Pov irina
Kenapa aku jadi bersikap manis begitu padanya? Pasti terlalu banyak air hujan yang jatuh ke kepalaku membuat aku begitu atau terlalu banyak air hujan yang sekarang di kepalaku membuat aku sweet begitu. Hhhh, aku butuh mandi. Aku berjalan ke kamarku dan mandi dengan air hangat. Selesai mandi dan berpakaian, aku langsung ke dapur, ternyata di sana dimas sudah duduk manis di kursi makan.
"hatchi!" dia bersin dengan cukup kencang. Aku menyentuh jidatnya lagi dengan punggung tanganku, panas. Aku rasa dimas beneran sakit setelah ini.
Aku menyiapkannya teh hangat dengan jahe dan jeruk nipis, mencicipinya sedikit, baru saat aku yakin rasanya pas aku menaruh di hadapannya.
"kamu kenapa hujan-hujanan sampe sakit sih dim? Mana pake acara ga bawa dompet lagi, untung kita ketemu, kalo enggak kamu mau bayar taksinya gimana?" dimas tersenyum senang. Ini orang lagi dimarahin malah senyum senyum begitu.
"aku pulang dulu sih kalo kayak gitu buat ngambil dompet, abisnya baru deh bayar taksinya." jelas dimas masih dengan senyum lebar. Aku hanya menggeleng dan bangkit dari kursi, dimas menahanku, akupun duduk lagi di kursi makan di sampingnya.
"ada apa?" tanyaku. Dimas hanya menggeleng dan tersenyum.
"makasih ya minumannya." mata dimas berbinar senang sekarang senyumnya tidak lepas dari bibir. Duh, senyum heart attack itu. Sudah berapa lama aku tidak melihatnya? Aku juga merasakan jantungku bertambah cepat melihat senyum itu membuat aku bangkit dari kursi, bahaya kalau terus terusan melihat senyum itu.
"kamu mau makan apa?"
"kayaknya bubur ayam pedas buatan kamu itu enak deh di makan dingin dingin begini. Hatchi!"
"okeee, tunggu bentar." aku mencoba mengingat resepnya, dan mengeluarkan bahan-bahannya dari kulkas. Walaupun aku jarang ada di rumah, tapi kulkasku selalu penuh dengan bahan makanan, itu berkat mbok mini yang selalu datang ke sini setiap pagi.
Aku sedang memotong bawang putih, tiba-tiba dimas memelukku dari belakang, aku sedikit kikuk untuk melanjutkan memotong bawang putihnya.
"aku suka melihat kamu masak, tapi kamu udah kelamaan berdiri sekarang, kamu istirahat dulu ya, biar aku yang ngelanjutin masaknya." katanya tepat di telingaku, hembusan napasnya mengenai pipiku, membuatnya menghangat.
"aku kan janji buat buatin kamu makanan. Jadi awas dong, kamu bikin aku susah bergerak." bukannya melepaskan pelukannya, dimas mengambil pisau yang ada di tanganku, meletakkannya di atas telenan. Kemudian dia membalikkan tubuhku, membuat kami berhadapan. Tunggu, apa aku barusan bilang 'kami'?
"biar aku yang ngelanjutin masaknya. Kamu duduk aja." mataku langsung menatap matanya yang gelap, itu coklat tua atau hitam sih? "hatchi!"
Aku memilih mengalah dan duduk di kursi makan. Menunggunya menyelesaikan bubur ayam yang tadi bahkan baru aku mulai. Suasana begini membuat aku merindukan andrew, dia yang selalu membuatkan aku makanan, aku selalu menunggunya dengan melihat punggung andrew dan memperhatikan gerak geriknya saat memasak.
"selesai! Bubur ayam pedas spesial untuk kamu." ucap dimas girang dan meletakkan mangkuk penuh bubur di depanku.
"ayam bakar madu spesial untuk kamu." kata andrew waktu itu.
"gimana? Enak ga? Aku coba inget inget tahap kamu buat waktu itu, ga aneh kan rasanya?" kata dimas padahal aku belum mencicipinya sedikitpun.
"gimana? Enak ga? Aku barusan liat di internet sih resepnya, not bad kan?"
Aku bangkit dari kursi, dimas menatapku heran.
"loh ada apa?" tanyanya bingung.
"kamu aja yang makan, aku ga nafsu." aku berjalan meninggalkan dapur dan langsung ke kamarku.
![](https://img.wattpad.com/cover/22318155-288-k783428.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Student
RomanceSeumur umur aku menjadi guru, aku tidak pernah mendapat murid segila Dimas, cucu dari pemilik yayasan tempat aku bekerja. Dimas tidak pernah berhenti menghina aku sebagai guru yang tidak kompeten, tidak menguasai materi, dll. Padahal kan dia masih k...