"Kadang, rasa takut akan menjadi kekuatan, kalo orang itu tau cara mengatasinya."
-Love me Harder***
13 Desember 20xx...
"Hey calon permaisuri..." Sapa Iqbaale sembari memeluk Nk yang sedang mengurus Efel dari belakang. Dan itu cukup mengganggu aktivitas Nk. "Ha min dua nih, udah siap?"
"Baale, jangan sekarang deh, aku lagi rusuh nih." berontak Nk sembari berusaha melepas pelukan Iqbaale.
"Hehe, maaf deh." Iqbaale melepaskan pelukannya, dan ikut membantu Nk yang langsung tersenyum senang karna bantuan Iqbaale. "Deg-degan ga?" Tanya Iqbaale saat mengeluarkan minyak telon.
"Enggak tuh, kan kamu juga yang menyebut ijab kabul, aku sih tinggal berdoa aja." Jawab Nk santai.
"Deg-degan dulu yah?" Tebak Iqbaale yang dijawab anggukan.
"Dulu tuh, takutnya kamu salah nyebut nama, bukannya nama aku, malah nama Diyanti yang kamu sebut." Nk terkekeh saat mengikat rasa takut itu.
"Tapi nyatanya? Aku ga salah nyebut nama kan?"
"Iya-iya, aku tau kok, dari awal emang hati kamu berpihak ke aku, ga ke yang lain, jadi ga pernah tuh salah sebut nama." Ucap Nk sembari mengangkat Efel yang sudah rapih dan bersih, lalu menggendongnya keliar kamar yang diikuti Iqbaale.
"Jangan capek-capek, nanti malah sakit pas acara. Oke?" Iqbaale mengingatkan Nk.
Nk terkekeh sebelum berucap. "Kamu udah bilang gitu 10 kali deh hari ini,"
"Ya, cuma ingetin doang, supaya jaga kesehatan diri sendiri. Jangan cuma Diana dan Efel aja yang kamu urus." Cemberut Iqbaale membuat Nk gemas sendiri, tapi sayang, ia tak bisa menyubit kedua pipinya.
"Iya, pasti slalu aku inget kok." ujar Nk sebelum duduk disofa disamping Rike yang langsung mengamnil alih Efel dari dirinya.
"Baale, udah siap?" Tanya Rike yang beralih pada putrnya.
"Oh, siap dong, Bund...." Sahut Iqbaale sembari memberi hormat seperti kepada jendral negara. "Apa lagi pas malemnya," Iqbaale melirik Nk dengan nakal, dan wanita itu malah melototinya. "Ga bakal Iqbaale biarin Nk tidur..."
"silahkan aja, toh aku udah pake KB, jadi kamu bisa sepuasnya tanpa ada Iqbaale atau Nk junior lagi." Celetuk Nk pelan, karna ada anak-anak dibawah mereka yang sedang asik bermain.
"Kalo jadi juga bagus..." Gumam Iqbaale yang dapat didengar Rike yang langsung memukul pelan lutut Iqbaale.
"Harus dijarak ah, nanti kasihan Efel ga dikasih perhatian kalo Nk hamil lagi." Protes Rike yang disambut cengiran polos dari anak bungsunya. "Lagian, kamu mau sampe berapa sih? Dua juga cukup kali, baale."
"Tuh, dengerin! Dua juga cukup. Lagian sakit tau lahiran tuh." Nk menyetujui ucapan Rike. Sangat mendukung malahan.
"Ya, sampe 10 kalo bisa." Jawab Iqbaale yang membuat Nk memukul lengannya cukup kuan. "Aw... Ih, galak amat sih. Iya, cuma sampe 4 kok, gimana?" Iqbaale seperti menego barang yang akan ia beli.
"Liat nanti aja gimana? Oke kan?" Nk pun tak kalah seru untuk menegonya.
"Boleh aja..." Gumam Iqbaale sembari mengangguk.
Rike, Herry dan Ody yang ada diruang keluarga pun terkekeh melihat tingkah keduanya seperti bocah.
***
15 Desember 20xx...
Hari besar pun tiba. Nk sudah siap dengan gaun putih tanpa lengannya yang sederhana; hiasan silver dibagian bawah dada dan rambut tergerai panjang dengan flower crown, tak lupa perhiasan sederhana milik almarhumah Bundanya, makeupnya sangat sempurna dengan lipstick peach yang mendekati warna bibirnya. Nk benar-benar terlihat cantik hari ini, dia seperti gadis muda yang baru pertama kali menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Harder (end)
Fanfiction# 7 dlm rendom (05-09-'17) # 15 (14-08-'17) # 18 (09-08-'17) # 42 (25-05-'17) #Iqbaale rank 2 Memang pernikahan ini sudah menginjak satu tahun, namun perasaan Iqbaale terhadap (namakamu) masih sama; dingin, cuek nan jutek, namun tak mengubah perasaa...