Serpihan 31 – Akhir
Karena pada dasarnya, wanita itu bagai sebilah busur. Saat dilepaskan, dia bebas memilih hendak menancap dimana pun. Dan tak ada yang bisa mengganggu gugat jalannya. Bahkan tak juga tiupan angin. –Unknown-
***
Bagai sebuah déjà vu, kejadian malam itu terulang kembali. Minhyuk kembali mengejar sosok tersebut. Sosok yang tak dapat dideteksinya dengan jelas. Apakah dirinya teman? Atau malah seorang musuh?
Tanpa perlu waktu lama, Minhyuk sudah berhasil mencekal tangan gadis pemilik nama Miyoung itu. Mencegah laju larinya. Dan memaksa gadis itu untuk menatap mata –murka- Minhyuk.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya terkesan tak sabaran. "Apa yang kau lakukan 'di sini' lagi?"
Senyum menyeramkan secara samar tercetak di bibir kecilnya. Dan ekspresi bahagia terpampang jelas di wajahnya setelah tahu ketakutan yang kini menyelimuti Minhyuk.
"Menurutmu apa?" tanya gadis itu balik. "Kurasa kau sudah tahu jawabannya..." tuduhnya tajam.
"Tapi... kau terlalu takut mengiyakan apa yang ada di pikiranmu. Ya kan?"
Entah bagaimana bisa jadi, wajah tembam nan lucu itu kini berubah jadi sosok yang begitu menyeramkan. Bagai ranjau yang bisa membahayakan dirimu jika kau salah langkah.
Tangan Minhyuk mengepal kuat. Begitu kuat sampai-sampai kuku jarinya terasa menyayat telapaknya. Meski begitu, rasa perih sayatan tersebut lantas tak menghapus sedikit kekalutan yang kini menyelimuti. Mencekak habis oksigen dalam dirinya.
Sebuah getaran di saku celananya membuat pikiran Minhyuk teralih sejenak. Ia mengangkat panggilan telepon tanpa melihat nama yang tertera. Sejenak, ia terdiam mendengar deru tangis seorang gadis dari seberang sana.
Bom waktu tersebut akhirnya meledak. Meluluhlantakkan pertahan yang telah Minhyuk bangun. Semua ketakutakannya kini mendesak keluar. Dan berubah menjadi kenyataan. Pikirannya buyar. Kewarasannya terenggut entah kemana.
"Kau pikir dengan melakukan ini, Kai akan menjadi milikmu?" Suaranya sedikit bergetar. Kalimat itu tak terdengar bagai ancaman bagi Miyoung. "Bahkan jika kau membunuh temanmu sendiri, kau hanyalah setitik dari jutaan orang yang jadi penggemarnya."
"Kai mungkin tak akan peduli apakah kau exist di dunia ini atau tidak."
Tutup Minhyuk tajam, meski terselimuti kekalutan. Detik selanjutnya, ia langsung berlari kencang meninggalkan gadis yang –seharusnya- ia urus terlebih dahulu. Namun, informasi tentang kondisi gadis yang sangat ia sayangi, membuat dia tak bisa lagi berfikir lurus.
Satu yang pasti. Ia harus menyelamatkan nyawa Soojung tak peduli apapun.
***
19.22
"Makanlah, Kai..." Manajer Han berseru pelan pada lelaki di depannya yang semenjak tadi hanya duduk diam bagai mumi. "Kau belum makan apapun semenjak dari bandara."
"Kau bisa sakit nanti..." Lelaki tersebut kembali menyodorkan sesendok nasi yang lagi-lagi diabaikan begitu saja oleh Kai.
"Kai—"
"—Apa aku bisa makan di saat seperti ini??" serunya dingin. "Tujuanku hanya Soojung sekarang!"
Bibirnya bergetar hebat saat ia berkata demikian. Tak ayal jika melihat wajahnya yang begitu pias. Selama berjam-jam, yang dilakukannya hanya duduk diam, menunggu izin untuk ia bisa menemui Soojung secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating a Fangirl
FanfictionKau kira mudah berpacaran dengan seorang Fangirl? Tidak. Sama sekali tidak. Rasanya menyakitkan. Why? Karena yang harus kau lawan adalah seorang bintang besar. Dan yang lebih menyakitkan. Aku sudah jatuh terlalu dalam dengan Fangirl ini. *** Kisah r...