28

5.6K 359 8
                                    

Part ini aku buat hanya moment Iqbaale dan Diana, ga ada yang lain, jadi kalo kalian mau baper baperan, part ini mungkin ga pas buat kalian...
Dan ada juga ada moment bareng Diyanti dan Diara, jangan panasan yah...

BTW, covernya udh ku ganti!!!
Gimana, gimana? Bagus ga?
Votenya jgn lupa yah, hehehe

Enjoy...

***

Matahari sudah ada diatas kepala, dan Nk masih ada diruang rapatnya. Sedangkan Iqbaale dan Diana lebih memilih keliling sekitar gedung dibanding harus menunggu Nk selesai rapat, lagi. Dan untuk hari ini, harapan Iqbaale hanya satu, semoga ia tak bertemu Diyanti.

"bagi dikit dong Ana." seru Iqbaale saat mereka baru saja membeli ice cream yang berbeda rasa; Diana dengan strowberi plus coklat, dan Iqbaale blueberry dan vanilla.

"nih..." tanpa terlihat beban, Diana memberikan ice creamnya kearah wajah sang ayah. Dengan rasa gembiri, Iqbaale membuka mulutnya dan mendekatkannya keice cream milik Diana, namun apel tak pernah jatuh dari pohonnya-Peri kecil itu menjaili sang Ayah dengan mendekatkan ice creamnya kehidung mancung Iqbaale, lalu dia tertawa terbahak. Sama seperti Nk, sangat persis.

"kamu nih yah, jailnya kayak Bunda aja." sahut Iqbaale sambil mengambil tisue ditas punggung kecil yang dikenakan Diana, dan mengelap hidungnya.

"yayah lucu..." pekik Diana masih tertawa keras.

"ga lucu ah..." cemberut Iqbaale lalu menjilati ice cream miliknya.

Keheningan mulai melanda diantara keduanya yang asik duduk didekat tukang ice cream tadi dan memakan ice cream mereka masing-masing-lebih memilih fokus menghabiskan dibanding harus bercakap-cakap panjang.

"Jalan yuk..." ajak Iqbaale sambil membuang tisue bekas corn ketempat sampah terdekat.

"belum abis, yah..." sahut Diana yang masih asik menjilati ice cream.

"ah, lama kamu mah, Na," gerutu Iqbaale dan merapatkan duduknya kearah peri kecilnya. "ayah bantu yah..." tanpa sepengijinan Diana, Iqbaale meraih pergelangan tangan mungilnya yang masih memegang ice cream lalu menariknya pelan menuju mulutnya, dan melahapnya hingga menyisakan seperempatnya saja.

"ih, banyak banget..." gerutu Diana yang diakhiri sebuah manyunan yang sangat jempol-maju banget. Dan anehnya, Iqbaale hanya menunjukkan gigi bekas behelnya itu tanpa terlihat muka berdosa. Akhirnya, dengan rasa bete karna ulah sang ayah, Diana menghabisinya secepat kilat, sampai hampir seluruh wajahnya sukses dimasker oleh ice cream.

Seberusaha keras Iqbaale menahan tawanya, dan mengambil kembali tisue didalam tas Diana, lalu menjumput dua lembar tisue dan menarik lembut dagu Diana hingga sepasang mata indah itu menatap Iqbaale dengan tatapan polosnya. Dengan penuh kasih sayang, Iqbaale mengelap setiap permukaan wajah mungil Diana, senyuman hangat ia berikan, sorotan mata yang damai ia tunjukkan, dan diakhiri kecupan lembut dikedua pipi Peri kecilnya saat mukanya hampir bersih. "Ana tau enggak? Makin hari Ayah tuh makin sayang sama peri kecil yang ada dihadapan Ayah ini." ujar Iqbaale sambil membuka kembali tas berwarna pink dan bermotif tangga nada, lalu menaruh tisue dan mengambil tisue basah.

"Kenapa?" tanya Diana polos saat mulutnya penuh dengan corn ice cream.

Sebelum menjawab, Iqbaal menarik kembali dagu Diana, dan mengelap kembali wajah Diana yang sekiranya masih lengket. "Bukan hanya karna kamu anak Ayah dan Bunda, tapi kamu adalah rel yang udah pasti kamu ga ngerti." Ujarnya lembut.

"lel? Lel keleta?" Tanya Diana dengan muka bingungnya.

Iqbaale masih menunjukkan senyum hangatnya, lalu ia usap rambut Diana yang terkuncir kuda. "Rel yang slalu menyambungkan rasa cinta Ayah pada Bunda." dengan lembut Iqbaale kecup puncak kepala Diana yang masih memasang muka bingungnya, namun melihat senyuman sang Ayah, Diana pun ikut tersenyum kecil, walau masih belum mengerti maksud Iqbaale.

Love Me Harder (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang