Sebelum kita next, aku mau minta pendapat soal cerbung ini, kalian pengennya lama 'the end'nya tapi lama, atau bentar lagi 'the end' tapi aku usahain cepat? tolong coment yah.
so, dari pada kalian makin lumutan, kita lanjut aja yoksss.....
*****
Slama di Restoran, Diana slalu di pangkuan Iqbaale, dan Nk duduk didekat Karel--yang menggendong Diara-- sambil kadang memperhatikan sepasang anak dan ayah itu. Jika kalian bertanya Diyanti, kalian akan menemukan Diyanti yang sejak tadi berusaha menganbil perhatian Iqbaale yang memang tak peduli dengannya, miris yah? Yah sudah lah, kita abaikan mereka saja.
"Yah, tadi ya, ana..." Kata-kata imut Diana tak terlalu Iqbaale dengar karna bertepatan dengan suara tawa Nk yang lepas.
Pasti lagi bercanda. Pikir Iqbaale dengan tatapan ingin berada di posisi Karel.
"Yah. Yayah!" Panggil Diana sambil memukul pipi Iqbaale yang langsung sadar dari lamunannya.
"Ya? Kenapa Ana?" Tanya Iqbaale dengan senyuman kecil yang ia kembangkan.
"Enggak.." Manyun Diana dan memalingkan wajahnya kearah sang Bunda yang langsung menoleh dengan alis terangkat. Walau Diana masih sangat kecil, ia sudah mengerti maksud raut Nk. Diana pun mengangkat kedua tangannya, ingin digendong oleh Bundanya.
Nk terkekeh saat melihat kedua tangan sang peri-nya terangkat diudara. "Baale, peri loe gue bawa yah." Izin Nk kepada Iqbaale dengan logat seperti anak sekolah dulu.
"Masih aja pake loe-gue, (nam...)." Sahut Diyanti dengan raut bercandanya.
"Gapapa dong, sesekali." Ujar Nk sambil bangkit dan memutari meja untuk menghampiri Iqbaale dan Diana. "Yuk, kita ke atas, main timezone." Ajak Nk pada putrinya sembari mengangkat Diana dan menggendongnya lalu pergi menuju tempat yang sudah ia sebut tadi.
Diana langung menunjukkan giginya yang hanya sebesar biji jagung itu saat digendong oleh Nk. "Mau ajak Ara ga?" Tanya Nk pada Diana yang langsung menggeleng.
"Sama unda aja." Lirih Diana.
"Oke." Keduanya langsung pegi.
Saat yakin Nk dan Diana menghilang daru pandangannya, Diyanti langsung merapatkan duduknya dengan sang suami dengan perlahan. Iqbaale yang mulai memainkan ponselnya hanya memutar bola matanya dengan malas, malas karna Diyanti mulai agresif seperti biasanya jika waktu seperti ini.
"Ra, kayaknya kita udah ga dibutuhin lagi sama orang tua kamu, kita nyusul Ana dan tante Nk aja gimana?" Ajak Karel saat sadar Diyanti sudah berada sangat dekat dengan Iqbaale.
"Enggak mau kesana ah." Tolak Diara dengan anggukan yang keras.
"Kalo gitu Ara mau kemana?"
"Toko pelmen!" Seru Diara yang dibalas kekehan oleh Karel dan mereka pun langsung menuju toko permen yang ada dilantai dasar.
Hanya Diyanti dan Iqbaale disana, berdua dengan dua pemikiran yang sangat jauh berbeda; Iqbaale yang sedang curhat dengan teh Ody via pesan, Diyanti dengan pemikiran ingin bermesraan dengan suaminya sendiri. Diyanti yang sudah lama menunggu Iqbaale beraksi namun tak kunjung ia lakukan, akhirnya Diyanti pun mulai memegang tangan Iqbaale dengan erat. Namun, yang Diyanti harapkan tak jua Iqbaale lakukan, pria itu memilih melirik tangannya yang bertautan dengan sinis dan membiarkannya, sedangkan dirinya kembali mengetik pesan ke kakak perempuannya.
Diyanti mulai putus asa dan memutuskan angkat bicara. "Kamu kenapa sih, Baale? Ada masalah sesuatu, heum?" Tanyanya dengan udaha sesabar yang ia bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Harder (end)
Fanfiction# 7 dlm rendom (05-09-'17) # 15 (14-08-'17) # 18 (09-08-'17) # 42 (25-05-'17) #Iqbaale rank 2 Memang pernikahan ini sudah menginjak satu tahun, namun perasaan Iqbaale terhadap (namakamu) masih sama; dingin, cuek nan jutek, namun tak mengubah perasaa...