Zamo masih tidak habis pikir dengan Louis, mantan kekasihnya. Setelah pria itu mencampakkannya dan memilih untuk berselingkuh, justru sekarang ia kembali. Louis tampak begitu gigih untuk mendapatkan hatinya yang begitu kokoh pertahanannya. Apalagi pria itu semakin terang-terangan menunjukkan rasa peduli dan perhatiannya kepada Zamo.
Bahkan Zamo sampai sakit kali karena berulang kali memikirkan apa benar pria itu telah berubah. Kalaupun ujung-ujungnya dia tetap membuat kesalahan yang tidak bisa diampuni, maka Zamo pasti menyesal kalau sudah membuka hatinya.
Pada pukul 11 malam, sang mantan mengirimkan sebuah pesan untuknya. Pesan tersebut berisi ajakan bahwa besok ia akan mengajak Zamo makan malam. Tentu saja dia cukup egois dengan menekankan kata 'harus mau' pada wanita itu. Sungguh, pria itu sangat menyebalkan dan membuat hidupnya semakin rumit.
Pagi harinya, Zamo masih dengan suasana hati yang sama. Dia pun menjadi malas untuk pergi ke kantor. Diperparah dengan berbagai dugaannya tentang Louis yang bisa saja mendadak menghampirinya di kantor. Well, dia memang nekat dan bisa saja dugaannya benar.
From: Affan
Aku sudah di bawah. Turunlah.Matanya membulat sempurna saat membaca pesan pagi ini. Jarang-jarang sekali.
Zamo pun segera keluar dari kamar setelah membereskan tas dior, meskipun terasa agak kesal karena dia datang mendadak begini.
"10 menit," celetuk Affan saat Zamo baru menutup pintu mobilnya.
"Ini salahmu! Kau mendadak sekali," protes wanita yang duduk di sebelah Affan dengan wajah cemberut.
"Just surprise, my little girl," jawabnya dengan tampang tak berdosa diselingi menyunggingkan senyum.
Affan selalu memberi kejutan. Jika pada umumnya kejutan bersifat membahagiakan atau keharuan, justru yang dilakukan Affan adalah sebaliknya. Kejutan yang ia berikan bersifat cukup menyebalkan.
"Tumben sekali ia menjemputku. Biasanya tiap pagi aku pergi dengan taksi menuju kantor. Dia pun tidak pernah mengirim pesan untukku saat matahari terbit, ya kecuali pagi ini," batin Zamo.
Kalau orang berpikir bahwa wanita adalah makhluk yang paling rumit dan sulit dimengerti. Justru Zamo berpikir sebaliknya. Pria-pria disekelilingnya sangat rumit dan membuatnya terus-menerus memijat pelipis. Sungguh, ia harus memupuk rasa sabar setiap hari.
Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, Zamo tersentak kaget. "Damn! Kau mau membawaku kemana?"
Jantungnya tiga kali lipat berpacu lebih cepat. Tentu saja karena Affan berbelok ke arah yang bukan menuju kantor. Zamo pun menjadi panik.
"Shut up, little girl!"
"Berhentilah, brengsek! Jangan macam-macam padaku!"
Siapapun bisa mengatakan Zamo gila saat ini. Dia tidak bisa tenang kalau Affan melajukan mobilnya dengan pesat. Kedua tangannya asik menarik lengan tuxedo Affan. Dia takut pria ini tak berbeda jauh kepribadiannya dengan Sam, saudara tiri Affan.
"Jangan tarik-tarik begitu. Aku tidak akan menyentuhmu. Aku juga tidak sudi."
Jleb.
"Lalu, kau membawaku kemana? Ini waktunya untuk bekerja, Affan!" pekik Zamo sambil melepaskan tarikannya terhadap lengan sang atasan.
"Pasti kau suka," jawabnya enteng sambil berpaling.
***
Pertama kali bertemu ia memang membenci wanita itu. Orang yang tidak tahu sopan santun, keras kepala, tidak mau mengakui kesalahannya, dan masih banyak lagi. Alasan Affan tetap sabar memperkerjakannya karena wanita itu masih terlihat seperti gadis kecil yang sedang belajar mengatur emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Storm
Romance(COMPLETED) (REVISION) Aku mencintai dirimu yang sederhana. Berharap kesederhanaanmu membawaku menuju pintu hati yang selama ini kau tutup rapat. Tapi, bukankah kau harus membuka pintunya dulu agar aku bisa masuk? -Marryana Akhianka Zamoni Aku y...