(41) Forty First

207 11 1
                                    

Salah satu istri dari korban, Belinda, menangis sambil memeluk sebuah kemeja putih polos milik suaminya. Dia sangat merindukan Louis. Ingin rasanya ia memeluk pria itu dan bermanja seperti biasa. Sayangnya, Louis harus berjuang untuk tetap hidup. Dia cukup menyesal karena sempat mengalami situasi tak enak dengan suaminya sebelum kecelakaan terjadi.

Pria yang menggunakan sweater hitam itu baru saja melangkah keluar dari club. Bau alkohol tercium dari mulutnya. Dia pun memilih untuk pulang setelah menelepon salah satu sopirnya untuk menjemput.

"Tuan terlihat sangat mabuk," ujar Geo, sang sopir sambil membantu majikannya yang teroleng-oleng untuk masuk ke dalam mobil.

"Kau diam saja!"

Geo tak merespon dan segera melesatkan mobil sesuai alamat yang diperintahkan. Tentu saja ke rumah Belinda yang merupakan istri sirinya. Bahkan Geo tidak habis pikir dengan majikannya yang labil ini.

Setelah sampai di halaman rumah Belinda, sang pemilik rumah langsung turun ke lapangan untuk membantu suaminya masuk. Dia mengambil salah satu lengan Louis untuk dilingkarkan pada lehernya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Geo.

"Kenapa dia bisa semabuk ini?" geram Belinda yang marah.

"Saya tidak tahu, Nyonya," jawab Geo.

"Dasar tidak becus! Mobilnya mana?"

"Mobil tuan dibawa oleh Jordan, Nyonya."

Fyi, Jordan adalah sopir Louis yang lain. Di sisi lain, Louis telah mereka rebahkan di atas tempat tidur. Belinda pun menyuruh Geo pulang. Amarahnya masih ada karena suaminya pulang semabuk ini.

"Aku tau kita bertengkar, tapi kau tak bisa seenaknya ke club. Apalagi mabuk begini," omel Belinda sambil melepaskan sepatu Louis.

Louis tertawa. Dia masih sadar, meskipun kepala sangat pusing. "Ini hidupku. Kau tak berhak mengaturku!"

Belinda langsung melemparkan salah satu sepatu Louis yang baru saja ia lepaskan dari kaki pria itu ke lantai secara kasar. "Aku istrimu! Tentu saja aku berhak!"

Perfect StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang