part 24

6.7K 306 7
                                    

Pov irina

Aku membuka mataku saat cahaya matahari menyilaukan mata. Andrew sudah menunggu di tepi ranjang, dia sedang membaca buku dengan kacamata baca yang menggantung di hidung mancungnya, membuat aku melongo. Tambah ganteng aja dia kalau gaya kutu buku Andrew muncul. Aku terbatuk sebentar. Andrew menutup bukunya dan melihatku.

"masih pusing?" tanya Andrew. Mata birunya memancarkan kekhawatiran.

"udah mendingan, drew. Kamu ga ke rs?" Andrew mengambil gelas minum di nakas kiri. Dia mengulurkan gelas itu kepadaku. Aku meminumnya beberapa teguk dan mengembalikannya ke Andrew.

"siapa yang jagain kamu kalau aku ke rs?"

"mam?"

"dia ikut Pap ke KL." aku mengangguk.

"aku mau ke rs. Kakak aku udah nyariin."

"aku udah bilang kok kamu di sini sama kak leon. Katanya, aku di sini dulu sampai kamu bener-bener sembuh." aku mengangguk lagi.

"jadi ngerepotin." kataku tertunduk malu. Aku dengar Andrew Tertawa kecil. Dia mengusap kepalaku.

"gapapa, rin. Aku kan seneng nyembuhin orang. Apalagi pacar aku." dia tersenyum ramah.

"tapi aku beneran udah mendingan, drew." kataku mencoba meyakinkan Andrew kalau aku baik-baik saja.

"bentar." Andrew berlari ke luar kamar. Aku mengamati kamar Andrew. Memang abu-abu. Aku pikir aku kemarin berkhayal. Aku mengalihkan wajahku ke kanan. Di atas nakas ada fotoku dengan bingkai warna putih. Itu kan fotoku dua bulan yang lalu, aku lagi membeli kucing baru. Bagaimana bisa...??? Aku melihat dua pintu dalam kamar satunya abu-abu, satunya lagi berwarna putih. Karena penasaran, aku menyibakkan selimut dan melangkah kesana ke pintu yang berwarna putih. Tanganku menyentuh knop pintu ragu. Aku tidak jadi membuka pintu itu karena Andrew datang. "coba aku cek dulu, kalau aku yakin kamu udah mendingan, kita ke rs." aku Mengangguk. Andrew dengan cekatan memeriksaku dengan stetoskopnya. Dari jarak sedekat ini, aku baru sadar kalau Andrew benar-benar tampan. Oh my...

"kenapa ada foto aku di sana?" tanyaku saat Andrew sudah selesai. Aku juga menunjuk fotoku dengan bingkai putih itu. Andrew bengong. Aku menunggunya menjawab.

"ya gapapa dong kalo foto kamu ada di sana?" tanya Andrew balik.

"maksud aku, itu kan foto aku dua bulan yang lalu. Kok kamu bisa dapet? Kan kita baru ketemu tiga hari yang lalu?"

"magic. Udah, yuk aku anter ke rs." iiih, aku masih penasaran. Aku menyerah karena Andrew tidak ada tanda-tanda mau memberikan jawaban susulan. Andrew membantuku berdiri dari ranjang. "kamu mau ngapain?" tanya Andrew saat aku akan membereskan ranjangnya yang acak acakan karena tidurku yang ga bisa diam.

"beresin ranjang kamu lah."

"eeeeh ga usah." aku tetap membereskannya. "what a perfect wife." Andrew tertawa. Ih. "yuk, ke rs." dan kami pun keluar dari rumah menuju rumah sakit.

...

Aku berjalan sendiri ke kamar nenek, Andrew masih ada urusan dengan salah satu pasien yang tiba-tiba komplikasi. Andrew meminta maaf karena dia tidak bisa mengantarkan aku, hanya aku tertawakan. Kayak kamar nenek jauh saja mesti di anter segala.

Tiba-tiba dengan gerakan yang tidak bisa aku hindari, kedua tanganku di pegang dan di tahan di belakangku, baru saja aku akan teriak, mulutku di bungkam dengan sapu tangan. Aku memberontak. Tapi tidak bisa apa-apa ketika tubuhku yang terkunci ditarik ke salah satu kamar yang kebetulan (atau sialnya) sedang kosong karena tidak ada orang yang menempati. Mataku mencoba menyesuaikan cahaya gelap yang mencekam. Kedua tanganku yang tadinya di belakang di angkat ke atas kepalaku, dan tubuhku di dorong ke dinding dengan cukup kencang.

My Crazy StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang