part 27 B

6.6K 400 5
                                    

Nk sedang menandatangani setiap berkas yang Bryan berikan, sebenarnya tangan wanita ini sudah cukup pegal mengulang setiap bentuk itu, dan mungkin sehabis ini ia akan mengganti tandatangannya saking muak mengukir itu semua hampir di 30 kertas. Yah, namanya juga pekerjaan, mau gimana lagi coba kalo ga ada capeknya? Dan Nk ingin melakukan semua itu hanya untuk peri kesayangannya, Diana Melody Dhiafakhri.

"masih ada lagi?" tanya Nk saat sudah menandatangani 36 kertas yang berisi—entahlah, Nk malas untuk membaca seluruhnya.

"sudah madam," sahut Bryan sambil mengambil kertas kertas yang ada dimeja kecil ditengah tengah ruangan. "jam 11 pagi ada rapat lagi madam, madam Felerie ingin anda ada disana." Ucap Bryan ramah.

"baik lah, saya usahakan. Thank's yah, Bryan." ujar Nk sambil bangkit dari duduknya dan menepuk friendly kepada pria muda itu.

"sama-sama madam." senyum Bryan.

Nk tersenyum manis, lalu mulai beranjak menuju cafe, namun pergelangan tangannya ditahan oleh pria yang masih duduk ditempatnya. Otomatis, nk kembali menoleh kearah Bryan dengan muka bertanya. "What's wrong?"

"saya antar ke cafe hotel, mau?" tawar Bryan nampak gugup. "em, kebetulan saya juga belum sarapan, sekalian mengantar madam agar aman." alasan yang akan kalian lakuin kalo salah tingkah, iya ga sih?

Wanita yang akan menginjak 30 tahun itu nampak berpikir sebelum tersenyum kecil dan mengangguk pelan. "Sure." sahutnya, lalu mengulurkan tangannya kepada Bryan yang disambut hangat oleh pria muda itu. Dan mereka berjalan beriringan menuju cafe hotel.

***

Iqbaale sedang mengambil sereal yang Diana ingin kan, peri kecil itu pun ada disamping sang Ayah dengan segelas jus mangga yang tinggal setengah.

"mau pake susu ga?" tanya Iqbaale sambari menunduk untuk menatap Diana yang menjawab dengan anggukan semangatnya.

Iqbaale menuangkan susu dimangkuk dengan muka murungnya. Lalu meraih tangan Diana dan berjalan menuju meja dibagian tengah–agar mudah ditemukan Nk tentunya.

"Unda mana, yah?" Tanya Diana saat sudah duduk disamping Iqbaale yang masih memasang muka BT nya.

"tau..." Gumam Iqbaale sembari meraih gelas jus mangga milik Diana yang langsung diteguk habis.

Mendengar jawaban sang Ayah yang ga jelas, Diana tau, dia lebih baik diam dari pada Iqbaale makin kebakar dengan amarahnya, maka dari itu, peri ini memilih memakan sarapannya. Walau umurnya akan menginjak 4 tahun, dia mengerti saat dimana ia harus diam dan dimana ia bisa bermanja-manja ria.

Iqbaale cukup kagum dengan Nk. Ya, Nk, bukan lah Diana. Karna wanita itu lah yang mengajar peri kecil ini dengan baik.

Merasa aneh karna cukup lama mereka berdiam diri, Iqbaale pun melirik peri kecilnya yang memakan sarapannya dengan susah payah. Pria ini tersenyum kecil dibalik muka murungnya. Dan kejadian itu mengingatkan dia pada...

"kau ingin kopi, Bryan?" suara itu membuat Iqbaale menoleh dan melupakan kenangannya bersama seseorang itu. Nk Daiyamondo ada disana.

"sayangnya aku kurang suka kopi, madam..." suara berat khas anak muda negara ini kian membuat Iqbaale terbakar dengan amarahnya. Pikiran nya tentang pho benar saja, ia pikir hanya Diyanti yang mengganggu dirinya bersama Nk, melainkan di Paris pun wanita itu nampaknya sudah mendapatkan ayah baru untuk peri kecil mereka.

Nk terkekeh kecil mendengarnya. "aneh, saya baru liat pria tidak suka kopi." tuturnya setelag kekehannya mereda, lalu mereka beranjak dengan Nk membawa secangkir kopi, dan pria yang disamping Nk membawa secangkir teh.

Love Me Harder (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang