Author POV
"James, tolong antarkan saya ke rumah Resty. Kau tahu alamatnya, kan?" tanya Zamo kepada salah seorang sopir di rumahnya. Sopir tersebut memang hampir sebaya dengannya.
"Tapi, tuan Louis takkan mengizinkannya, nyonya. Saya tidak ingin mengambil resiko," jawab sopir tersebut sambil menunduk.
"Come on, rumah itu milik kakak kandungnya sendiri. Kau tak perlu cemas. Aku akan menanggung resikonya," ujar Zamo meyakinkan.
"Tapi, nyonya.."
"Ayolah, James. Apa kau tidak kasihan dengan janinku ini? Aku ngidam ingin ke rumah Resty," rengek Zamo sambil memegangi perutnya.
"Ba.. baiklah, nyonya. Saya akan membawa kopernya," James tampak pasrah.
***
Zamo merasa lega setelah sampai di kediaman baru Pras dan Resty. Taman pun terasa asri dengan ditumbuhi berbagai aneka macam bunga yang cantik dan menawan. Selain itu, terdapat beberapa pohon rindang yang pasti sejuk jika berteduh atau sekadar bersantai. Pras benar-benar tahu mana rumah yang bisa membuat istrinya betah di sini.
"Assalamu'alaikum," salam Zamo sambil memencet bel.
"Wa'alaikumsalam. Zamo! Kau tak bilang akan datang," seru Resty bersemangat akan kedatangan Zamo yang tiba-tiba.
"Memangnya kenapa kalau aku datang tidak bilang dulu padamu?" Zamo heran.
"Ah.. maksudku.."
Kegugupan Resty yang khawatir kalau Zamo bertemu Affan di rumah ini membuat Pras menghampiri istrinya itu.
"Siapa, sayang?" tanya Pras kepada Resty dan beralih ke arah Zamo.
"Kenapa Zamo tidak disuruh masuk, sayang? Tidak boleh membiarkan tamu di luar," nasehat Pras yang membuat Resty sadar akan kesalahannya.
"Ah, ya. Maaf, Zamo. Silakan masuk," Resty menuntun Zamo masuk ke rumahnya. Sementara itu, Pras yang membawa sebuah koper ukuran sedang milik Zamo ke dalam rumah.
"Kau pasti ingin menginap di sini. Aku akan membawa kopermu ke kamar tamu," kata Pras.
"Terima kasih, kak," ujar Zamo seraya tersenyum simpul.
Zamo memilih duduk di sofa king size. Dia terpana rumah ini tak kalah mewah dari rumahnya bersama Louis.
"Aku mengambil minuman dulu. Tunggu sebentar, ya," Resty meninggalkan Zamo yang masih terpana menuju dapur.
Terkadang Zamo tidak habis pikir dengan keluarga suaminya yang tajir melintir. Rumah sebesar ini tidak akan membuat mereka jatuh miskin setelah membelinya. Perusahaan Marchlay yang dirintis oleh Louis dan Pras selama bertahun-tahun pun membuahkan hasil. Pras menjabat sebagai Presiden Direktur, menggantikan posisi mendiang papanya. Sedangkan Louis menjabat sebagai Direktur. Perusahaan yang bekerja di bidang property ini sukses berkat mereka berdua. Wajar saja mereka rela menghabiskan uang miliaran rupiah hanya untuk sebuah rumah.
"Res, sepertinya aku harus pulang," kata seseorang yang perlahan menuruni tangga.
Zamo pun menoleh ke arah pemuda itu. Matanya membulat sempurna disertai berbagai rutukan. Pemuda tersebut juga sama terkejutnya.
"Kau.."
"Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Zamo yang bangkit dari duduknya.
"Seharusnya aku yang bertanya!" balas Affan diselingi sorot mata yang tidak bisa didefinisikan.
"Apa aku tidak boleh mengunjungi rumah mertua dan kakak iparku?"
Deg..
Zamo sukses membuat dada Affan sesak. Affan tidak mengerti dengan dadanya yang masih terasa sakit atas kejujuran dan fakta yang wanita itu nyatakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Storm
Roman d'amour(COMPLETED) (REVISION) Aku mencintai dirimu yang sederhana. Berharap kesederhanaanmu membawaku menuju pintu hati yang selama ini kau tutup rapat. Tapi, bukankah kau harus membuka pintunya dulu agar aku bisa masuk? -Marryana Akhianka Zamoni Aku y...