Serpihan 6 - Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu dengan api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. -Sapardi Djoko Damono-
***
Aku ingin. Aku ingin menjadi sebuah hujan yang turun di bulan juni. Hujan yang dirindukannya saat musim panas tiba. Aku ingin. Aku ingin menjadi sebuah kehangatan. Sebuah kehangatan yang selalu ia inginkan saat musim dingin menjelang.
Aku ingin menjadi bunga yang mekar di musim semi. Mereka selalu ada tanpa kau undang. Dan aku ingin menjadi senyummu. Yang terus saja berkembang saat musim panas terlihat lebih panjang. Minhyuk ingin menjadi semuanya. Ia ingin menjadi semua itu untuk Soojung seorang.
Dengan senyum yang terkembang semakin melebar, ia memandangi gadis yang dengan tenang tengah menjelajahi alam mimpinya. Tenang dan menyejukkan. Seperti seorang malaikat.
Ini pertama kalinya Minhyuk memandangi wajah polos Soojung yang tengah terlelap. Mungkin karena ini kali pertamanya mereka menginap bersama. Tidur lelap sambil memeluk satu sama lain. Tak ada hal yang lebih indah.
Meski berkali-kali lipat Minhyuk harus menekan hormone sialannya untuk tak melakukan lebih. Ia terus saja menyiagakan dirinya agar tak berbuat lebih dari sekedar memeluknya saat tidur. Ia lelaki. Lelaki dewasa yang sudah mengerti mengenai hal tersebut. Tapi dia tak akan melakukannya.
Soojung bergerak pelan dalam pelukannya. Meregangkan seluruh otot tubuhnya. Mata yang tertutup tadi perlahan terbuka. Penampakan Minhyuk yang tengah tersenyum ke arahnya langsung menyapa pagi Soojung.
"Good morning, Soojungie." Sapanya pelan.
Respon yang gadis itu berikan sedikit tak terduga. Dengan sigap ia menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam selimut. "Sejak kapan kau memperhatikanku tidur?" suaranya terdengar lucu di balik selimut.
Minhyuk melepas pelukannya. Kemudian menyangga kepalanya dengan salah satu tangannya. "Emmm... sekitar setengah jam yang lalu."
Dapat dirasakannya Soojung bergerak gelisah dalam selimut. Minhyuk tersenyum membayangkan apa yang terjadi. "Cintamu berkurang berapa persen setelah melihatku tidur sejelek ini?" tanya Soojung kembali.
Minhyuk diam. Perlahan tangannya menarik selimut yang menutupi tubuh Soojung hingga sebatas dada. Mata keduanya bertemu. Minhyuk melempat senyum maut andalannya.
"Sayangnya, tidak berkurang sedikitpun. Malah jadi berlipat ganda." jawabnya pelan sembari mendaratkan cubitan pelan di puncak hidung gadis itu.
***
Sembari mengusap wajahnya, ia berjalan pelan menuju dapur. Tempat dimana tengah terjadi kegaduhan kecil. Minhyuk tengah berusaha memasak sarapan untuk mereka berdua.
Soojung duduk tenang, menyangga kepalanya dengan kedua tangan. Menikmati pemandangan yang tersuguh di hadapannya. "Bukankah kita seperti sedang dalam drama? Drama romantis."
Minhyuk dengan kening mengerut berusaha keras membalik telur yang ia masak supaya tidak rusak. "Bukan drama yang begitu romantis. Karena kau tidak memelukku dari belakang saat ini." Ucapnya asal sembari mengaduk sup rumput laut di kompor satunya.
Pipi gadis itu merona mendengar ucapan tak terduga Minhyuk. Entah mengapa semenjak semalam lelaki itu berubah drastic. Menjadi lelaki yang seringkali menggodanya dengan berbagai macam rayuan maut -yang nggak Minhyuk banget-. Anehnya, Soojung menyukai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dating a Fangirl
Hayran KurguKau kira mudah berpacaran dengan seorang Fangirl? Tidak. Sama sekali tidak. Rasanya menyakitkan. Why? Karena yang harus kau lawan adalah seorang bintang besar. Dan yang lebih menyakitkan. Aku sudah jatuh terlalu dalam dengan Fangirl ini. *** Kisah r...