37

5.4K 383 17
                                    

Sebelumnya mau minta maaf karna ga panjang kek biasa...

And yah, sampul udh aku ganti krn udb greget, hehehe

Enjoy the story...

***

Nk sedang berjalan mundari-mandir sedikit jauh dari Iqbaale dan Diana berada, bukan karna dia males liat muka Iqbaale, tapi ia sedang ingin sendiri untuk saat ini. Dia sudah bilang akan meneriakan nama Iqbaale dengan kencang kalo ada apa-apa. Walau Iqbaale sedikit khawatir, tapi melihat tatapan Nk, ia hanya mengiyahkan.

"Tarik nafas, lembuskan, tarik nafas, tahan, tatap suster, dorong..." Seperti halnya menghapal rumus untuk Ujian matematika, Nk pun kini sedang mengingat lagi cara melahirkan nanti. Jika beberapa hari yang lalu ia nampak santai menghadapi kelahiran karna ini anak ke-2, tapi kali sejak hari ini berbeda, karna ia melahirkan diusia kandungan 10 bulan, dan itu membuatnya cukup khawatir.

"Dia belum keluar juga?" Suara tak asing membuat langkah Nk terhenti dan mendongakkan kepalanya. Senyuman kecil itu kembali hadir.

"Mau apa lagi? Urusan kamu cuma tinggal sama Iqbaale kan, Diy? Sama aku udah kelar?" Tanya Nk terdengar judes.

Diyanti memamerkan senyum miringnya sebelum benar-benar mendekati Nk dengan tubuh langsingnya. "Ya, aku punya urusan sama kamu," Jawabnya dengan suara biasanya. "Sebenernya aku ada urusan sama dia..." Diyanti mengelus perut besar Nk yang hanya membiarkannya dan menatapnya leser.

"Apa? Jangan pernah kamu macem-macem sama aku dan anak ku, atau aku panggil Iqbaale." Ancam Nk seberusaha meyakinkan, tapi Diyanti tau, Nk hanya bisa berteriak, dan Iqbaale hanya memperingatkannya seperti biasa.

"Lakukan lah, toh aku masih punya hak sama Iqbaale sendiri." Gumam Diyanti sembari mulai berjalan mengelilingi. "Aku cuma mau kasih perjanjian sama kamu, sebagai calon istri dari suami ku."

Nk mulai berjalan kembali, berusaha tak menghiraukan keberadaan Diyanti, dan memutuskan untuk mendekati Iqbaale. Namun lengannya ditahan oleh wanita itu sehingga langkahnya terhenti.

"Kamu bisa aman kalo dengar ucapan aku ini, kalo enggak..." Diyanti diam diam mengelyarkan pisau kecil dan menunjukkannya pada urat nadi Nk. "Kalian berdua ga bakal selamat."

Ancaman Diyanti, berhasil membuat Nk mundur beberapa langkah untuk menhadapnya. Dan kembali menatap wanita berambut panjang itu dengan tajam "Cepat bilang..."

"Kamu mau Anak kamu, atau Iqbaale?" Nk mengerutkan keningnya dalam, tak mengerti dengan pertanyaan konyol Diyanti.

"apa?"

"Singkat aja aku jelasinnya," Diyanti duduk dikursi taman dan menyikangkan kedua tangan didepan dadanya. "Kalo anak kamu ternyata anak Bryan, kamu bisa bahagia sama Iqbaale, dan dia sama aku."

Mata Nk membulat, lalu ia menggeleng.

Diyanti mengangkat jari telunjuknya, tanda Nk jangan ambil keputusan sendiri. "Tapi kalo anak kamu ternyata anak Iqbaale, kamu bisa bahagia sama anak kamu, tapi Iqbaale balik ke aku. Sepakat?" Lanjutnya dengan muka yang sangat santai.

"Mau kamu apa?" Nk mulai garam melihat tingkah super menyenalkan dan kekanak-kanakan dari mantan sahabatnya.

"Iqbaale balik berpaling ke aku, bukan ke kamu!" Jawab Diyanti cepat tanpa berpikir. Lalu dia menengok kearah Nk yang masih menatapnya benci, dan bangkit dari duduknya, berdiri tepat didepan Nk. "Jadi adil kan?"

"Ya, adil, adil kalo Iqbaale tau dan dia juga harus mau," Sahut Nk cepat, dan itu membuat mata nafas Diyanti seperti memburu. "If he says yes, even i am too."

Love Me Harder (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang