Aku ga tau kenapa part ink aku rasa ga jelas dan aneh.
Tapi moga kalian tetap suka dan ngerti alurnya.
Enjoy the story...
***
"Kalo emang kamu mau nyerah dalam waktu dekat, itu pilihan kamu. Tapi kamu harus ingat,
Aku butuh kamu saat ini..."
-LMH-***
Sudah dua minggu berlalu semenjak Iqbaale oprasi, namun dirinya belum diperbolehkan untuk pulang. Sedangkan Nk dan Adel, sudah diizinkan pulang, dan diminta untuk banyak istirahat.
"Udah, kamu istirahat aja dirumah, aku gapapa kok disini sendiri." Ujar Iqbaale saat lagi-lagi Nk datang untuk menjaganya.
"Enggak mau ah, aku mau nemenin suami aku." Elak Nk sambil duduk ditepi tempat tidur yang Iqbaale tampati. Lalu mulai mengelus kepala Iqbaale dengan lembut. "Kamu pasti BT juga kan kalo sendirian disini?"
Iqbaale memasang senyum kecil dan mengangguk pelan. "Dan kamu, slalu jadi obat kesepian hatiku."
"Gombal aja terus..." gumam Nk sembari memutar bola matanya.
"Gimana? Udah mendingan?" Tanya Iqbaale menanyakan kondisi Nk
Nk memanyunkan bibirnya, lalu menggeleng pelan. "Efek obatnya nyebelin, mata sama telinga aku sih mendingan, udah jarang mimisan lagi semenjak dirumah," Nk mulai ditail soal kondisinya.
"Lho? Bukannya itu bagus yah?" Heran Iqbaale.
"Tapi aku ga bisa nyusui Adel, Baale! Sering muntah juga kalo salah makan, apa lagi kalo minum obatnya telat 5 menit, cuma 5 menit , Baale! Aku bisa ngedrop ga jelas, coba?! Nyebelin kan?" Iqbaale hanya terkekeh mendengar gerutuan Nk yang kesal karna obatnya yang membuatnya repot sendiri.
"Ngedrop gimana, sih? Sampe ngadunya gitu amat, deh." Tanya Iqbaale sembari merapihkan rambut yang keluar dari jilbab Nk.
"Ngdropnya tuh, tangan susah digerakin, kaki kayak kaku, tiba-tiba badan bisa ambruk padahal aku ngerasa lagi sehat-sehatnya. Obat apaan sih yang Tia kasih ke aku? Nyebelin, ih!" Nk masih menunjukkan rasa kesalnya, dan itu cukup membuat Iqbaale tehidur, sangat terhibur malahan.
"Ya, mungkin efeknya emang kayak gitu kali. Terima aja. Toh, ga bakal lama kan kamu ngerasain efek obat itu?" Ujar Iqbaale, yang membuat Nk mengetupkam bibirnya rapat.
"Ga bisa dipastiin juga, sih, aku bisa sembuh atau enggak." Gumaman Nk membuat Iqbaale mengerutkan keningnya.
"Lho? Maksudnya?"
"Sekitar sepuluh persen peluang aku bisa sembuh dari kanker otak ini, Baale. Enam puluh persennya...." Nk menggeleng pelan kepalanya. "ga berhasil, atau bahkan menjalar ke organ lain, dan kemungkinan meninggal."
"terus? Tiga puluh persennya lagi? Apa?" Tanya Iqbaale karna ada persenan yang belum Nk sebut.
"Tiga puluh persen, kanker yang aku alami bakal nempel terus walau dengan stadium yang kecil, tapi beberapa tetap bertahan sampai usia lanjut." Jelas Nk, dan itu cukup membuat Iqbaale takut kehilangan bidadarinya ini. "Itu, sih, yang Tia jelasin ke aku,"
Lalu keduanya terdiam, Nk pun berbaring disamping Iqbaale dan menyandarkan kepalanya dibahu Iqbaale, dan sejenak, memejamkan matanya.
"Katanya, kanker kamu ini keturunan. Keturunan siapa?" Tanya Iqbaale penasaran dengan info yang Tia berikan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Harder (end)
Fanfiction# 7 dlm rendom (05-09-'17) # 15 (14-08-'17) # 18 (09-08-'17) # 42 (25-05-'17) #Iqbaale rank 2 Memang pernikahan ini sudah menginjak satu tahun, namun perasaan Iqbaale terhadap (namakamu) masih sama; dingin, cuek nan jutek, namun tak mengubah perasaa...