Pov irina
Pada senin pagi, Di sini aku berada sekarang, di salah satu toko jam terkenal di Singapura. Aku sudah lelah berkeliling selama beberapa jam ini, dan melangkahkan kakiku ke toko jam ini. Di dalam etalase, aku dapat melihat jam tangan bermerek dan yang pasti mahal. Mataku tertuju pada salah satu jam tangan laki-laki dengan merek Audemars Piguet. Jam tangan tersebut sangat sangat maskulin. Aku menunjuk jam tersebut dan pelayan toko mengambilkan jam itu untukku. Wow. Benar-benar indah.
"berapa harga untuk jam ini?" tanyaku kepada pelayan tadi.
"13,660.00 € miss." aku menggigit lidahku kuat supaya aku tidak berteriak 'apa' di depan pelayan ini. Kalau di rupiah kan, sekitar 210 juta. Aku membaca keterangan yang ada di jam ini, sport collection, royal oak model 15400. Penutup stainless steel dan kristal sapphire, penanda jam menggunakan emas putih, rantai menggunakan stainless steel juga. Aku mungkin akan berpikir dua kali untuk membeli jam seharga mobilku.
"saya ambil." kataku. Pelayan itu dengan sigap membungkus barangku, aku mengulurkan kartu debitku, dan sang kasir menggesek kartuku dengan mantap.
...
Sampai di rumah, Aku membungkus jam ini dengan hati-hati, aku sambil berpikir apakah aku akan memberi ini kepada dimas. Tidakkah berlebihan? Hmmm, dimas memberiku rumah yang sangat indah di tepi pantai, tidak sebanding dengan hadiah dariku ini untuk ucapan selamat untuk dia yang lulus SMA. Walaupun pengumuman UN akan di lakukan besok aku yakin dimas pasti lulus, secara dia menguasai semua pelajaran yang di ujikan, kecuali biologi tentunya.
Tapi kalau aku tidak jadi memberikan jam ini, alangkah ruginya aku, 210 juta. Mau di jual lagi? Siapa yang mau beli coba? Aku juga jarang punya kenalan yang hobi beli jam, bisa saja aku menitipkannya pada ayah supaya bisa di jual lagi. Tapi ayah pasti tidak mau. Di beri ke kak leon adalah pilihan terakhir.
Seharusnya aku berpikir ulang tentang ini, hadiah kelulusan untuk dimas. Harusnya aku membeli barang yang mungkin lebih murah. Aku juga lebay banget terbang ke singapura sekalian untuk membeli ini, supaya tidak ada yang sama di Indonesia. Yaaaa benar, harusnya aku mikir tiga atau empat kali sebelum membelinya.
Tapi ya sudah lah, udah ke beli gini, mana mungkin aku kembali ke Singapura dan bilang sama pelayannya kalau aku tidak jadi.
...
"Irina, aku lulus!!!" aku membuka mataku lebar-lebar, siapa yang lulus? Aku melihat siapa yang menelpon, ternyata dimas. "hei, are you there?"
"eeeeh, selamat dimas. Aku ga nyangka kamu lulus juga." jawabku, masih merem melek, aku tidak lihat sekarang jam berapa, karena jam waker ku rusak, karena aku banting ke dinding kemarin. Jam dinding juga jauh dari pandangan mata. "jam berapa sekarang dim? Bukannya sekarang masih senin."
"Halooooo, kamu dari negara mana? Sekarang udah hari selasa kaliiiii, sekarang jam 10, lupa kalo hari ini pengumuman UN?"
Kedip... sekarang selasa. Kedip... jam 10. Kedip... oh astaga, aku baru nyambung.
"huaaaaaaaaa, selamat dimas!!!" dimas terkikik di ujung telepon. "gimana nilainya?"
"ada deh, nanti malam kamu dateng kan?" yang aku baru tau kalau di sekolah tempat aku mengajar, setelah pengumuman UN malamnya di adakan prom night.
"males, mending aku guling guling ntar malem."
"yeeee, jangan gitu dong rin, masa aku sendiri?"
"biarin aja, emangnya masalah buat aku?"
"jelas masalah, ntar kamu cemburu lagi kalau aku di kerubungin sama cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Student
RomanceSeumur umur aku menjadi guru, aku tidak pernah mendapat murid segila Dimas, cucu dari pemilik yayasan tempat aku bekerja. Dimas tidak pernah berhenti menghina aku sebagai guru yang tidak kompeten, tidak menguasai materi, dll. Padahal kan dia masih k...