epilog

6.7K 330 33
                                    

Loha semua!!!

Ini part 3 terakhir di cerita ini.

Banyak diantara kalian yang kecewa karna endingnya sad bukan happy seperti yang aku janjiin.
Tapi di part ini, aku bakal jelasin kenapa aku pilih ending kayak gini dibanding happy ending seperti cerbung-cerbung yang lainnya.

And by the way, kalo kali menemukan huruf miring, itu berarti ada dimasa lalu. Atau ada seseorg yg kesat mata yang aku ceritain.

So, dari pada makin lumutan...

Enjoy the story...

*****

"Ga semua kepergian, akan menjadi kesedihan. Dan ga semua kebersamaan, akan menjadi sebuah kebahagiaan."
-Love Me Harder-

***

Seluruh daun hampir jatuh dari pepohonan, udara mulai terasa seperti musim dingin. Iqbaale dan Nk sedang berjalan menyusuri taman dekat rumah sakit di Jerman, mereka melakukannya untuk merayakan hari pernikahan mereka yang ke 5 tahun.

Dengan santai dan pelan, Nk melangkah dituntun Iqbaale, matanya masih amat buram efek kankernya.

"Kamu mending ninggalin aku slamanya, atau ditinggalin aku slamanya?" tanya Nk tiba-tiba sembari menengok kearah Iqbaale dengan wajah cerahnya.

"mending kita pergi sama-sama aja gimana?" Jawaban Iqbaale membuat keduanya terkekeh senang.

"kamu tuh yah, romantisnya ga pernah ilang. Dasar." Gumam Nk sebelum mengecup pipi kiri Iqbaale dan menoleh kearah depan yang masih buram.

"Iqbaale gitu, lho. Seribu tahun bareng kamu juga bakal tetap romantis kok." ucap Iqbaale membanggakan diri sendiri.

"Iya deh, kan emang cuma satu Iqbaale yang Nk kenal." Keduanya kembali terkekeh. "Tapi beneran, kamu mending ninggalin aku, atau aku yang ninggalin kamu?" Nk kembali serius pada pertanyaannya.

Jujur saja, Iqbaale berat menjawabnya, apa lagi melihat kondisi sang istri yang setiap harinya kian memburuk. Iqbaale menepikan keduanya dan duduk di kursi taman.

"aku lebih baik, ditinggalin kamu." Jawab Iqbaale terdengar mantap, namun jika mata Nk tak buram, dirinya bisa melihat mata sang suami yang mulai memerah, menahan air mata.

" lho, kenapa?" Heran Nk kembali menoleh Iqbaale, namun pandangannya kemana-mana.

Iqbaale tersenyum tipis. "Karna kalo kamu yang pergi, kamu akan lebih tenang, dan aku yang bakal tersakiti sendiri, tapi pasti aku cepet sadar, kalo kamu, sebenarnya bahagia disana," Iqbaale mengelus jilbab Nk dengan lembut. "Tapi kalo aku yang pergi, aku ga bakal ikhlas buat ninggalin kamu dengan keadaan yang lemah kayak gini, aku ga bakal ikhlas kamu terus yang tersakiti tanpa alasan yang jelas, dan aku tau, kamu susah untuk sadar kalo aku udah tenang disana,"

"tapi aku ga mau ditinggalin kamu." Nk mulai terisak.

Iqbaale tersenyum, lalu mengecup lama kening Nk. "kalo gitu cepat sembuh yah, biar kita, ga khawatir saling kehilangan, biar kita bisa mewujudkan impian kita buat besarin Ana, Efal, dan Adel. Ya?" bisiknya sembari menempelkan dahinya didahi Nk yang kemudian mengangguk sebagai sebuah jawaban.

"Aku mau buat perjanjian dulu sama kamu, hiks..." Nk melepas dahinya dan menangkup kedua pipi Iqbaale dan menatap kedua bola mata itu dengan tatapan memohon. "Apa pun yang terjadi nanti, walau pun aku atau kamu yang pergi, slalu inget; aku cinta, tetap cinta, dan akan slalu cinta sama kamu meskipun cuma jiwa aku yang tersisa, hiks..." ucapnya dengan isakan yang ia usahakan tak membuat ucapannya terputus.

Love Me Harder (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang