part 4

11.2K 573 7
                                        

pov irina

aku merasa bersalah dengan dimas. sejak pergi ke sekolah tadi pagi aku memang sudah tidak mood, tambah tidak mood lagi ketika vina menyinggung tentang pernikahanku yang batal setahun yang lalu. aku memang ada niat untuk mencekik dimas, tapi aku tidak menyangka akan sekencang itu, ketika mencekik dimas, entah kenapa muka mantan calon suamiku yang ada, mungkin karena itu aku mencekik dimas sekuat tenaga. harusnya aku tidak mesti seperti itu, astaga, rasa bersalah ini membuat aku tidak bisa tidur...

flashback

aku baru turun dari bus, aku baru saja sampai di sini dari bandung dengan banyak bawaan, persiapan aku menikah seperti undangan dan souvenir, aku akan menikah 2 minggu lagi.

setelah mendapatkan barangku aku mencari taksi. bukannya pulang ke rumah orang tuaku, aku malah pergi ke rumah calon suamiku dengan undangan berwarna merah maroon dan pita emas di tangan. aku membuka undangan itu untuk memastikan kalau memang namaku dan calon suamiku yang tertera. aku masih tidak percaya dua minggu lagi aku akan menikah. senyum manisku selalu ada di bibirku, dalam dua minggu lagi aku akan menjadi nyonya farel aristo pradipta, pengusaha sukses dengan usahanya sendiri.

aku berpacaran dengan farel dari jaman aku masuk SMA. vina menentang hubunganku dengan farel. kata vina, farel itu licik. entah kenapa vina hanya membuat fakta tersebut. mungkin karena vina hanya iri, dia belum mempunyai pacar. ketika akan masuk kuliah, farel ingin melanjutkan studinya ke luar negeri, tapi dia ke kurangan dana karena dia hanya dari keluarga yang biasa biasa saja. aku meminta dana kepada ayahku dengan harapan bisa diberikan, ternyata harapanku terkabul. ayah memberikan uang untuk farel selama dia di New York. selama 4 tahun kami menjalani LDR. itu sangat menyakitkan. tapi farel selalu meminta supaya aku bertahan, kalau aku bertahan maka dia akan bertahan juga. farel pulang ke indonesia langsung melamarku, tanpa basa basi langsung kuterima, dan selama setahun bertunangan kami siap untuk menikah.

aku sampai di rumah farel. sebenarnya ini rumahku. orang tuaku yang memberikannya supaya nanti ketika aku menikah tidak akan susah mencari rumah lagi. aku membiarkan farel tinggal di sini karena orang tuanya sudah pensiun dan tinggal di Surabaya. farel tidak ikut karena usahanya sedang berkembang di sini.

setelah mengambil kunci, aku membuka pintu perlahan, ini masih sangat pagi di hari sabtu. aku tidak mau membangunkan farel karena kedatanganku memang tidak memberitahukan kepadanya dahulu.

aku ke kamarnya, melihat kedalam malah dia tidak ada. aku lihat di kamar mandi juga tidak ada. hmmm kemana dia yah? aku ingat aku belum minum dari tadi, jadi kakiku melangkah ke dapur. dari dapur aku mendengar suara suara, mungkin farel ada di sana, betapa kagetnya aku melihat farel di sana dengan sahabatnya alias sepupuku sendiri, rini, sedang melakukan yang aku pernah pelajari di kelas reproduksi, di atas meja makan! apakah mereka tidak ada tempat lain?! aku hanya diam terpaku melihat mereka, sampai aku tidak sadar kalau mereka sudah selesai melakukan 'aktivitas reproduksi' itu. aku mendengar rini berteriak. farel berjalan ke arahku.

"hai sayang. kapan kamu pulang?" farel mengecup dahiku. apakah dia tidak sadar kalau dia masih full naked? aku jijik dengan calon suamiku sendiri.

"tadi pagi." jawabku singkat. rini melihatku dengan tatapan bersalah. aku juga jijik dengan rini, dia sepupu favoritku. aku selalu bercerita apapun tentang farel kepadanya karena kan rini bersahabat dengan farel dari jaman mereka kecil. rini selalu berkata bahwa dia dan farel tidak ada apa-apa, hmmm tidak ada apa-apa tapi kok 'aktivitas reproduksi' dengan heboh di meja makan?

"surprise banget loh buat aku, yang. aku kira kamu pulang besok."

"ini undangan kita, aku mau kamu liat duluan sebelum aku sebarin. tapi kayaknya ini undangan ga bakal sampai ke yang mau kita undang."

My Crazy StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang