30 B

6.1K 348 19
                                    

Keesokan harinya, seperti yang Iqbaale kemarin bilang, sebelum berangkat ke pembukaan Fashion Week, Iqbaale dan Diyanti merapihkan isi koper mereka, tak peduli mereka akan pulang kapan, yang penting beberes menjadi hal utama mengawali hari. Setelah itu, baru lah mereka sarapan di bawah dan bertemu dengan Diana serta salah satu asisten Nk, Rina.

"hm, Nk mana Rin?" tanya Iqbaale berbisik saat berada diantrian pancake. Tentunya tak ingin Diyanti tau.

"mbak Nk udah duluan sama Ica dan Wina, mau mempersiap kan buat fashion week nanti siang. Aku sama Diana juga habis sarapan langsung kesana nih, ga sempet kemana-mana lagi." jawab Rina panjang nan jelas. Iqbaale hanya mengangguk, sembari menuangkan sirup mepel diatas pancakenya.

"aku nyusul 2 jam lagi, mau beli oleh-oleh dulu, ok?" ujar Iqbaale sebelum meninggalkan Rina dan Diana yang masih menunggu pancake mereka jadi.

***

Nk sedang memperhatikan setiap pakaian yang akan ia tunjukan hari ini di Fashion Week sembari meminum mocca latte dan memakan roti dari toko roti di ujung jalan. Hari ini hari tersibuk sepanjang ia bekerja menjadi disainer, bahkan ia menitipkan Diana kepada Rina tanpa berpamitan dahulu dengan peri kecil itu. Dan sekarang ia cukup berbosa karna hal itu.

"sedang istirahat yah, madam?" suara itu membuat lamunan serta hayalan Nk terhenti, dirinya langsung menoleh kesumber suara dan tersenyum kecil nan sopan kepada pria muda itu, Bryan datang setelah sekian lama ngilang dari beberapa part *eh.

"kamu lagi ga ada tugas?" tanya Nk berbasa-basi.

Bryan menggeleng pelan sembari duduk dikursi samping Nk. "Madam kenapa melamun sejak tadi? Padahal tinggal menunggu para model datang kan?" dia balik bertanya.

"aku pun tidak tau,"gumamnya sebelum kembali menyeruput minumannya, lalu menggigit rotinya dengan potongan besar.

"Gugup ya?" Nk mengerutkan dahinya saat suara dari arah yang sama, namun dengan bahasa yang berbeda. Dan kembali ia menoleh dengan muka bingungnya.

"kamu bisa..." Nk mendadak bingung harus berkata apa, karna ia tak yakin benar pria muda bule ini bisa berbahasa Indonesia.

"ya, nenek saya sebetulan asli orang Indonesia, jadi mau tidak mau harus belajar bahasa Indo dirumah." terangnya tanpa jeda dan tanpa keraguan disetiap katanya, walau dengan logat Paris yang sangat kental, namun Nk masih bisa memahaminya.

"kenapa ga bilang dari awal? Kan aku capek juga harus menerjemahkan setiap kata di otak." ujar Nk yang membuat keduanya terkekeh.

"saya juga tidak yakin harus menggunakannya, takut-takut salah ucap saja rasanya." jawab Bryan santai.

"yah, aku ga terlalu peduli banget sih cara ngomong atau logat kamu salah, asalkan pake aja udah seneng kok, suer deh." lagi-lagi keduanya terkekeh.

Lalu hening, keduanya memilih diam dan menikmati sarapan mereka masing-masing.

"mbak, ayok mulai siap-siap." suara itu membuat Nk mau pun Bryan menoleh. Nk mengangguk dan menganbil kopi serta roti nya menuju tempat lain.

Bryan masih ditempat sembari menatap kepergian Nk dengan senyuman kecilnya, lalu ikut bangkit dan pergi menuju panggung untuk menyelesaikan tugasnya saat ini.

Waktu cepat berlalu jika mengerjakan pekerjaan dengan senang hati. Kini waktu di Paris hampir menyentuh 12 siang, para tamu undangan sudah datang dan sedang mencari tempat duduk mereka, wartawan dan paparazi dari Paris mau pun Indonesia pun tak kalah semangatnya untuk mencari tempat paling startegis hanya untuk mengambil gambar, saat yang bersamaan, dibelakang panggung sedang sangat sibuk, khususnya Nk yang sibuk mencari cara agar gugupnya hilang.

Love Me Harder (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang