Serpihan 8 - Nostalgia
Aku terjebak di ruang nostalgia. Saat aku berusaha melupakan kenangan masa lalu, kenangan itu selalu muncul kembali dan menghantui.
***
22.57 KST
Sampai saat ini, denyut waktu masih mengusikku. Membawa memori dahulu ketika detikku habis bersamamu. Sebuah rahasia yang terkubur begitu dalam, di tanah gersang masa lalu, kini mendesak keluar.
Semuanya begitu cepat. Semuanya begitu tak terduga dan tiba-tiba. Soojung belum mempersiapkan apapun mengenai pertempuran tak kasat mata ini. Dan ia sudah luruh di awal rencana peperangan.
Dirinya menangis dalam diam. Di bawah kucuran air shower di kamar mandi rumahnya. Begitu dingin dan menusuk.
___
"Karena... di sinilah ciuman pertamaku terjadi." Kai menatapnya dalam. "Kau. Dan aku."
Soojung mengedipkan matanya cepat. Buru-buru membangunkan dirinya sendiri agar tak terlalu dalam tenggelam dalam masa lalu. Tak boleh.
"Kau ini bicarakan apa? Aku tidak mengerti." Dan sebuah kalimat penyangkalan yang hanya bisa ia ucapkan. Ia takut. Takut salah mengambil langkah.
"Jangan bohongi dirimu, Soojung-ah. Karena aku tahu-"
Sebuah panggilan dari ponsel Soojung menginterupsi pembicaraan keduanya. Telpon dari Minhyuk yang seakan terasa bagai penyelemat baginya.
Kai menarik tangan Soojung keras. Membuat gadis itu mengalihkan pandangannya dari ponsel. Memaksanya untuk menatap manik mata coklat tuanya.
"Kau mungkin mengira aku tak ingat satu pun kejadian malam itu. Tapi-"
Soojung melepas cekalan Kai dengan paksa. Berteriak marah pada lelaki tersebut. Dering dari ponselnya tadi berhenti sejenak. Sebelum akhirnya berbunyi kembali. Masih pemanggil yang sama.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan sekarang hah?" Ia murka. Matanya berkaca-kaca menahan amarah. "Berhenti bersikap lain padaku..." Nafasnya tersengal. Dadanya naik turun.
"Kau !" dengan berani Soojung mengacungkan jari telunjuknya pada Kai. "Bukankah kau satu-satunya orang yang mencampakkanku di sini? Aku... Aku hanya kau anggap sebagai satu dari wanita-wanita SMA yang menyukaimu. Aku ini kasat mata di matamu, kau tahu?"
"Ciuman itu? Kenapa kau membahas sesuatu yang kau lakukan di bawah kesadaranmu? Bukankah kau senang? Bukankah kau senang berhasil mengambil cium dengan mudahnya dari gadis paling mudah di SMA !"
Bibir Soojung bergetar. Matanya mengabur akibat genangan air mata yang semakin memenuhi matanya. Siap meluncur kapan saja. Tanpa lagi memperdulikan Kai yang mematung di hadapannya, Soojung menerima panggilan dari Minhyuk.
"Um... Oppa. Waeyo?" jawabnya cepat.
"Jadi kau berpikiran seperti itu?" Kai bersuara saat Soojung tengah menerima panggilan. Meski sedikit lirih, gadis itu bisa mendengarnya dengan jelas.
"Malam ini akan ku ceritakan cerita yang sebenarnya padamu." Katanya tajam. "Akan aku tunjukkan juga satu persatu. Semuanya. Mulai dari awal."
"Lalu... aku akan membawamu kembali. Jung Soojung."
____
Kelabatan bayangan itu memburu di otaknya, melucuti nafasnya hingga tersengal. Isak tangisnya semakin keras. Ia bahkan tidak tahu mengapa ia menangis. Semua itu hanya masa lalu. Dengan cerita yang sedikit diubah karena sebuah rahasia baru saja terbongkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating a Fangirl
FanfictionKau kira mudah berpacaran dengan seorang Fangirl? Tidak. Sama sekali tidak. Rasanya menyakitkan. Why? Karena yang harus kau lawan adalah seorang bintang besar. Dan yang lebih menyakitkan. Aku sudah jatuh terlalu dalam dengan Fangirl ini. *** Kisah r...