part 20

7.9K 305 8
                                        

Pov irina

"hei, boleh aku duduk di sini?" tanyanya. Aku mengerjapkan kedua mataku. Dia menungguku memberikan jawaban, dan aku sadar, kemudian menyuruhnya untuk duduk.

"oh iya aku belum kenalin diri ke kamu, aku Calysta." dia mengulurkan tangan kanannya. Aku menyambutnya.

"clairina." kataku sedikit tersenyum. Dia membalas senyumanku.

"tadi pas di depan aku ngeliat kamu, kayak pernah liat, eeeeh, taunya kamu yang suster yang di Cambridge hospital kan? Ternyata kamu orang indonesia juga."

"eeeeh, bukan. Aku bukan suster di sana. Aku ngejenguk..." aku bingung menjelaskan status dimas kepada Calysta. Dia juga keliatan penasaran. "aku ngejenguk temen aku." Well mendekati kan? Dia hanya teman, itu juga kami kalau di katakan teman, secara kami tidak ada garis pertemanan. Eeeeh, aku lupa Vina dan tio.

"wah, sama, aku juga ngejenguk di sana. Ngejenguk tunangan." katanya dengan manis manja. yayaya! Aku tau, ga usah di perjelas. Saat aku sudah akan ngedumel dalam hati, Calysta menunjukan cincin yang ada di jari manisnya. Cincin yang sangat indah, serius. Keberadaan cincin itu disana semakin membuatku sakit.

"dia kenapa?" kataku sok perhatian, padahal aku sudah tidak tahan disini, melihat wajahnya yang bak malaikat ini. Membuatku minder.

"dia tertabrak mobil saat menyebrang jalan." aku menggigit lidahku supaya tidak tertawa. Kayaknya dimas kemarin jatuh dari tangga, bukan di tabrak mobil. Aku menampakkan tersenyum prihatin ke Calysta. Dia menyeka air mata yang sudah ada di pelupuk matanya, aku heran kenapa dia jadi yang berkaca-kaca?

"I'm sorry to hear that, Calysta. Apakah dia sudah tidak apa-apa?"

"sudah tidak apa-apa kok rin, Dia juga sudah pulang ke sini, tetapi setiap aku kerumahnya dia pasti tidak ada di rumah." jelas dia tidak ada di rumahnya, orangnya aja ada di rumahku. Jawabku dalam hati. Aku sangat bersalah ketika mengatakan ini, aku berteriak menunjuk diriku perusak hubungan orang. Dalam hati juga tentunya. "padahal aku kangen sekali dengannya. Selama tiga tahun ini kami sering menghabiskan waktu bersama, dia tidak pernah seperti ini, yang aku khawatirkan adalah mungkin saja ada wanita lain." lanjutnya. Aku membeku mendengarnya, jadi... dimas sering pulang ke indonesia untuk bertemu Calysta? Dadaku semakin sesak. Ya, apa urusanku? Dimas kan pulang menemui tunangannya? Dia tidak bertemu denganku karena aku... aku hanya... hanya temannya.

"kok kamu cerita ini sama aku, cal? Kita kan baru kenal 10 menit yang lalu." Aku mencoba membuat suaraku tetap normal.

"aku ga punya temen untuk share, satu-satunya temen aku ya tunangan aku itu." aku sangat marah kepada diriku sendiri, sudah mengambil tunangannya, aku juga mengambil temannya.

"kenapa kamu ga coba telpon hapenya?"

"udah, berkali-kali. Ga di angkat, kadang-kadang di reject sama dia. Sesibuk apa sih dia buat angkat telpon dari tunangannya aja enggak bisa?" dia sibuk denganku cal. "aku juga udah sms, bbm, nge-line, WhatsApp, semuanya cuma diread aja." sambungnya lagi, Calysta menghela napas kesal. Tanpa sadar oreo frappe ukuran gelas besar sudah habis. Sekarang yang aku perlukan hanya melarikan diri dari sini. Aku sudah cukup mendengar omong kosong ini.

"hmmm, cal, i have to go now. Senang bertemu denganmu." aku bangkit dan pergi meninggalkan Calysta.

"eh na? Aku nebeng ya?"

"nebeng?"

"iya."

"kan ada yang namanya taksi."

"aku ga biasa naik kendaraan umum." sombong!

"maafkan aku, Calysta, tapi aku buru-buru."

"oh, baiklah. Sampai ketemu." katanya sambil melambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum kecil dan pergi dari sini.

My Crazy StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang