36

5.2K 366 20
                                    

Karna udah greget pengen lanjut, belum 24 jam udah aku next nih...

Ga begitu panjang sih, tapi moga kalian tetep seneng yah...

Enjoy the story...

***

Entah waktu yang begitu cepat, atau memang Nk saja yang merasa kehamilan kali ini begitu menyenangkan. Bagaimana tidak? Saat dirinya mengidam, atau sangat membutuhkannya saat sulit tidur, pastilah Iqbaale yang ada disampingnya. Jika dulu setiap gerakan sang bayi, mengidam atau saat sulit sekalipun Nk harus melakukannya sendiri atau dibantu keluarga, kini ada Iqbaale yang slalu sigap menemaninya. Sayang, mereka belum juga mengikat janji suci karna memang sudah keputusan bersama.

Sore ini, Iqbaale dan Nk sedang mengemas pakaian Nk dan calon bayi untuk persiapan ke rumah sakit, Diana pun ikut membantu. Walau belum ada tanda-tandanya, tapi kandungan Nk sudah melebihi hari do date nya melahirkan, dan itu membuat Iqbaale khawatir, berbeda halnya dengan Nk yang malah sepertinya kelewat santai.

"Kok kamu nyante banget sih? Kandungan udah 9 bulan lebih, tapi persiapan lahiran masih 50 persen." Gerutu Iqbaale saat merapihkan baju-baju kecil mikik si jabang bayi.

Nk terkekeh mendengar gerutuan Iqbaale. "Ya kan kata dokter juga, ga semua yang matang itu bagus, ada kalanya dia melebihi atau malah kurang matang supaya dia bisa manis." itulah ucap Nk yang masih terkesan nyante.

"Kamu mah, melenceng terus omongannya." Gumam Iqbaale pelan, tapi karna dikamar hanya betiga,eh, berempat, Nk pun masih bisa mendengarnya.

"Habis, 8 bulan kebelakang kamu over protectiv banget, kali-kali nyante boleh dong?" Iqbaale hanga menggeleng pelan drngan sikap Nk.

"Dah yuk, kita ke rumah sakit!" Seru Iqbaale setelah semua perlengkapan sudah selesai mereka bereskan.

"Dedenya kelualnya sekalang, Yah?" Tanya Diana yang nampak antusias.

"Yah, Ayah juga ga tau sih, tapi kita kerumah sakit aja dulu, kalo disuruh pulang lagi, yah terpaksa kita...." Iqbaale menggantung ucapannya sembari melirik kepada Nk yang menatapnya leser. "Kita pulang ke rumah." Nk tau sebenernya Iqbaale hendak berkata apa, tapi karna keadaan masih ada Diana, Iqbaale pun mengurungkan niatnya.

"Ya udah yuk," Nk beranjak dari duduknya dan menggenggan tangan Diana menuju mobil Iqbaale. Dan Iqbaale lah yang membawa kopernya.

Baru sampai didepan pintu rumah, langkah Nk terhenti saat melihat sesosok pria berambut pirang, berjalan mendekatinya. Awalnya Nk kira ini hanya pikiran dia karna beberapa hari ini sempat terbayang wajah pria itu dimimpinya, tapi pria itu kian dekat dan menunjukkan muka paniknya dihadapan Nk. Muka yang jarang ia tunjukkan kepada atasannya ini.

"Brie?" Gumam Nk meyakinkan pria yang ada dihadapannya.

Pri itu membungkukkan badannya sesaat tanpa mempedulikan kopernya yang jatuh. "Maaf saya baru datang untuk menjelaskan semua," Bryan menegakkan tubuhnya dan menatap sendu Nk. "3 bulan kebelakang, saya dikurung penuh oleh ibu saya, jadi saya tidak bisa kemana-mana. Ini pun karna jasa kakak dan kedua adik saya, saya bisa disini." Terangnya, meyakinkan kenapa ia baru datang disaat waktu sudah sempit begini.

Iqbaale keluar dari rumah, dan menatap bingung kenapa Nk dan Diana masih terdiam di depan rumah. Dan ia menemukan jawabannya saat melihat apa yang Nk lihat. "Oh, loe baru dateng?"

Bryan lagi-lagi membungkuk seperti orang Jepang, tapi ia tak peduli.

"Dia dikurung sama Ibunya, Baale, jadi baru bisa kesini sekarang." Nk menjawab pertanyaan dibenak Iqbaale, untuk mewakili Bryan yang mukanya kian memucat karna ketakutan.

Love Me Harder (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang