33

5.3K 367 22
                                    

Iqbaale bangun lebih pagi hari ini, bahkan sholat subuh pun ia tepat waktu.

Setelah membersihkan diri, Iqbaale dengan kilat membereskan kopernya yang baru saja ditinggal hampir 3 hari, tapi sudah seperti kapal pecah alias berantakan banget. Mungkin salah satu alasan kenapa Iqbaale tak pernah mengajak Diara maupun Diyanti keluar kota untuk urusan pekerjaan karna ini; mereka slalu berantakan, beda halnya dengan Iqbaale serta Nk yang sebisa mungkin slalu rapih sebelum memejamkan mata dikasur.

"hey! Kok udah siap aja sih, suamiku ini?" seruan sembari memeluk tubuh Iqbaale dari belakang, membuag pria iti hanya tersenyum miring sembari menutup koper besarnya.

"cepat mandi, siang ini kita bandara." Ujar Iqbaale tanpa berbasa-basi.

"lho, secepat itu kita ke Jepangnya?" Tanya Diyanti sembari menyelinapkan tubuhnya diantara Iqbaale dan koper, agar dirinya bisa sepenuhnya Iqbaale perhatikan.

Iqbaale hanya tersenyum sembari mengangguk, lalu mengambil pakaian lengkap milik Diyanti disamping koper dan memberikannya kepada wanita dihadapannya. "Perintah Nk, aku cuma ngikut." katanya singkat dan beralih menuju Diara untjk dibangunkan.

Melihat serta mendengar itu, entah mengapa membuat jengah hati Diyanti. "kamu masih, bahkan akan tetap jadi milik aku, baale. Apapun yang terjadi meski kamu nolak mentah-mentah itu semua." gumamnya dalam hati.

"Ara, ayok bangun," bisik Iqbaale tepat ditelinga Diara, membuat Diyanti menoleh kearahnya dan tersenyum kecil, sangat kecil sampai dirinya sendiri pun yakin itu bukan senyuman.

"Asal masih ada Diara, kamu tetap milikku seutuhnya."

***

Nk, Diana, serta ketiga asisten sudah siap sarapan di restorant dengan 4 koper besar serta satu koper kecil disebelah meja mereka.

Rencana hari ini, tak begitu padat atau pun renggang, sangat biasa namun waktu akan membunuh jika telat semenit. Hari ini mereka berniat berbelanja oleh-oleh, berpamitan pada perusahaan yang slama ini melayani, menemani dan menjadi sahabat mereka slama di Paris, lalu mereka berangkat menuju bandara sebelum pukul 1 siang, makan siang di sana, dan berangkat pukul setengah 5 sore menuju..... Nk dan Diana ke Indonesia, asisten Nk, beberapa rekan perusahaan asesoris dan mungkin keluarga Iqbaale menuju Jepang. Diana sempat sedih mendengar bahwa dirinya dan sang Bunda batal berliburan kenegri sakura, namun Nk slalu menghiburnya sehingga kekecewaan Diana perlahan sirna.

"Tapi habis ketemu doktel Calvin, janji yah ke istana puteli?" seru Diana saat berada dimeja makan, mengingat perjanjiannya dengan Nk.

Nk tersenyum sembari mengangguk dan mengelus rambut kepang Diana. "Bunda janji, asal Ana juga harus sembuh, oke?"

"oke, bos!" keduanya terkekeh kecil, lalu kembali menyantap sarapan.

"Ih, siapa nih?" Nk kebingungan saat tiba-tiba matanya tertutup oleh syal biru dongker, padahal dirinya sedang menyuapi Diana sereal. Untungnya Diana pandai, dirinya langsung mengambil alih sendok dari tangan sang Bunda yang kebingungan, dan memakan sarapannya sendiri, namun beberapa saag kemudian, Wina datang membantunya.

Ok, balik ke Nk.

"ih, Iqbaale nih pasti." tebak Nk sambil berusaha melepas syal dari wajahnya.

"kalo ini malaikat maut, gimana?" suara Iqbaale yang seakan diberatkan membuay Nk terkekeh geli.

"kalo malaikat mautnya ganteng kayak di goblin, aku mau aja sih." canda Nk yang membuat tawanya kembali hadir, namun membuat Iqbaale cemberut dan memutuskan melepaskan syalnya dari wajah cantik Nk dan duduk disamping wanitanya sembari menatapnya BT.

Love Me Harder (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang