part 27

7K 276 21
                                    

Pov irina

"kamu lagi dimana, rin?" tanya Andrew di seberang telpon. Aku pulang dua hari yang lalu untuk mengurus pernikahanku. Aku memandang cincin di jari manis, aku masih tidak percaya kalau aku akan menikah. Hmmm, 6 bulan lagi sih. "rin?" Andrew memanggilku lagi.

"Oooh, di jalan. aku mau ke acara temen aku. Dia lusa nikah."

"malem-malem gini?"

"girls night."

"hati-hati pulangnya. Jangan minum aneh aneh, ntar kamu ga bisa pulang." semenjak Andrew melamar dua minggu yang lalu, tingkat protektif Andrew bertambah berkali-kali. Dia malah mau ikut pulang, hhhh.

"iya, sayang." kataku. Andrew pasti akan diam kalau aku bilang dia sayang. Kemudian Pipinya akan memerah. Aku suka mengejeknya kalau begitu.

"hati-hati." katanya mengingatkanku lagi. Aku meletakkan hapeku di kursi penumpang, melajukan mobilku lebih cepat. Sampai di hotel tempat acara temanku, aku memeriksa penampilanku. Perfect. Akupun turun dari mobil.

Musik keras menyambutku saat aku memasuki club yang ada di dalam hotel ini. Lita, temenku yang akan menikah ini adalah temanku SMA, dari dulu hobinya masuk ke sini, mungkin gegara dia akan menikah dan susah untuk kesini makanya dia puas puasin. Aku menggeleng melihat dia bergoyang heboh di lantai dansa. Kalau suaminya melihat kali dia akan di seret pulang. Aku tertawa dalam hati. Aku duduk di bar dan memesan softdrink. Si bartender bingung, mungkin dia paham kalau aku tidak minum, memberikan aku sebotol cola dingin. Aku tertawa kecil melihat Lita berjalan sempoyongan menuju bar dan duduk di sebelahku.

"lit, selamat ya! Akhirnya kamu nikah juga." teriakku di samping telinganya. Lita tertawa terbahak-bahak. Ini anak mabuk. Untung nikahnya lusa, ga kebayang kan kalo nikahnya besok, dia pas ijab qabul malah muntah depan penghulu.

"kamu kapan nyusul?" tanya Lita. Aku tersenyum simpul.

"6 bulan lagi." jawabnya.

"selamat ya sayang!" Lita berdiri dan memelukku erat. Lita melepaskan diri dan melihatku lama, "so siapa pria yang beruntung itu?"

"Andrew."

"Andrew yang itu?!" aku mengangguk. Dia tertawa. "lucky bitch." aku tertawa terbahak-bahak. "mana andrewnya?"

"singapur, dia kan dokter di sana."

"no way! Semua orang tau gimana ngaconya dia jaman SMA, bercanda kamu!" aku tertawa. Semua orang juga ga bakal percaya kalo Andrew sekarang bisa begitu.

"aku ga percaya. Pokoknya lusa kamu mesti dateng bareng Andrew."

"ga janji yah, lit. Andrew sibuk banget."

"aku ga mau tau. Pokoknya dateng." aku tertawa menggeleng geleng. "aku kesana dulu. Ambil aja kalo mau apa apa. Nanti aku bayar."

"oke, selamat ya, lit." Lita tersenyum lebar dan kembali ke lantai dansa. Aku kembali duduk dan meneguk cola yang sudah mulai tidak dingin lagi.

"mas! Minta satu lagi!" teriak orang di sampingku. Aku melirik sebentar. Dia menelungkupkan kepalanya ke meja. "mas! Denger ga sih?!" aku melihat bartender yang memberiku cola dingin tadi tergopoh gopoh membawa cairan kemerahan dan menaruhnya di depan orang di sampingku.

"ini mas." dia mengundurkan diri takut takut. Orang di sampingku mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil, dia langsung meneguknya sekaligus. Wait wait!

"dimas?" ucapku pelan. Dia berbeda sekali saat aku tinggalkan di bandara. Sekarang dia sangat berantakan. Apa yang terjadi dengan orang ini? Dimas menelungkupkan kepalanya lagi tapi menengok ke kanan, ke arahku. Matanya terpejam. Rambut halus mulai tumbuh di wajahnya.

My Crazy StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang