34 B

6K 390 16
                                    

Iyap! Covernya belum aku ganti.
Alesannya.....
Entah, perasaanku bilang jangan dulu, tunggu kalian-kalian ngevote lagi. Tp yang udah, good job👍. And, thanks
Yang belum, jangan lupa ke post an sebelumnya dan vote salah satunya yah dgn cara coment, bukn di bintangin doang, ok?

Kayak kemarin, part ini bakal panjang. Siapin semuanya sebelum terjadinya baper😅

Daripada makin lumutan
Enjoy the story....

***

"Terus mukanya itu, lho."

"hahaha, ngakak abis emang waktu itu..."

Iqbaale dan Nk sedang bergurau kecil tentang masa lalu saat memasuki kamar Diana.

"Nda!" Seruan itu membuat cerita mereka harus berhenti.

"Hey, Peri Bunda udah bangun rupanya?" Sapa Nk dan berjalan cepat ke ranjang dan mengecup setiap permukaan wajah Diana, seakan baru bertemu setelah sekian lama tak berjumpa.

"Dateng-dateng ga salam, terus langsung masuk gitu aja. Gimana sih ibu disainer." Sindri Ody yang membuat Nk cengir 2 jari, dan barulah Nk dan Iqbaale bebarengan mengucapkan salam, dan Ody menjawabnya setelah menggelengkan Kepalanya.

"Teteh kapan datengnya?" Tanya Iqbaale sembari duduk disamping kakak perempuannya.

"Sekitar 3 jam-an lah, nungguin Nk periksa soalnya." Jawab Ody sembari menengok.

"Wih, 3 Jaman berapa tahun tuh?" Gurau Iqbaale yang disambut tawaan kecil dari kedua wanita yang Iqbaale sayangi.

"Eh, jadi ketemu kak Didi ga? Nanti keburu sore, lho." Ajak Nk pada Diana yang ada dipangkuannya.

"Jadi-jadi!" Jawab Diana dengan antusiasnya.

"Siapa Didi?" Tanya Iqbaale penasaran.

"Salah satu teman Diana yang terkena kanker," Jawab Ody, karna Nk sedang asik mengurus Diana sampai tak begitu mendengar pertanyaan Iqbaale. "Kan slama pemulihan disini, teman Diana tuh anak-anak penderita kanker yang dirawat disini, Baale." Jelas Ody saat melihat raut wajah aneh Iqbaale.

Iqbaale hanya beroh ria.

"Yuk..." Nk yang mendorong kursi roda yang ditempati Diana, langsung menuju pintu keluar tanpa menoleh pada keempat manusia yang sedang duduk di sofa, seakan tak ada mereka disana.

"Ga bakal ngajak kita-kita nih?" Tegur Iqbaale saat Nk hendak keluar.

"Hehe, lupa kalo ada kalian. Yuk ah, keburu Ananya makin BT." Ajak Nk dengan senyuman kecilnya. Iqbaale menuntun Fadhil, sedangkan Fadhillah bersama Ibunya mengikuti Nk.

Kebahagiaan Diana sudah lengkap saat melihat pria itu lagi, dia langsung meminta sang Bunda untuk memarkirkan kursi rodanya tepat disamping Didi yang terlihat masih lemah. Awalnya Nk khawatir karna kondisi Didi, namun Didi mengatakan; "Tak apa Tan, Ana ga bakal ketularan kok. Saya juga udah lebih baik." sembari tersenyum manis yang Nk aku, cukup tanlmpan. Dan Nk kembali memperbolehkan Diana bermain bersamanya.

"Bahagia kali yah kalo sampai tua kita kayak gini." Celetuk Iqbaale saat dirinya bersama Nk duduk bersandingan di kursi taman sembari memperhatikan keakraban Fadhil, Fadhillah dan Diana dengan Didi.

Nk menoleh saat akhirnya Iqbaale bersuara setelah beberapa saat mereka hanya memperhatikan.

"Liat anak-anak kita tumbuh besar, satu persatu mereka memakai toga sehabis usai menyelesaikan kuliahnya, lalu mereka bertemu belahan jiwanya, menikah, terus kita dikelilingi cucu-cucu kita yang lucu." Iqbaale berandai-andai.

Love Me Harder (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang