part 19

8K 307 3
                                        

Pov irina

Aku berjalan melewati ruang tengah saat telpon rumahku berbunyi. Aku sudah akan membiarkannya berbunyi sampai mati, tetapi tidak jadi, mengingat telpon rumahku ini tidak pernah ada menghubungi, jadi aku memutuskan untuk mengangkat telpon ini.

"halo." sapaku.

"non Irina, maafin bibi yah." aku mengenali suara ini, salah satu pembantuku, bi jum.

"loh, kenapa bi? Pake minta maaf segala?"

"tadi den dimas dateng ke sini, terus nanyain non, bibi bilang non ga ada di rumah sini, bibi keceplosan bilang rumah atas sama den dimas, bibi ga tau kalo non ada di sana." oh shit, dimas pasti sedang on the way ke sini. Akupun langsung mematikan sambungan telepon tanpa mengucapkan salam kepada bi jum, ada rasa kesal kepadanya, tetapi aku tidak bisa memarahinya, karena bi jum sudah seperti nenek untukku. Beliau yang merawat aku dan kak leon ketika kedua orang tuaku sedang pergi ke luar kota ataupun ke luar negeri.

Aku berlari ke depan, niatku minggu pagi yang cerah ini aku mencuci mobilku yang sudah lumayan kotor dan merasa malu kalau membawa mobil yang kotor, kadang akan timbul omongan 'anak gadis kok mobilnya dekil' kayak aku mendengar ucapan orang lain saja. Saat sudah ada di samping mobil, aku melempar semua peralatan yang aku gunakan untuk mencuci ke dalam garasi yang agak tertutup, kemudian aku masuk lagi kedalam rumah. Aku mendengar pagar depan di buka, aku masuk ke ruang rahasia.

Ruang rahasia di rumah ini berada di samping kanan pintu depan kalau dari luar rumah. Ada kaca yang aku gunakan untuk cek penampilanku untuk yang terakhir kali sebelum pergi beraktivitas, yang merupakan kaca satu arah, yang berfungsi supaya aku bisa melihat ke dalam rumah, tetapi orang yang di dalam rumah tidak bisa melihatku. Aku hanya perlu mendorong kaca tersebut dan mengunci dari dalam, untuk memastikan orang lain kalau kaca ini bukan pintu ke ruang rahasiaku. Tidak ada yang tau tentang ruangan ini, kecuali aku dan arsitek yang membangun rumahku, yaitu ayahnya Vina.

Dari dalam aku dapat melihat dimas mengetuk pintu depan yang terbuat dari kaca. Kesal karena tidak dibukakan pintu dimas mulai menggedor Pintunya. Aku melihat penampilan dimas sekarang, kucel. Pasti dia dari bandara langsung ke sini. Aku terpenjat saat speaker di ruang tengah berbunyi sangat nyaring, speaker itu terhubung dengan hapeku, jadi saat ada notifikasi masuk, speaker itu yang berbunyi, dan terdengar di seluruh ruangan di rumah ini, tak terkecuali di ruang rahasia. Aku melihat ke arah dimas, dia juga memegang hapenya, berarti yang menelponku adalah dimas. Aku membiarkan deringnya sampai mati. Dimas mengatakan sesuatu sebentar dan duduk di anak tangga depan rumah.

Apa yang akan aku lakukan sambil menunggu dimas pergi yah? Aku duduk bersila di depan pintu, aku melihat dimas berdiri dan mengetuk pintuku lagi. Napasku tercekat ketika dimas membuka pintu depanku dengan ragu-ragu. Aku menepuk jidatku keras karena aku lupa mengunci pintu itu. Dimas mengucapkan salam saat mulai masuk rumahku, melepaskan alas kakinya dan mulai menaiki tangga rumahku. Dimas memanggil namaku dengan kencang. Dia pasti menemukan hapeku. Aku tidak tau apa yang di lakukan dimas di dalam, aku hanya bisa menunggunya dengan deg degan. Untung aku dengan cepat masuk ke sini, kalau tidak pasti dimas bisa menemukanku kalau aku memutuskan bersembunyi di kamarku.

Duh, aku mau ngapain nunggu dimas pergi? Aku menghidupkan lampu, duduk di depan tv, dan sibuk memilih kaset film, mending sekalian nonton deh. Aku memutar film kartun berjudul 'up' sangat romantis melihat perjuangan Carl untuk Ellie yang ingin rumah di pinggir air terjun itu. Berkali-kali aku menonton ini pasti aku akan menitikkan air mata. Setelah film 'up' habis, aku lanjut menonton tiga film lagi, masih dengan film kartun.

Aku mematikan tv saat perutku keroncongan heboh, sudah siang menjelang sore ternyata. Aku juga yakin kalau dimas sudah pergi. Akupun membuka pintu rahasia dan berjalan santai kedalam rumah. Aku mengambil hapeku yang sudah banyak notifikasi masuk, setelah membaca semuanya, aku meletakkan hapeku dan melenggang ke dapur untuk mulai memasak untuk makan siangku. Tiba-tiba kakiku menabrak sesuatu, aku menengok ke bawah dan ternyata yang aku tabrak adalah koper. Aku kaget, berarti dimas masih disini?!

My Crazy StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang