Setelah 3 bulan menetap didalam rumah hanya untuk merawat Efel, akhirnya Nk bisa ke butik kembali, yah walau hanya setengah hari dan Efel tetap harus ikut ditemani Rike, itu sudah cukup bagi Nk untuk mengobati rindunya pada semua hal tentang kantornya.
"Iqbaale masih tinggal sama kamu, (nam...)?" Rike membuka percakapan saat Nk sedang asik memberi tanda tangan yang sudah nganggur hampir 7 bulan lamanya.
"Udah enggak sih Bund." Jawab Nk sembari terus menggerakkan tangannya. "Iqbaale kayaknya emang lagi sibuk sama kantornya sampe ngisi apaterment didekat kantornya deh, Bund." Pikir Nk.
"Iya sih, dari kemarin juga Ayah lebih santai dari biasanya soal kantor, pas Bunda tanya, ada Iqbaale yang ngehendel." Jelas Rike memberikan info soal perlakuan Herry yang sangat jarang ia temui.
"Lagian kami kan belum sah, emang harusnya Iqbaale ga serumah juga kan sama Nk?" Rike memganggu-ngagguk.
"Ngomongin soal itu...." Nk menengok kearah Rike dan membopong dagunya dengan satu tangan. "Kapan kalian rujuk?"
Nk terkekeh mendengarnya.
"Iqbaale sudah selesai dengan Diyanti, Efel sudah 3 bulan, Diana juga sudah ingin kedua orang tuanya kembali. Jadi tunggu apa lagi, heum?" Ucap Rike nampak antusias.
"Nk ngikut Iqbaale aja sih, Bund. Ga pengen bikin dia banyak pikiran juga." Sahut Nk mengingat terakhir kali bertemu Iqbaale, pria itu sudah memiliki lingkar bawah mata yang cukup parah. Jadi ia takut membuat Iqbaale setres.
"Ya, tapi kamu juga harus ingetin dia, kalo enggak dia malah bablas keorang lain." Ucapan Rike benar, satu kantor tau bahwa Iqbaale sudah menduda lagi, dan banyak karyawati muda yang mulai mendekatinya. Tapi Nk tau, godaan mereka tak pernah membuat hati Iqbaale luluh.
"Iqbaale setia kok Bunda, Nk percaya itu." Itu lah yang Nk ucapkan untuk meyakinkan Bunda angkatnya.
Rike menghemnuskan nafas beratnya. "Iya, Bunda juga tau dan percaya itu. Tapi jangan sampai kamu digantungin lagi, yah?"
Nk mengangguk sembari tersenyum cerah, lalu kembali bekerja sebelum waktunya jam istirahat–jam dimana Nk harus segera pulang dan menjemput Diana di Taman Kanak-kanak.
***
"Bunda mau Nk antar sampai rumah?" Tawar Nk saat diperjalanan menuju rumah.
"Ga usah, Bunda mau ke rumah kamu dulu, mau jagain cucu-cucu Bunda sebelum ayah mereka dateng." Tolak Rike yang membuat Nk cukup kebingungan.
"Lho? Emang Iqbaale mau datang?" Tanya Nk penasaran sembari menengok sesaat kebelakang, lalu kembali fokus pada jalanan.
"Tadi sih di SMS gak gitu, cuma ga tau. Pokoknya Bunda disuruh tunggu sama dia di rumah kamu." Jelas Rike. Nk hanya mengangguk.
Sesampainya di rumah, seperti biasa, Nk menemani Diana berganti pakaian, lalu mengganti pakaian untuk Efel, karna masih ada Rike, Nk tak perlu repot menidurkan Efel, jadi dia bisa langsung membersihkan diri. Dan barulah mereka makan siang buatan Asisten Rumah Tangga–Mbak Nia.
"Sekolahnya gimana tadi?" Ini lah kebiasaan Nk dimeja makan, mempertanyakan aktivitas anaknya seharian ini, atau dirinya lah yang bercerita pada Perinya.
***
"Ya ampun baale, Ngelamar Nk aja serempong itu!" Seru Salsha saat mendengar rencana Iqbaale yang tidak simple sama sekali.
"Iya, Baale. Yang sederhana aja Nk juga pasti suka banget kok." Tambah Cessie.
"Yah, kan itu kalo nikah yang pertama, gue maunya yang spesial buat dia." Iqbaale menolak saran kedua sahabat ceweknya. "Serasa kayak anak muda lagu gitu. Kan dulu kita dijodohin, jadi ga ada memori lamar-lamaran kayak kalian. Pada ngerti napa?" Gerutu Iqbaale.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Harder (end)
Fanfiction# 7 dlm rendom (05-09-'17) # 15 (14-08-'17) # 18 (09-08-'17) # 42 (25-05-'17) #Iqbaale rank 2 Memang pernikahan ini sudah menginjak satu tahun, namun perasaan Iqbaale terhadap (namakamu) masih sama; dingin, cuek nan jutek, namun tak mengubah perasaa...