part 11

11K 433 6
                                        

Halooooo, happy reading… enjoy!

-----------------------------------------------------------

Pov irina

Aku baru saja pulang dari memberi belajar tambahan dengan dimas, selama belajar tambahan itu kami hanya diam satu sama lain. Kalau ada interaksi juga aku yang memberi materi atau dimas bertanya kalau dia tidak mengerti. Kaku sekali. Kejadian tadi pagi membuat kami seperti ini. Biasanya ketika dimas mengerjakan soal, diselingi dengan obrolan tidak penting seputar cuaca hingga gosip artis, tenyata dimas orangnya asik diajak ngobrol. Tapi tadi sangat kaku, seperti kanebo baru di beli.

Aku melangkahkan kakiku ke belakang rumah, lunglai. Kepalaku pusing, badanku lemas. Entah kenapa. Aku sudah mengganti pakaian kerjaku dengan celana pendek dan hanya menggunakan singlet hitam ketat. Aku membuka pagar pembatas lapangan tenis dan taman. Walaupun rumahku tidak semewah rumah dimas, atau sekeren rumah vina, tetapi rumahku memiliki kelebihan yang membuat orang betah disini. Belakang rumah. Belakang rumahku memang luas sekali. Setengahnya dijadikan taman, biasa di gunakan untuk garden party bila ada teman-teman arisan ibu. Di pojok ada garasi, dan satu mobil yang bisa menampung banyak orang, kalau kalau ada sesuatu yang terjadi dan tidak bisa kabur dari depan, garasi ini bisa jadi alternatif. Setengahnya lagi dijadikan lapangan tenis, kolam berenang, setengah lapangan basket, dan dekat dengan taman ada meja biliar. Lapangan dan kolam renangnya outdoor, tetapi karena di kelilingi oleh pohon yang rindang, maka hawa panasnya tidak terlalu menusuk kulit. Aku menghidupkan lampu di sekeliling lapangan tenis. Walaupun masih sore, siapa tau nanti aku main sampai malam, jadi aku Tidak usah repot repot menghidupkan lampu lagi. Aku juga mengambil mesin pemukul bola yang ada di gudang penyimpanan dan mengisinya dengan banyak sekali bola di dalamnya. Setelah peralatanku sudah lengkap, aku melakukan pemanasan supaya otot-ototku tidak tegang. Aku mengatur supaya bola yang keluar cepat agar aku juga cepat mengeluarkan keringat. Aku memukul semua bola, tidak ada yang terlewatkan. Pukulanku juga sangat terarah, ke kanan kiri lapangan, jarang ada yang mengenai net. Mungkin harusnya aku ikut lomba tenis aja yah daripada lomba baseball. Yaaaaaah sebenarnya aku kurang cocok dengan kerjasama tim. Aku terlalu fokus dengan permainanku sampai aku tidak melihat vina sudah ada di pinggir lapangan, duduk dengan manis.

"sampai kapan kamu mukul itu bola?" teriaknya dari pinggir lapangan. "udah lagi rin, kamu itu udah kecapekan." kecepatan mesin pemukul bola sepertinya tambah cepat. Bagus. Aku jadi tidak perlu mendengar ocehan dari vina. "clairina, udahan sekarang!" vina teriak lebih keras mengalahkan suara mesin.

"or what?!" aku teriak juga sambil lari ke kanan dan ke kiri lapangan. Napasku sudah senin kamis, tetapi aku tidak ada niat berhenti. Kepalaku seperti di jatuhkan batu bata, membuat pandanganku kabur dan lariku juga tidak sekencang tadi. Aku menabrakkan diri ke pagar pembatas.

"kamu gapapa? Udah aku bilang udah, ya udah loh rin, keras kepala amat geh jadi orang." yeeee, orang lagi hampir pingsan gini malah di ceramahin.

"aku gapapa vin." aku menegakkan kepala. Rasanya tidak separah pertama, tapi masih sakit. Aku mematikan mesin pemukul bola, dan meletakkannya lagi ke gudang, kemudian aku menggantungkan raket di deretan raket yang lain. Mataku malah tertuju dengan kacamata renang, sepertinya menyenangkan. Aku melakukan analisis tubuh dengan cepat, dan memastikan tubuhku masih kuat untuk melakukan beberapa putaran. Masih kuat lah kalo cuma 10 kali putaran. Aku membuka sepatu dan kaus kakiku perlahan, aku mengintip keluar gudang ternyata Vina sedang asik berjemur di pinggir kolam. Dasar sok bule banget dia! Aku menaiki tangga untuk masuk ke kolam. Memang tidak biasa karena kolam renang ini digali hanya kedalaman dua meter, dan satu meter lagi dibuat ke atas dengan di kelilingi kaca yang tebal. Jadi kita bisa melihat orang yang sedang berenang dari samping. Seperti akuarium, tapi versi raksasa dan tidak ada ikannya. Ketika akan masuk ke kolam juga harus melewati papan loncat. Aku sudah ada di ujung papan, melompat 3 kali dan terjun, tak lupa salto sekali. Aku berhasil menceburkan diri dengan sempurna. Air percikan dan bunyi air membuat Vina melihat kearah kolam, dari dalam air aku melihat Vina sedang melototiku. Di permukaan aku memeletkan lidahku, aku tau Vina tidak akan berani menarikku keluar dari kolam, karena vina tidak bisa berenang, haha. Setelah pemanasan dalam air sebentar karena tadi tidak sempat, aku kemudian mengambil napas lima kali dan meluncur dengan menendang dinding kaca di belakangku. Putaran pertama dan kedua aku melakukan gaya katak, supaya otot tubuhku tidak terlalu kaget. Putaran ke tiga dan keempat aku mempercepat gerakanku. Aku memaksa semua otot yang masih lemas karena habis main tenis untuk ngebut berenang, aku seperti kalap. Setelah putaran ketujuh aku tidak menghitung lagi berapa putaran yang ku lalui. Sekarang aku sprint gaya bebas. Ototku menjerit. Aku memperlambat tempoku sekarang, aku tidak mau besok pagi aku tidak bisa bangun karena kelelahan.

My Crazy StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang