Bonus

4.7K 256 4
                                    

Rambut coklat dengan sedikit pirang dibeberapa helainya sudah ia gerai, mata yang berbinar, wajah yang bersih, dan seragam putih abu-abu yang rapih. Yap, Diana Melody sudah siap berangkat ke SMA, dan tak lupa, senyuman manisnya yang sama seperti sang Bunda.

Akh, jika melihat pantulannya dengan senyuman andalannya itu, Diana menjadi rindu alm. Nk, apa lagi, kata Ayah, lekukan tubuhnya sangat persis seperti Bunda, yang membedakan Nk dengan dirinya hanya pada hidung, daerah mata, dan tentunya sedikit sikap keturunan Iqbaale. Sisanya, mirip Nk.

"Ana! Kamu sudah siap?!" Seru Iqbaale diluar kamar Diana.

"Sebentar, Yah!" Diana kembali merapihkan penampilannya, khususnya pipinya, karna tanpa sadar, dirinya menangis dihari bahagianya ini. Usai itu, ia meraih tasnya, dan keluar kamar untuk sarapan bersama kedua adiknya dan Ayahnya.

"Lama juga kamu dandannya." Celetuk Iqbaale sambil memberikan sepiring penuh isi nasi goreng buatannya kepada peri sulungnya.

"Namanya juga cewek, yah." Sahut Diana sembari menerima piring tersebut, dan duduk diantara dua pelindungnya; sang ayah, dan Efel.

"eh, besokkan peringatan kepergian Bunda, kosongin jadwal kalian yah, kita berkunjung ke Bunda, ok?" Ucap Iqbaale, membuka topik pada pagi hari ini.

"Pulang sekolah, yah?" Tanya Efel setelah menelan makanannya.

Iqbaale mengangguk. "Nanti Ayah jemput kalian, biar kita langsung ke Bunda."

"Duluan aja yah, Ana ada barang yang harus diambil besok, gapapa kan?" Ujar Diana dengaan muka bersalahnya.

"Ga bisa hari ini diambilnya? Atau lusa gitu?" Tanya Iqbaale meminta agar bukan esok Diana membuat janjinya.

Diana memasang senyum bersalahnya sembari menggeleng pelan, "hari ini Ana ada ekskul, lusa harus dikasih barang itu, jadi ga bisa, yah. Maaf." Jelas Diana, yang membuat Iqbaale pasrah, dan mengangguk.

"Cuma ngambil barang kan?" Diana mengangguk.

"Iya, habis itu Ana ke Bunda kok yah. Janji." Ucap Diana sembari menunjukkan jari kelingkingnya, dan Iqbaale melilitkan jari kelingkingnya yang tegas, dengan kelingking halus Diana.

"Oke. Jangan telat yah." Diana mengangguk, lalu kembali ke sarapannya. "Dan kalo bisa, Opal ikut. Oke?"

***

"Diana!" Suara itu membuat Diana tertoleh kebelakang, dan lengkungan senyum manisnya membuat siapapun terpaku untuk melihatnya, namun sayang, senyuman itu hanya ia tunjukkan kepada keluarganya, serta pria yang tadi memanggilnya.

"Hai, Pal!" Sapa Diana ramah, lalu menunggu pria itu mendekatinya dengan senyumannya yang belum luntur.

Nama pria itu Naufal Ramadhan, umurnya sama dengan Diana, tapi karna pria ini pintar, pria yang Diana panggil Opal ini bisa loncat kelas saat dirinya kelas 8, jadi saat ini, Opal adalah kakak kelas Diana sekaligus walketos sekolah. Tak hanya pintar, tinggi dan tampan menjadi daya tarik bagi siswi SMA Cahaya Pelita, dan tentunya, dia dikelilingi banyak cewek. Namun hatinya berlabuh pada Diana Melody.

"Pr yang loe bilang di-line, udah selesai?" Tanya Opal sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku seragamnya dan seberusaha mungkin untuk santai didepan pujaan hatinya.

"Tadinya pengen diselesein tadi malem, cuman yah," Diana menghembuskan nafas beratnya.

"Kepepet sama reading film yah?" Tebak Naufal yang membuat Diana mengangguk.

Diana memang sering dapat job memainkan film, awal berkarir karna dia sering mengupload banyak fotonya menggunakan baju hasil karya dirinya ataupun almarhumah Bunda di Blog atau instagram, dan seringnya dia membuat vidio di chanel youtubenya, membuat ciri khas yang membuat banyak sutradara ingin menjadikannya bintang. Awal naik daun, Diana sempat dilarang Iqbaale karna cukup menghambat sekolahnya, tapi Diana menunjukkan prestasinya di sekolah yang membuat Iqbaale akhirnya mengizinkan impiannya itu. Dan juga, Naufal sering mengantar Diana jika Iqbaale tak bisa mengantarnya ke audisi.

Love Me Harder (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang