. Siwon mengernyit, merasa terganggu dengan suatu perasaan aneh ketika kembali ia menatap mata bulat nan bercahaya gadis itu.
"Kenapa kau menolongku?" tanyanya dengan suara rendah dan dingin. Ia dapat merasakan tubuh gadis itu yang menegang.
Gadis itu menaikkan satu alisnya bingung, "Ye?"
"Tidak tahukah kau siapa aku?" Nadanya bagikan sebuah ancaman padahal jelas-jelas itu adalah sebuah pertanyaan. Siwon masih saja tidak menyangka gadis mungil ini berani menolongnya. Gadis itu bahkan terlihat rapuh dan lemah. Apakah gadis itu tidak menyadari darimana ia berasal? Padahal jelas-jelas Siwon saat itu mengenakan setelan formal yang sering dipakai oleh para pengusaha Jepang yang tengah datang ke Joseon.
Siwon tahu dan sadar betul siapa dirinya sekarang. Dia adalah orang penting di Jepang, yang menggunakan jaringan mafia Jepang untuk melindungi segala usahanya―membuat siapa pun orang yang sadar lebih memilih untuk pergi daripada harus berurusan dengannya. Dan yang paling utama, dia adalah Putra Mahkota pertama Joseon yag telah dikira mati oleh semua orang.
Gadis itu menatapnya ketakutan, namun beberapa detik kemudian tatapannya berubah melawan "Aku tidak perlu mengetahui siapa dirimu untuk menolongmu, Tuan. Aku akan mengambilkanmu makanan."
Siwon termangu, masih belum mengerti apa yang sebenarnya gadis itu maksudkan. Ia bahkan sudah mulai curiga bahwa gadis bermata besar itu adalah salah satu musuhnya dan berniat menjebaknya. Namun bila ditelaah kembali kata-katanya, sepertinya gadis itu sama sekali tak mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
Siwon hanya diam menyaksikan punggung gadis itu yang tengah sibuk memasak di dapur. Gadis itu sepertinya sadar dan menoleh ke arahnya, membuat mata mereka bertemu untuk sepersekian detik.
Tak lama gadis itu kembali membawa hidangan, "Makanlah, Tuan. Kau butuh tenaga untuk sembuh."
Gadis itu sudah siap menyuapkan makanan itu ke mulutnya namun Siwon langsung melempar tangannya sehingga membuat makanan yang berada di sumpit itu terbuang. "Aku bisa melakukannya sendiri." ujarnya dingin.
Siwon tidak pernah diperhatikan seperti ini sebelumnya. Dia orang yang mandiri dan melakukan semuanya dengan kemampuannya sendiri. Menerima suapan gadis itu rasanya mencoreng harga dirinya.
Gadis itu terlihat tak terpengaruh, "Tuan, tanganmu masih terluka. Aku yakin kau tidak akan bisa makan sendiri. Ijinkan aku membantumu supaya kau sembuh." katanya sambil menahan napas.
"Apakah kau mengerti apa yang kau katakan pada seseorang sepertiku?"
"Ya, aku sangat mengerti." Kali ini gadis itu berbicara dengan mimik serius, membuat sepasang alisnya yang rapi menaut. "Biarkan aku membantumu makan, Tuan."
Apakah gadis ini tulus?
Untuk sepersekian detik Siwon terlihat berpikir kembali namun pada akhirnya ia membuka mulutnya kecil, mengijinkan gadis itu untuk menyuapinya hingga hidangan di mangkuk itu habis.
Menyadari gadis itu yang hendak beranjak, secara refleks Siwon menarik tangan gadis itu kembali dan menjatuhkan kepalanya tepat di pundaknya yang kecil.
"Tuan?"
"Biarkan dulu seperti ini."
Siwon menarik napas panjang, menghirup aroma gadis itu kuat-kuat dan menemukan kenyamanan di sana. Kepalanya entah kenapa terasa pusing kembali dan semuanya terjadi begitu saja sebelum ia sadar apa yang telah ia lakukan. Sesuatu yang selama ini berada dalam dirinya terasa kosong entah kenapa terisi kembali.
Rasanya saat ini ia berada di pelukan ibundanya.
Pada akhirnya ia membiarkan dirinya tertidur di bahu mungil gadis itu, seorang gadis mempesona yang bahkan ia tak tahu namanya. Ia akhirnya tertidur dengan pulas, terperosok ke alam mimpi yang damai dan menenangkan, untuk yang pertama kalinya dalam 15 tahun.
SELESAI
KAMU SEDANG MEMBACA
The Joseon Princess✔
Historical Fiction"Naga emas yang memeluk bulan akan menimbulkan bencana, pada bulan itu sendiri. Ketika bulan terus berada dekat dengan matahari, bulan akan menjadi merah, semerah darah. Bulan itu, berada dalam bahaya." *** Dinasti Joseon, 1789 ...