Pov dimas
Hari ini hari pertama ujian nasional mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran bahasa indonesia dan biologi. Ketika ujian pertama aku masih tenang, sekarang aku sudah mulai gelisah karena waktu istirahat sebentar lagi selesai dan ujian kedua yaitu mata pelajaran biologi akan di mulai, tadi malam aku sudah belajar gila gilaan, aku juga menghubungi mbak vina ketika menemukan materi yang aku lupa, karena aku tidak mau mengganggu tidur Irina, jadi walaupun membantuku mbak Vina mengocehiku panjang lebar.
Aku memasuki ruang ujian dan duduk di tempat yang sudah di tentukan. Saat menunggu pengawas masuk, aku merasakan hapeku bergetar di saku celanaku. Ada pesan masuk, aku langsung mengetuk notifikasi pesan tersebut. Aku tersenyum saat mengetahui siapa yang mengirimkan pesan singkat ini. Irina.
Good luck dimas bratajaya :)
------------------------------------------------
Pov irina
Aku sudah berada dalam ruang ujian di salah satu sekolah negeri. Untung sekolah ini masih di sekitar rumahku, jadi aku tidak perlu bangun pagi-pagi untuk berangkat. Aku melihat para peserta ujian, rata-rata mereka menunjukkan wajah tegang dan gugup. Seketika aku teringat dengan dimas, pasti dia gugup sekali, apa lagi dengan ancamanku. Vina memintaku untuk sedikit membuka hatiku pada dimas, aku tau dimas tidak ada rencana untuk mempermainkanku, pada saat aku mencoba hatiku masih saja sakit karena perbuatan farel. Memang tidak ada hubungannya, tapi kan aku tidak mau hatiku sakit lagi jadi aku harus berhati-hati.
Aku mengirim pesan singkat kepada dimas, dan tak sampai sepuluh detik dimas membalas pesanku.
Makasih yah irina bratajaya, haha, love you.
Eeeeh Aku kan bukan bratajaya. Baru saja aku akan membalas pesan dari dimas aku mendengar lonceng tanda ujian akan dimulai.
...
Aku sampai di rumah dengan keringat yang mengucur di dahi dan punggungku. Aku salah menggunakan sepeda motor ke sekolah tempat aku mengawas karena panas matahari sangat menyengat kulit. Aku mengambil air dingin dari kulkas di dapur. Aku meneguk air tersebut sampai habis, saat akan menuangkan di gelas yang kedua ada seseorang yang memelukku dari belakang.
"kamu bau matahari banget sih rin." dimas tertawa kecil di belakang telingaku.
"udah tau gitu masih aja di peluk, awas sana." aku melepaskan tangan di sekitar perutku. Dimas tampak berantakan. Baju seragamnya sudah keluar, rambut acak acakan.
"tadi bisa jawab berapa?"
"semuanya lah, dimas gitu loh." aku memutar mataku kesal. Pede sekali sih anak ini. Aku melangkah ke kamar, dimas mengikuti dari belakang.
"Mau ngapain kamu?"
"ngikutin kamu."
"aku mau mandi, kamu masih mau ngikutin?"
"mau, dimandiin sekalian juga mau." aku melotot dan tanganku menoyor kepalanya.
"mending kamu pulang, belajar buat besok."
"tapi..." aku sudah menutup pintu kamarku. Dimandiin? Mending Mandiin aja bebek tetangga sekalian!
...
Aku berjalan ke arah dapur dan berhenti di depan tv. Dimas sedang menganti ganti channel, tapi sepertinya tidak ada yang menarik perhatiannya. Aku mengambil cemilan di kulkas dan kembali lagi ke ruang keluarga dan duduk di samping dimas. Dimas masih mengganti channel, aku merebut remot dari tangannya karena kesal tidak jelas akan menonton apa.
"hei, aku lagi nonton."
"nonton apa? Kerjaan kamu dari tadi ganti channel ga jelas, itu nonton?" dimas hanya nyengir. Aku berhenti memencet remot ketika fox sedang menayangkan serial tv the walking dead baru mulai. Aku membuka bungkus oreo dan mulai memakannya. Aku juga menawarkan oreo-ku dengan terpaksa kepada dimas.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy Student
RomanceSeumur umur aku menjadi guru, aku tidak pernah mendapat murid segila Dimas, cucu dari pemilik yayasan tempat aku bekerja. Dimas tidak pernah berhenti menghina aku sebagai guru yang tidak kompeten, tidak menguasai materi, dll. Padahal kan dia masih k...