Pov irina
Andrew menungguku? Ga. Enggak mungkin. Ini Andrew Ethelind Wagner looooh, si ganteng bermata biru laut, dia bilang dia menunggu aku. Aku? Aku! Ga mungkin!
"ga usah bercanda, drew." kataku sambil tertawa. Tawa ini menutupi kegugupanku yang hebat. Jantungku masih berdetak cepat, efek kaget yang Andrew berikan. Tapi Andrew diam saja, dia hanya menatap danau. Sial. Dia serius.
Tiba-tiba Andrew melihatku. Mata birunya menghanyutkanku. Andrew tersenyum lembut. Dia mengambil tanganku, mengelus punggung tanganku, dan mengecupnya.
"aku serius." Katanya sambil mengusap punggung tanganku. "aku tau kamu pasti kaget. Aku kalau jadi kamu pasti kaget banget, ditunggu pria most wanted kayak aku." aku tertawa mendengarnya. Pede banget. "aku jatuh cinta sama kamu dari kita masih belajar tambah tambahan. Bahkan aku ga tau itu apa namanya dulu." Andrew berhenti sesaat dan tertawa kemudian. "yang aku lakuin cuma bisa ngeliat kamu dari jauh." Andrew tersenyum samar. "saat aku udah punya keberanian buat ngungkapin sama kamu, ternyata kamu udah sama farel."
"please jangan sebut nama dia." ucapku kesal. Andrew masih mengelus tanganku dengan lembut. Andrew mengangguk.
"itu yang membuat aku kuliah di inggris. Jauh dari kamu. Aku coba ikhlas kamu sama dia, tapi ternyata si brengsek itu ga ngehargai kamu sama sekali. Saat itu aku tau kalau aku ketemu sama kamu aku bakal bilang semuanya." Andrew menyelesaikan pidatonya. Aku tidak dapat berkata apa apa.
"dan itu udah semuanya?" tanyaku
"hmmm." Andrew mengusap brewok tipisnya. "aku bakal buat kamu bahagia. Aku janji. Aku ga sama kayak dia." aku mencoba percaya. Tapi aku sudah dua kali di bohongin. Aku imbisil kalau dibohongi untuk yang ketiga kalinya.
"susah buat aku percaya, drew. Aku udah dibohongi mentah-mentah..." dua kali oleh orang yang berbeda, Sambungku dalam hati. "maaf ga semudah itu buat aku." tak di sangka Andrew tersenyum lembut.
"aku mengerti. Aku ga akan pernah mengecewakan kamu, rin."
"aku pegang kata-kata kamu."
"kata ga bisa di pegang." Ishhh, aku memukul bahunya. Dia tertawa. Kami diam lama. "jadi, pacar aku mau ga? Mau lah yaaa." aku menoleh. Andrew menunggu jawabanku dengan cemas. Tidak ada salahnya memberi kesempatan buat Andrew. Oke, boleh bilang aku bodoh sekarang, mudah sekali percaya sama orang. Aku mengangguk. Andrew tersenyum lebar, dia masih mengelus tanganku.
"drew?" Andrew menoleh. Mata itu menghanyutkanku lagi dan lagi. "kamu mesti siap untuk digodain sama keluarga aku." Andrew tertawa.
"aku baru aja ngungkapin perasaan aku udah kamu kenalin ke keluarga kamu aja ya. Aku seneng banget." aku malu.
"enggak maksud aku kan..." Andrew tertawa terbahak-bahak.
"iya, aku ngerti maksud kamu." Andrew mengusap rambutku. "yuk masuk udah mau malem. Nanti kamu masuk angin." Andrew dengan lembut menarik tanganku sampai aku berdiri. Kami berjalan beriringan menuju kamar rawat nenek. Aku melihat wajahnya dari samping, aku rasa aku jatuh cinta...
...
"tante clailina, wake up." aku membuka mataku saat suara cedal fahri berteriak di telingaku. Aaaaakh, untung anak orang, kalo enggak udah aku gigit pipi tembem fahri.
"ada apa fah?" kataku sambil merem melek.
"itu ada oom bewok nunggu tante clailina di luar." oom bewok? Aku bangkit dari sofa yang aku tiduri. Kamar nenek sepi karena sepupu dan tante tante aku tidur di hotel, aku disini bersama rini dan fahri, farel pergi ga tau kemana, ga perduli juga. Aku berjalan menggendong fahri dan mengucek mataku sebentar. Saat akan membuka pintu, pintunya sudah terbuka duluan. Dan oom bewok kata fahri muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Student
عاطفيةSeumur umur aku menjadi guru, aku tidak pernah mendapat murid segila Dimas, cucu dari pemilik yayasan tempat aku bekerja. Dimas tidak pernah berhenti menghina aku sebagai guru yang tidak kompeten, tidak menguasai materi, dll. Padahal kan dia masih k...