(47) Forty Seventh

721 13 0
                                    

Satu tahun kemudian..

"Saya terima nikah dan kawinnya Marryana Akhianka Zamoni binti James Jatmiko dengan seperangkat alat solat dibayar tunai."

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah."

"Alhamdulillahi rabbil 'alamin."

Setelah selesai berdoa, wanita yang kini berstatus sebagai istrinya langsung mencium tangannya. Affan meneteskan air mata tanda terharu dan bahagia. Setelah sekian lama, perjuangan cintanya pada Zamo berbuah manis. Refleks Zamo pun mengusap air mata suaminya.

Kemudian, Affan beralih mengambil sebuah cincin untuk ia sematkan ke jari manis sang istri. Begitu juga sebaliknya yang dilakukan oleh Zamo. Para tamu hadirin turut terharu menyaksikan dua insan yang telah sah sebagai suami dan istri.

"Kamu sangat cantik. Aku beruntung memilikimu," ujar Affan yang sukses membuat istrinya tersipu.

Tema akad nikah yaitu bergaya vintage dengan  Zamo mengenakan kebaya putih yang membuatnya terlihat cantik alami. Acara ini dilangsungkan secara outdoor.

Setelah acara akad selesai, pada malam harinya dilanjutkan dengan resepsi pernikahan mereka di ballroom hotel berbintang lima. Acara ini menghabiskan banyak biaya karena digelar dengan sangat mewah. Berbagai macam dekorasi berwarna rose gold begitu dominan dan berkelas. Ditambah pula dengan aneka catering yang menghidangkan banyak makanan yang lezat bagi para tamu undangan. Ditambah pula mereka menyebarkan seribu undangan bagi kerabat, sahabat, dan rekan bisnis Affan.

"Sampai kapan kamu terus memegang tanganku?" tanya Zamo yang heran dengan sikap suaminya. Pria itu terus menggenggam erat tangannya seolah takut hilang direbut orang saat tamu bersalaman.

"Aku akan terus menggenggammu seperti ini. Aku akan melindungimu selalu, istriku," jawab Affan dengan wajah berseri-seri.

Zamo yang merasa gemas dengan tingkah laku suaminya langsung mencubit pipi pria tersebut. "Kau tahu, kan. Aku sangat mencintaimu."

Affan menggeleng sebagai respon. "Tidak. Akulah yang lebih mencintaimu, sayang. Aku sudah lama mencintaimu. Kau ingat itu, kan?"

Sang suami benar. Sangat lama ia memendam cinta pada Zamo. Mulai dari kesalahpahaman mereka hingga akhirnya Zamo nekat menerima pinangan Louis. Affan bisa saja menikahi wanita lain. Tapi, dia tidak ingin melakukan itu. Bahkan dia berharap bisa menikahi Zamo, meskipun peluangnya bisa dikatakan 0 dulu.

"Congratulation, baby! Aku tidak menyangka kau berjodoh dengan atasanmu sendiri," kata seorang pria yang dihadiahi tepukan pada pundaknya oleh Affan.

"Ah, ya, Pak. Maaf, saya dan Zamo sudah seperti saudara kandung hingga terbiasa memanggilnya seperti itu. Tenang, Pak. Saya tidak akan merebutnya dari bapak," lanjut Tom yang membuat Affan terkekeh.

"Jadi, ini yang membuatmu tak tertarik padaku? Kau sudah punya istri dan anak," protes Zamo sambil melakukan cipika-cipiki dengan seorang wanita yang diyakini adalah istri Tom.

"Sarah dan ini anak kami, Edward," katanya dengan senyum simpul.

Zamo begitu antusias saat Edward langsung menyalaminya padahal tampak masih berusia sekitar setahun lebih. Benar-benar anak yang pintar.

"Lucunya! Semoga kamu tidak banyak tingkah seperti papa kamu ya, sayang," ledek Zamo yang membuat Tom tak terima.

"Aku pria baik-baik, Zamo. Btw, sudah lama sekali kita tidak bertemu. Sama-sama sudah sibuk, ya."

Tom benar. Dulu dialah satu-satunya teman baik Zamo saat masih bekerja di Watterdam Company. Tom sangat paham bagaimana suka dan duka hubungan Zamo dengan Affan. Kini Tom masih bekerja dengan setia pada Affan dan perusahaan itu. Dia pun sudah naik pangkat berkat kerja kerasnya selama ini.

Perfect StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang