"KAMU MASIH CARE SAMA ISTRI KAMU HEH?! KEMANA AJA KAMU LE?!" Bentak tehh ody. Seketika Iqbaale menundukkan kepalanya, merasa takut dan malu atas kelakuannya slama ini.
Bunda Rike mengusap punggung teh ody kembali. "Sebelum diperiksa, dokter udah menduga leher dan kaki kananya patah, dan mungkin dia ga akan sadar dalam waktu dekat." Jawab beliau pelan.
"DEGH...'
Entah kenapa, rasa sakit nan perih di dalam hatinya lebih sakit dibanding kan dulu saat Dianty jalan dengan sahabatnya sendiri.
Bunda rike masih mengusap punggung anak sulungnya, lalu ia tersenyum manis kearah tehh ody yang menoleh kearahnya, dan beliau pun kembali ke Ayah Harry yang terlihat masih gelisah, karna dokter yang memeriksa (namakamu) belum kunjung keluar dari ruang UGD.
"Semoga kamu bisa sadar dengan kelakuan bodoh kamu itu, dan cepat-cepat memberi pilihan yang bakal bunda kasih ke kamu sebelum bunda kasih pilihan itu ke kamu!" Ucap tehh ody sambil menatap tajam Iqbaale, lalu menyusul bunda Rike.
Iqbaale memasang muka bingung, tak mengerti sekaligus kaget, maksud kata-kata tehh ody apa? Sungguh tak bisa ia cerna setiap kata kakak perempuannya itu.
"bodoh.." satu kata itu, menurut Iqbaale sangat pantas untuk dirinya sendiri. Lalu ia menutup matanya sejanak dan membuka matanya kembali, berlalu meninggalakan Dianty seorang diri yang sedang menangis deras.
Taman Rumah sakit dan kursi taman menjadi tempat Iqbaale untuk merenung, mengingat kesalahan nya terhadap istrinya-(namakamu)-. Iqbaale memang kejam memperlakukan (namakamu), ia memang menyayangi Dianty, namun entah sejak kapan rasa itu muncul, rasa Cinta dan Benci Iqbaale berikan kepada (namakamu), sebenarnya, dulusaat masih berteman dengan (namakamu, iqbaale tak ada rasa benci, hanya saja dengan perjodohan itu membuat Iqbaale membenci (namakamu) yang jelas-jelas baru tau akan di jodohkan olehnya saat (namakamu) berusia 19 tahun.
Hari sudah semakin sore, kabar keadaan fisik (namakamu) sudah dokter beri tau, namun Iqbaale belum ingin kembali ke keluarga dan sahabat-sahabatnya. Masih ingin merenung? Ya, tentu saja!
"Ternyata kamu disini.." Mendengar suara taka sing di telinganya, reflek membuat Iqbaale menoleh ke sumber suara. Suara wanita berjilbab yang sebaya dengannya, ya, dia Dianty Annisa, kekasihnya, atau mungkin sebentar lagi menjadi mantannya.
Iqbaale terkekeh garing. "kamu nyariin aku, hm?" Tanyanya sambil tersenyum tipis.
Dianty mengangguk lemas. Lalu ia menghela nafas dengan berat. "Kamu ga mau nengok istri kamu?" Tanya dainty sambil menatap tajam manik iqbaale. "Aku dengar (namakamu) mulai sadar."
Ucapan Dianty sukses membuat mata iqbaale membulat tak percaya. "Kamu serius?" Tanyanya tak percaya.
Dianty hanya menunduk. "keliatannya, tadi seperti itu," kata dainty pelan.
Iqbaale langsung bengkit dan berlari tergesa-gesa menuju ruang UGD.
'hosh..hosh..' nafasnya tak beraturan, masih mencari ruangan UGD, tersesat? Mungkin saja, namun tak lama Iqbaale menemukan semua sahabatnya yang sedang terduduk lega.
Iqbaale berlari kecil menuju mereka. Seluruh mukanya dipenuhi keringat, wajahnya sedikit memerah kecapean, deru nafasnya masih tak beraturan. "Gimana (namakamu)? Sudah sadar?" Tanyanya tiva-tiba.
Mendengar ada yang berbicara, Salsha,Aldi,Bang kiki, Babas, Cessie, Stefie, Jeha dan Rendy pun menoleh kea rah Iqbaale, sumber suara.
Salsha menatap tajam Iqbaale, menatap dengan tatapan kematian. Bangkit dari duduknya dan langsung mendekat kearah Iqbaale.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Harder (end)
Fanfiction# 7 dlm rendom (05-09-'17) # 15 (14-08-'17) # 18 (09-08-'17) # 42 (25-05-'17) #Iqbaale rank 2 Memang pernikahan ini sudah menginjak satu tahun, namun perasaan Iqbaale terhadap (namakamu) masih sama; dingin, cuek nan jutek, namun tak mengubah perasaa...